Chereads / The Title: Assassination Arc / Chapter 30 - Bab 30 Assassination Vs. Extreme Assassination ( Revisi )

Chapter 30 - Bab 30 Assassination Vs. Extreme Assassination ( Revisi )

Nevtor berjalan menuju reruntuhan kuno itu. Tidak yang spesial di sana, hanya berisikan puing - puing dan hawa kehampaan. Namun ketika berada di pertengahan bangunan, tampak ada sebuah pedang yang tertancap di lantai. Pedang dengan kedua tepian bilah berwarna hitam dan hijau, batang silang berbentuk bulan sabit berwarna hitam kemerahan, serta gagangnya yang putih bermotif bintang - bintang, bersinar memberikan kesan elegan.

Tepat di hadapan pedang tak bertuah tersebut, Nevtor mengamatinya seksama. Dia merasa ada keanehan pada senjata tersebut. Kejanggalan itu berasal dari permata merah yang tertanam di gagangnya. Pendar kehitaman yang terpancar seolah menyuruh Nevtor untuk segera mencabutnya.

Akan tetapi, sebelum dia hendak memegang gagangnya, terdengar suara seseorang. Mata Nevtor lantas menoleh ke kiri dan kanan, mencoba mencari pemilik suara tadi. Yang ternyata sosok itu berada di salah satu pilar reruntuhan yang masih berdiri kokoh. Dia kemudian melompat turun lalu menghampiri.

"Kau tidak akan bisa mencabutnya," ujar sosok itu sekali lagi yang tak lain seorang pria. Ia mengenakkan jubah biru dongker dengan tambahan bentuk telinga kerucut dan gambar bola mata merah berkornea hitam. Serta gigi tajam berwarna merah yang berderet pada bagian depan tudung. "Sebab, hanya orang yang pantas saja yang dapat memilikinya," jelasnya.

"... Apakah kau The Twin?" Nevtor bertanya. Tentu saja dia ingin mengetahui identitas lawan bicaranya, meski dia bisa saja menebak sosok tersebut antara Geliuz atau Fuliuz.

"The Twin, huh? Sudah lama sekali aku tak mendengarnya. Ya, itu julukan yang kugunakan dulu ketika menjalankan tugas. Namun di sini ...," Ia tersenyum kemudian menyikap tudung yang. Dia berambut jingga kekuningan berponi belah dua dan memiliki sepasang mata berwarna merah darah. Serta dua gigi bertaring yang mencuat keluar bak seorang vampir, "... aku hanyalah, Fuliuz!" Jawabnya.

Lekas, naluri bertarung memandu Nevtor untuk segera bersiap - siap. Dia mengambil pedang dari balik jubah dan menghunuskan dari sarung, lalu mengenggamnya dengan tangan kanan.

Setelah sekian lama mencari, dia akhirnya bisa bertemu. Ini adalah waktu untuk menuntaskan tujuan dirinya. Mengalahkan orang tersebut dan mendapatkan apa yang diinginkan.

Melihat gelagat pemuda di depannya, Fuliuz tersenyum lantas berkata, "Jadi kau ke sini bukan untuk menyapaku?" Dia seolah mengetahui pemikiran sang pemuda.

"Bukankah sudah jelas." Nevtor menatap sinis.

Keduanya saling bertukar pandang. Pertarungan akan segera dimulai.

Fuliuz menggerakkan telunjuk mengisyaratkan untuk pemuda tersebut maju menyerang. Tanpa basi - basi, Nevtor lantas menerjang menuju sang lawan yang berjarak sepuluh meter, kemudian berpindah titik buta secara cepat dan mengayunkan tebasan horizontal, menargetkan leher sang musuh.

Sayang, serangannya meleset saat sang musuh bergerak mentelengkan kepala. Disambung sabetan menyilang, Fuliuz masih dapat menghindar begitu cekatan. Akan tetapi itu tak membuat Nevtor menyerah, dia kembali melanjutkan serangan dengan melakukan tusukan.

"Upshh ...." nyaris, perut Fuliuz bolong jika saja tidak langsung menekuk tubuh. Dia pun lekas menjaga jarak namun Nevtor tidak membiarkan itu.

Sayatan vertikal langsung dilakukan oleh Nevtor sesaat masuk jangkauan sang musuh. Namun lagi - lagi lelaki berjubah itu dapat menghindar. Disambung sebuah tendangan lurus, Fuliuz pun lekas meredamnya dengan kedua tangan yang disilangkan dan jarak dirinya pun melebar.

"Mengapa kau tidak menggunakan kekuatan Assassination-mu?" Fuliuz bertanya.

Tetapi Nevtor tak membalas. Hanya memberikan tatapan datar seraya memasang kuda - kuda, memegang pedang dengan kedua tangan erat. Dalam pikirannya ia tidak boleh menggunakan kekuatan Assassination secara sembarang dan menghemat energi sebisa mungkin. Apalagi dirinya juga belum mengetahui keberadaan sosok yang bernama Geliuz. Secara hawa orang lain selain Fuliuz tidak terasa sedari awal. Mungkin saja dia saat ini tengah bersembunyi. Setidaknya itulah tebakan Nevtor.

Sementara, Fuliuz menghela nafas sambil tersenyum masam. Dia sedikit gusar karena dikacangi.

"Apakah kau meremehkanku?" Tanyanya lagi. Bahkan pertanyaan itu juga tidak mendapat jawaban.

"Baiklah, kuanggap itu iya." Masih dengan senyum masam, Fuliuz lalu mengangkat tangan kanan dan membuka kelima jemari. Beberapa detik setelahnya, tampak sebuah titik kecil terbentuk yang kemudian berangsur - angsur membesar menjadi seukuran bola bisbol. "Sekarang giliranku menyerang. Bersiaplah ...," tangan kanannya dikepal menyebabkan bola tadi pecah dan kepingan dari pecahan itu menjalar, membentuk busur berwarna putih, "... wahai engkau Noble Assassination, Nevtor!"

Seusainya, sebuah anak panah juga terbentuk pada tangan Fuliuz. Segera setelah membidik sang target, panah tersebut pun dilepaskan. Melesat disertai pendar putih yang menyilaukan. Membuat pandangan Nevtor terhalang dan tanpa disadari kalau benda itu sudah mengenai jubahnya hingga robek.

"Meleset? Apa dia sengaja?" Batinnya bertanya - tanya.

"Meleset ya. Sayang sekali," ucap Fuliuz yang terdengar seperti candaan. "Baiklah, akan kucoba lagi," kemudian dia menciptakan dua anak panah lagi lalu meluncurkannya.

Pendar menyilaukan yang keluar dari panah itu memang begitu merepotkan. Akan tetapi, Nevtor tidak akan terjebak dalam situasi yang sama. Dia lekas memajukan tangan kanannya yang terbuka dan berucap, "Technique: Blind!"

Asap hitam keluar dari telapaknya yang kemudian menyelimuti sekeliling dengan kegelapan. Bahkan asap hitam pekat itu bergerak bagai ombak hingga menyelubungi tempat Fuliuz berpijak. Lelaki berjubah itu sempat terkejut namun bisa mengambil sikap tenang.

"Begitu ya. Jadi kau menggunakan asap ini untuk menghindari seranganku sekaligus menjebak diriku," tukas Fuliuz sembari netranya beredar ke sekeliling namun percuma. "Noble Assassination memang hebat! Tampak aku terlalu meremehkanmu."

Tanpa terduga, sayatan mendatar melesat di depan mata Fuliuz. Dan lelaki itu pun lekas menghindar dengan melompat mundur.

Asap hitam ini sungguh ampuh. Menjadi sebuah keuntungan bagi Nevtor dalam bergerak maupun menyerang. Bagaikan dirinya seorang penguasa di sini. Beda cerita bagi Fuliuz. Dia sulit bergerak bahkan melakukan serangan. Apalagi dirinya tipe petarung jarak jauh, ditambah situasi sekarang yang benar - benar merugikan. Hanyalah yang ia bisa lakukan saat ini menajamkan pendengaran untuk mengetahui letak musuh serta serangan yang datang.

Dua sabetan melesat. Fuliuz menangkis satu tebasan menggunakan busur kemudian bergerak menghindari serangan lainnya. Namun sebelum dia bisa bernafas lega, ada serangan lanjutan yang berada di titik buta.

"Ap--"

Syatt!!

Tebasan diayunkan. Asap hitam di sekeliling pun perlahan memudar. Apa yang terjadi sebelumnya? Apakah Nevtor berhasil melukai lelaki berjubah itu?

"Benar - benar hebat! Kau bisa mendesak diriku dan memaksaku menggunakan ini."

Tidak. Ternyata serangan tadi dapat dihalau oleh sebuah perisai hitam. Perisai berukuran sangat besar hingga menutupi tubuh Fuliuz. Selain itu, benda tersebut melayang tanpa dipegang dan bahkan dapat bergerak, mendorong tubuh Nevtor beberapa meter seolah punya pemikiran sendiri.

"Ck," Nevtor berdecak lalu kembali merangsek maju. Ayunan pedang kembali dilakukan, tapi perisai hitam itu menghalau semua serangan. Bahkan mampu mengikuti pergerakan sang pemuda, baik titik buta atau pun udara. Tidak ada celah yang bisa didapatkan.

"Bagaimana, keren bukan perisai-ku ini?" ucap Fuliuz yang mengintip dari perisai penuh keceriaan.

Si pemuda berjubah melebarkan jarak sembari mengatur nafas dan mengatur ulang rencana. Perisai itu sungguh kokoh sampai serangan apapun yang dilancarkan tidak dapat menggoresnya. Namun, dia masih punya teknik pamungkas yang kemungkinan besar berhasil.

Pegangan kedua tangannya pada gagang pedang dipererat yang kemudian dilanjutkan kaki kanan didorong ke belakang. Seusainya, Nevtor pun langsung berlari pantas seraya menghadapkan pedang hitamnya ke depan lantas berucap, "Technique: Pierce Slash!"

Sekali lagi, senjata Nevtor beradu dengan perisai hitam itu. Benturan dahsyat yang terjadi menimbulkan angin kencang hingga menghempaskan pasir yang berada di tepi reruntuhan. Desakan akan serangan tersebut bahkan membuat getaran hebat yang mampu menggeser bebatuan kecil di lantai.

Wussh!!

Angin kencang berhembus. Menerbang pasir - pasir serta menyikap tudung Nevtor. Namun sayangnya, serangan dahsyat itu pun belum bisa membongkar pertahanan milik Fuliuz. Terlebih perisai hitam tersebut masih terlihat mulus tanpa lecet sedikit pun. Memang benda itu terbuat dari apa?

Ketika serangan Nevtor dinyatakan gagal, mendadak perisai hitam itu berubah menjadi sebuah bola berwarna hitam yang kemudian perlahan memudar. Si pemuda sampai terdiam, dalam arti lain kalau dia saat ini terkejut.

Sedetik setelah bola hitam itu hilang, tangan kanan Fuliuz yang terbuka menciptakan kembali bola putih lalu membentuk busur dan anak panah yang sama seperti sebelumnya. Dia pun langsung membidik sang target yang sangat dekat dengannya. Satu meter, jangkauan yang tidak akan mungkin meleset atau bisa dihindari. Tentu saja Nevtor mengerti betul prihal tersebut. Dirinya lantas bergerak mundur sejauh mungkin akan tetapi sebelumnya bisa menjauh, tiga panah langsung dilesatkan memaksa sang pemuda untuk segera menangkis.

Beruntung, satu panah berhasil dihancurkan. Namun mirisnya, dua panah lain berhasil merobek jubah dan menggores daging pada pinggang kanan, juga menancap di pergelangan kiri Nevtor, menyebabkan pemuda itu tampak kesakitan namun ia bisa bersikap tenang dan segera mencabut panah tersebut.

Sensasi perih terasa saat benda itu tercabut yang disusul oleh darah yang mengalir. Parahnya lagi pemuda itu tidak diberi kesempatan untuk rehat. Sebab ratusan panah telah mengintainya di udara. Keterkejutan itu hanya bisa membuat dirinya mematung.

Ratusan panah tersebut secara bersamaan membombardir tempat berpijak sang target hingga menimbulkan debu yang berhamburan serta menghancurkan beberapa pilar reruntuhan. Sementara Fuliuz hanya menikmati pemandangan itu dari jauh sembari tersenyum, dalam arti kepuasan.

Tidak lama usai serangan itu angin pun mulai menyapu debu - debu di sekitar lalu memperlihatkan area yang berisikan ratusan panah tertancap pada lantai. Ada yang patah juga yang masih mulus. Anehnya, tidak ada jasad sang pemuda tadi. Hanya ada jubah hitamnya saja yang telah terkoyak tidak karuan.

"Serangan itu belum cukup membunuhmu ya," ucap Fuliuz, menatap pilar yang sebelumnya ia tempati.

Di sana sudah ada sang pemuda bermantel yang berdiri sambil menyuguhkan ekspresi dingin. Dengan mata merah darah yang memantau bagai mata elang. Serta bilah pedang hitamnya yang mengkilap bak berlian.

"Bagus, itulah yang kutunggu - tunggu sedari tadi!" Tiba - tiba, bola mata merah Fuliuz menyala. Sedetik setelahnya muncul tato berwarna hitam kemerahan di bagian pipi kanan. Tato yang perlahan membentuk belati menyilang. "Pertarungan yang sesungguhnya!" ungkapnya seraya tersenyum seringai.

Nevtor menaikkan dagu lantas membalas, "Akan kuselesaikan ini dengan cepat. Jadi bersiaplah, wahai Extreme Assassination [1], Fuliuz!"

"Ya kau juga, wahai Assassination, Nevtor!"

-----

[ Title Assaassination tahap kedua yang memiliki kekuatan luarbiasa. Bahkan digadang - gadang setara dengan bangsawan Assassination, walaupun ia termasuk golongan Ordinary Assassination ]