"Oh! Kau datang lagi, tuan kelinci."
"Aku bukan kelinci ya~. Mereka memanggilku si manis Raph."
"Nih, handuk."
"Makasih."
Zariya mengalami hujan lebat lima hari berturut-turut sehingga banyak orang mulai mengeluh. Raph sedang mengeringkan tubuhnya yang basah kuyup karena hujan. Bulu-bulunya berwarna polos dan tampak sangat lembut dan halus.
"Pingin megang," pikir Clara.
Saat ini, gadis kecil dengan wajah sangat pucat dan sosok mirip kelinci duduk bersama di sofa depan perapian, menikmati segelas coklat panas sambil mendengarkan gemerencik hujan.
"Aku membawakanmu hadiah, Clara," ucap Raph sambil mengeluarkan bingkisan entah dari mana.
"Makasih. Boleh dibuka?"
Setelah mendapat afirmasi, Clara membuka bingkisan itu dengan wajah penasaran. Ini adalah pertama kalinya ia mendapat hadiah dari orang lain selain ayahnya.
Di dalamnya Clara menemukan sebotol cairan berwarna hijau dan juga sesekali mengeluarkan gelembung. Dilihat dari manapun ini adalah racun. Ia menatap Raph dengan penuh tanda tanya.
"Jreng! Jreng! Jreng! Ramuan. Umur. Panjang!"
"Hah?" Clara memiringkan kepalanya, bingung.
"Aku memilihnya dengan hati-hati loh. Kesehatanmu buruk, kan, Clara. Jika kau meminumnya maka umurmu akan diperpanjang selama sepuluh tahun."
Clara memandang botol di tangannya dengan curiga. "Kau yakin ini bukan racun?"
"Tidak sopan ya~! Kalau ragu maka kembalikan sini!"
Raph yang ingin mengambil kembali botol itu didorong kembali oleh Clara.
"Namanya hadiah ya~ enggak bisa dibalikin!" ucap gadis kecil itu, tidak senang, lalu menjulurkan lidahnya.
Raph menatapnya tidak berdaya. "Dasar anak kecil."
"Clara bukan anak kecil! Clara cuma belum besar."
"Apa bedanya, Bambang."
"Siapa Bambang?"
Clara menyimpan botol itu dengan hati-hati. Walau kebenarannya masih diragukan Clara hanya bisa mempercayai perkataan makhluk aneh ini.
"Fuh."
Pergulatan yang sangat singkat itu menghabiskan banyak energinya. Clara mulai terengah-engah, suhu tubuhnya juga naik secara drastis.
Melihat kondisi temannya itu, Raph hanya menjentikan jarinya dan rasa lelah Clara langsung menghilang. Rasanya seolah waktu pada tubuhnya telah diputar ulang dan kembali pada kondisi saat sebelum bertengkar.
"Ajaib." Clara menatap dengan heran. "Sihir apa itu?"
"Sihir pembalikan. Tidak akan kuajari ... Jangan merengek ...."
Setelah keheningan singkat, Raph menghabiskan minuman coklatnya lalu berkata,
"Hey, Clara, apa kau ingin sembuh?"
"Apa kau bisa menyembuhkan Clara?" tanya gadis itu, penuh antisipasi.
Tapi melihat Raph menggelengkan kepalanya menimbulkan kekecewaan pada hati sang gadis.
"Bukannya kau mahakuasa? Masa menyembuhkanku saja tidak bisa."
"Aku ini kuat, luar biasa, dan juga super duper warbiyazah imut, tapi bukan mahatahu atau mahakuasa," balas Raph, meski terkesan main-main tapi Clara tahu dia serius. "Alasanku memberikan obat itu ya~ karena hanya itu satu-satunya yang ada di kantong ajaibku."
"Kantong apa?"
"...."
Keheningan kembali menyelimuti ruangan. Clara memiliki pandangan kosong seperti sedang merenungkan sesuatu. Lalu akhirnya gadis itu memandang Raph dengan lemah.
"Kau ini sebenarnya apa? Kenapa kau membantu Clara?"
"Ini namanya takdir. Biasanya tidak ada yang bisa merasakan keberadaanku. Tapi secara kebetulan aku bertemu gadis manis seperti dirimu."
"Ah. Jadi malu."
"Kalau ngomong gitu jangan pakai nada datar lah."
Clara kelihatan masih ragu. Jujur saja dia tidak mempercayai hal semacam takdir Dan kawan-kawannya. Baginya semua itu terasa seperti omong kosong untuk menutupi maksud sebenarnya.
Akan tetapi, untuk kali ini saja ....
"Takdir, ya~ ...."
Gadis itu menatap Raph dengan mata berkaca-kaca.
Perubahan mendadak itu membuat Raph kebingungan.
"Clara memang tidak tahu, tapi, terima kasih! Karena mau berteman dengan Clara. Peduli pada Clara. Terima kasih!"
Raph agak linglung sejenak namun segera ia balas tersenyum.
"Sama-sama."
Hujan di luar menunjukkan tanda-tanda berhenti. Clara pergi ke dapur untuk membuat ulang coklat panas yang sudah habis.
"Ya~, meski tidak bisa menyembuhkanmu bukan berarti aku tidak bisa membantumu."
Clara yang baru kembali dikejutkan oleh pernyataan ini.
"Tapi kau harus menggapainya dengan tanganmu sendiri."
"Bagaimana? Pasti susah," ujar Clara, tidak tertarik.
"Huhu. ya~ tentu saja susah. Caranya ya~ dengan pergi berpetualang. Menjelajahi dunia tidak dikenal, bertemu orang asing, mencoba hal-hal baru. Jika kau melakukan itu ya~ mungkin saja akan ada sebuah pertemuan kebetulan sama seperti pertemuanku denganmu."
Clara yang sedari tadi mendengarkan segera kehilangan minat.
"Enggak. Selain berbahaya, peluangnya juga tidak pasti."
"Jangan buru-buru nolak. Kuhum. Jika kau setuju sekarang akan ada paket komplit rahasia ritual kelahiran kembali beserta sebuah cheat khusus protagonis! Tunggu apa lagi ya~, pergilah berpetualang sekarang! Hari senin harga naik."
Clara tercengang dengan tingkah tidak terduga temannya itu. Sudut matanya berkedut beberapa kali.
"Nah. Dengan ritual kelahiran kembali bukan hanya penyakitmu akan hilang tapi tubuhmu akan jauh lebih sehat dari orang sehat," jelas Raph, berapi-api. "Hanya saja ya~ bahan yang dibutuhkan sangat langka dan hampir mustahil dikumpulkan semua. Bahkan pergudagangan kekaisaran hanya memiliki sebagian kecil dari daftar bahan yang dibutuhkan."
"Kalau bahannya susah dicari ya~ sama aja bohong, dong," ucap Clara, cemberut.
"Bisa tidaknya ya~ urusan belakangan. Bukannya kau ingin menikmati hidup sama seperti orang lain? Maka dengan pemberian sepuluh tahun ini manfaatkan sebaik-baiknya."
Clara menundukkan kepala mungilnya. Dia dipenuhi kebimbangan. Apa Yang dikatakan Raph memang masuk akal. Tapi daripada berpetualang mungkin akan lebih baik melakukan hal lainnya. Karena sekali lagi, menjadi seorang petualang itu berbahaya.
"Sepuluh tahun kelihatannya singkat. Tapi jika kau pikirkan baik-baik ada seorang pahlawan yang mengalahkan raja iblis dan menyelamatkan dunia dalam dua tahun. Ada juga orang yang mendirikan kerajaan kuat dari sebuah desa di sudut benua hanya dalam kurun waktu kurang dari lima tahun. Lebih jauh lagi, banyak sekali orang Yang naik menjadi Dewa padahal belum Lama ini hanya seorang manusia fana tanpa bakat khusus. Coba bayangkan apa yang bisa kau lakukan dalam waktu sepuluh tahun!"
"Hah ...?"
Clara sangat penasaran adakah orang yang bisa memahami pemikiran makhluk aneh ini. Semua yang ia sebutkan barusan hanya ada pada cerita fiksi. Lagi pula, bagaimana mungkin bocah acak seperti Clara bisa menjadi protagonis sebuah cerita.
"Selain itu, mengingat identitas orang tuamu aku yakin kau juga akan menyukai petualangan," bujuk Raph.
Wajah Clara kembali memiliki jejak kesedihan dan kesepian. Ibu yang tidak pernah ia temui dan ayah yang menghilang entah kemana.
Dari dua sosok di atas sudah menjadi jelas seperti apa nasib seorang petualang.
"Apa? Kau takut? Dasar payah," ejek Raph.
"C-Clara! ... Semua orang juga takut mati kali," gumam sang gadis kecil.
"Apa bedanya mati sekarang ataupun sepuluh tahun mendatang. Sama-sama mati ini."
Ucapan Raph terdengar kejam dan tidak berperasaan. Saat Clara hendak menyangkalnya makhluk kelinci itu segera melanjutkan perkataannya.
"Jika semua pilihan berujung pada kematian, bukannya lebih baik meraih peluang walau sekecil apapun? Toh ini lebih baik daripada pasrah menerima keadaan."
Clara tidak bisa membantah perkataannya. Kalau dipikir-pikir, kenapa dia harus takut mati? Toh kematiannya juga sudah dipastikan.
"Bukankah kau memiliki banyak pertanyaan yang ingin kau ketahui jawabannya? Bukannya kau sering bilang ingin menjadi petualang seperti ayahmu?"
"Bentar, bentar. Kau tahu itu dari mana?"
"Makanya jangan ragu! Raih peluang yang sudah kuberikan ini!" bujuk Raph, berapi-api.
Setelah berpikir sejenak Clara segera membuat keputusan. Dia masih ragu tapi tetap menganggukkan kepalanya. Ucapan Raph mengenai tepat di hati gadis itu.
"Itu baru temanku!"
Raph mengangguk puas setelah mendengar jawaban Clara.
"Oleh karena itu! Karena kau sudah setuju ini artinya waktunya arc pelatihan! Tepuk tangan," ujar Raph, ceria.
"Eh?"
Clara sekali lagi dibuat bingung dengan perubahan mendadak ini.
"Huhu. Dengan kekuatanmu saat ini ya~ sebuah keajaiban kau bisa bertahan sepuluh menit di wilayah utara. Itulah sebabnya, mulai saat ini aku akan melatihmu. Tet! Tet! Tet! Gapailah mimpimu anak muda! Jadilah petualang terhebat sepanjang sejarah!"
Clara akhirnya menyerah memahami makhluk aneh ini.
Dan dengan begitulah pelatihan mereka dimulai.