Chereads / The Title: Assassination Arc / Chapter 33 - Bab 33 Kilas balik: Celia ( Revisi )

Chapter 33 - Bab 33 Kilas balik: Celia ( Revisi )

Dalam sebuah kamar, seorang wanita tengah menggendong buah hatinya. Wanita berambut merah delima berpadu sehelai rambut biru, panjang dan terurai hingga pinggang. Mengenakkan gaun putih terusan selutut dengan taburan kristal - kristal es di bagian dada. Sepasang mata birunya berkilau bagai batu sapphire. Belum lagi hidung tirus serta bibir merah merona semakin memancarkan pesona akan dirinya.

Senyuman manis ia berikan kepada sang putra yang terlelap dalam dekapannya. Terkadang pun menimang ketika si anak terbangun atau pun menangis. Kegiatan itu dia lakukan sembari menatap pemandangan luar dari jendela kaca, gurun pasir.

Nave merupakan kastil besar yang terdiri atas bangunan utama, kedua dan peristirahatan. Kastil yang terkelilingi oleh tembok melingkar serta padang pasir tanpa ujung yang bertabur banyak batu besar.

Pada bangunan utama istana digunakan sebagai ruang takhta. Di dalamnya tergelar karpet hitam besar nan panjang yang menghubungkan langsung ke singgasana sang raja. Kursi megah berukiran bunga mawar, lambang kebangsawan Assassination. Pula, terdapat simbol yang sama pada di tiap dinding serta jendela. Dan sebagai penerangan, chandelier elegan yang memanjakan mata dipasangkan pada langit - langit.

Sementara bangunan kedua yang berposisi di kiri difungsikan sebagai ruang makan bagi penghuni keluarga istana. Ruangan yang juga tak kalah bagusnya dengan ruang takhta. Terdapat meja persegi panjang beserta kursi - kursi yang mengeliliingi. Ubin pada lantai dan jendela - jendela memiliki motif mawar hitam. Ada pun chandelier bermodel sama dengan yang ada di bangunan utama hadir menerangi ruangan tersebut. Selain itu, bangunan ini mempunyai banyak kamar yang dipergunakan para pelayan rehat usai melakukan pekerjaan.

Sedangkan di bangunan terakhir, ruang peristirahatan bagi keluarga bangsawan. Tempat yang terdapat dua kamar besar dan satu gudang. Setiap kamar mempunyai fasilitas satu tempat tidur mewah berkelambu perak, dua almari besar dan sebuah kamar mandi. Perabotan serta dekorasi ruangan pun begitu mewah yang tentunya mahal.

Penuh kehati - hatian, si Wanita membaringkan dan menyelimuti sang buah hati di kasur. Untuk sesaat dia memandangi putra kesayangan itu dengan senyuman hangat, kemudian beranjak membuka sedikit jendela, membiarkan angin masuk dan menerpa rambut delimanya. Ia pun duduk di kursi yang menghadap jendela. Air muka tampak muram terpampang dari pantulan kaca.

Tok!!

Bunyi ketukan terdengar tiga kali yang disusul oleh suara seorang pria dari balik pintu. Setelah dipersilahkan, sang pria pun lantas masuk dan mengambil posisi berjongkok--dengan satu kaki di tekuk dan tangan kanan di atas lutut.

"Maaf, jika saya mengganggu Anda, Nyonya Celia!" Ucap pria itu. Memakai jubah dan tudung hitam bergaris kehijauan dan membawa dua belati yang disilangkan di belakang pinggang.

Celia bangkit. Netranya menatap penuh harapan si pria yang berstatus sebagai ketua pasukan itu. "Bagaimana? Apakah ada kabar baik yang kau dapatkan, Azlurd?"

"Maafkan saya. Hari ini pun kami belum bisa menemukan Yang Mulia, Gale! Namun kami akan terus berusaha melakukan pencarian."

Suasana hening mengisi ruangan. Dan semenit kemudian Celia lantas berucap lesu, "Begitu ya."

"Kalau begitu saya permisi dulu, Nyonya!" Si pria bangkit dan berjalan keluar, lalu menutup pintu perlahan setelahnya. Menyisakan kembali kesunyiaan di ruangan tersebut.

"Di mana kau, Gale?" Celia berpaling dan menatap putranya yang terlelap di atas kasur penuh kesedihan, "Anakmu, menantikan kehadiran sosok ayahnya," resahnya.

Gale, adalah pemimpin dari Noble Assassination sekaligus suami dari Celia. Dirinya yang menjalankan sebuah tugas, mengharuskan ia meninggalkan sang istri yang tengah hamil tua. Hingga hari terus berganti dan lahirlah sang putra yang sehat, namun sayangnya kegembiraan itu tidak dihadirkan oleh sosok sang suami.

Celia pun terus berharap dan menanti. Sampai waktu itu tiba, tersiarnya kabar bahwa sang suami menghilang sekembalinya dari tugas.

Mendengar hal itu membuat hati Celia terpukul. Walau pencarian terus dilakukan, hari demi hari dan berbulan - bulan, kenyataan bahwa dapat ditemukannya sosok Gale pun tak kunjung datang. Bahkan secercah informasi pun. Menimbulkan kecemasan serta kesedihan yang mendalam membuat Celia mengisolasi di kamar hingga sekarang. Sembari menunggu kabar, menanti kepulangan sang suami tercinta.

---

Hari berganti malam. Langit yang gelap dihiasi oleh cahaya bulan serta taburan bintang - bintang yang membentuk beberapa rasi.

Duar!!

Sebuah ledakan terjadi di luar kastil. Melubangi tembok dan menghanguskan rerumputan di sana, hingga api merambat menjadikan kebakaran besar.

Lima penjaga berjubah hitam tergopoh - gopoh keluar dari kastil. Tatapan mereka terfokus kepada empat Titlelist yang berjalan di antara kobaran api. Namun saat tiga penjaga hendak menyerang, sontak saja sihir es dan tanah berbentuk segitiga lebih dulu menembus perut dan seketika menumbangkan ketiganya. Dilanjutkan oleh sabetan pedang yang berhasil menebas leher salah satu dari penjaga. Sementara penjaga yang tersisa tengah berduel dengan salah seorang dari Titlelist tersebut.

Kecepatan serang penjaga itu membuat sang Titlelist berambut coklat pucat dan berzirah sedikit kewalahan. Namun berkat bantuan kawannya, sang penjaga mampu ditumbangkan hanya sekali lesatan sihir es yang langsung melubangi perutnya.

"Kau tidak apa - apa, Flade?" Tanya penyihir es itu. Berambut biru dan memakai baju berkerah terbuka dengan warna serupa.

"Aku baik saja. Terima kasih, Zick!"

Keempatnya mulai menerobos masuk ke dalam kastil. Mereka disambut oleh penjaga yang telah bersedia di ruang takhta dan pertarungan pun kembali terjadi. Namun karena perbedaan kekuatan yang cukup signifikan, tak cukup lama bagi para Titlelist itu untuk menghabisi semua penjaga.

Setelahnya, para Titlelist membagi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari Zick dan Flade akan pergi ke bangunan peristirahatan, sedangkan yang lainnya menuju bangunan kedua kastil.

Berkat informasi terkait keamanan kastil yang diberikan Zick, dua Titlelist yang menyusuri bangunan kedua, sukses menaklukan penjaga di sana tanpa kendala dan mulai memasuki kamar para pelayan wanita maupun pria satu per satu. Membunuh mereka dengan kejinya tanpa ampun, menyuguhkan suasana begitu mencekam dengan jeritan memilukan. Meninggalkan banyak tubuh tak bernyawa bergelimpangan disertai darah yang menciprati lantai dan kamar tidur di kegelapan.

Sementara itu di tempat lain, Zick dan Flade sedang berlari di koridor bangunan peristirahatan. Walau mereka sering kali dihadang tetapi itu bukanlah masalah. Hingga tibalah keduanya di depan kamar pertama, di mana targetnya berada. Sesuai informasi pula bahwa ada dua orang yang berjaga di sana. Selain itu, dua penjaga itu memiliki aura yang berbeda dari kroco - kroco yang telah sebelumnya ditaklukan. Namun setidaknya mereka juga bukanlah tandingan Zick dan Flade.

***

Celia yang dibaluti ketakutan berlari di koridor sambil menggendong putranya hendak menuju gudang yang berjarak tak jauh dari kamarnya, ditemani oleh satu penjaga perempuan di depan.

Sebelumnya, dia terbangun dari tidur saat mendengar gemuruh lalu beranjak melihat keluar jendela. Alangkah kagetnya ketika mengetahui ada empat penyusup yang menumbangkan para penjaga dan masuk ke dalam kastil.

Dalam kepanikan, Celia pun segera mengambil sang buah hati yang terlelap di atas kasur. Kemudian seorang penjaga perempuan masuk dan meminta dirinya untuk meninggalkan kamar. Celia mengganguk lalu mereka bergegas pergi.

Tangga demi tangga mereka pijak. Menyusuri lorong menurun yang sempit dan hanya diterangi oleh cahaya lilin. Keduanya saat ini berada di jalan rahasia yang cuma diketahui oleh penghuni kastil. Jadi itu cukup membuat kelegaan di hati Celia.

"Tolong Anda tunggu di sini, Nyonya Celia!" Pinta penjaga perempuan itu lirih yang berposisi di depan.

Celia yang berdiri di anak tangga terakhir mengangguk mengerti.

Si Penjaga membuka pintu darurat yang menghubungkan ke sisi belakang kastil. Meski rambatan tanaman begitu lebat menutupi ambang pintu, namun masih ada celah yang bisa dilihat. Dan ketika dinyatakan aman, dia pun membuka pintu lebar - lebar dan meminta Celia untuk keluar lebih dulu yang kemudian di susul dirinya. Keduanya kemudian bergegas menuju gerbang utara dan berlari keluar di gurun yang terdapat bebatuan besar.

***

Brakk!!

Pintu ditendang kuat hingga copot dari tempatnya. Zick dan Flade segera masuk dan tak mendapatkan apapun selain barang - barang tidak berguna.

Target utama mereka telah tiada. Dengan kesal, Zick pun menghancurkan semua barang yang ada di kamar tersebut dan ketika dirinya beralih melihat jendela, ternyata ada dua orang yang berlari di padang pasir.

"Sialan, dia melarikan diri!" Umpatnya seraya memukul dinding kamar begitu keras.

"Ada apa, Zick?" Tanya Flade.

"Noble Assassination itu telah melarikan diri. Kita harus bergegas mengejarnya!" Zick bergegas keluar dari kamar. Disusul oleh Flade, setelah dia memastikan keluar jendela.

Empat Titlelist telah berkumpul di teras kastil. Zick, yang merupakan pemimpin dari tugas kali ini, memerintahkan dua anggotanya untuk menghancurkan tempat terkutuk yang menjadi sarang para Assassination. Sementara dirinya dan Flade berangkat untuk mengejar target yang melarikan diri.

Boom!!

Ledakan dahsyat terjadi. Menyebabkan guncangan dan gelombang angin hebat hingga ke tempat Celia dan penjaga wanita berpijak. Tak lama setelahnya, bangunan megah yang menjadi tempat bernaung selama bertahun - tahun bagi Celia pun roboh dan hancur, menyisakan puing - puing. Kemurungan tampak jelas di air muka sang wanita berambut merah itu.

"Mereka benar - benar kejam. Tidak hanya membunuh, mereka bahkan menghancurkan kastil," geram si Penjaga sambil mengepalkan erat kedua tangan. Seingin mungkin dirinya menghabisi para Titlelist keparat itu.

"Sudahlah, Naia. Sebaiknya kita pergi sebelum mereka berhasil menemukan kita!" Celia memegang bahu kanan penjaga bernama Naia itu dengan wajah lesu.

Naia berpaling melihat sang majikan. "... Ya, Nyonya benar!"

Keduanya kembali bergerak. Dalam gelapnya padang pasir yang mengandalkan penerangan rembulan dan melangkah mengikuti insting bertahan hidup.