23:37
Di bawah bintang-bintang yang berguguran, 500 ksatria beserta 2000 penjaga kota menciptakan empat lapis lingkaran pengepungan mengitari alun-alun kota. Di sisi lain, tentara yang tidak ikut pengepungan sibuk mengevakuasi daerah sekitar dan memperketat parimeter keamanan.
Saat ini, Wali Kota Darton yang sedari tadi menggertakan gigi dan Detektif Greyhorn berwajah dingin menjadikan atap gedung empat lantai dengan sudut pandang yang baik sebagai markas utama operasi.
"Diperkirakan 25 warga sipil beserta beberapa anggota sirkus telah dijadikan sandera. Kami juga mendapat laporan bahwa bantuan dari pihak petualang akan sedikit terlambat," lapor seorang ajudan.
"Heh. Para petualang itu benar-benar ...."
"Sejak awal rencana ini dibuat tanpa mempertimbangkan bantuan dari pihak petualang, jadi tidak ada masalah. Sedangkan untuk sandera ...." Detektif Greyhorn berhenti sebentar, lalu melanjutkan dengan acuh tak acuh. "Selamatkan jika memungkinkan. Jika dianggap mengganggu maka bunuh saja. Kau tidak keberatan, 'kan, Wali Kota Darton?"
"Aku tidak keberatan. Tapi, tuan Greyhorn, tolong pilih kata-katamu dengan lebih bijak."
Angin malam berhembus cukup kencang.
Dari atap saat ini terlihat seorang ksatria sedang bernegosiasi dengan seseorang berpenampilan badut.
Si Badut melompat-lompat kesal lalu kembali ke tenda sirkus. Sesaat kemudian tiga orang sandera berhamburan menuju tiga arah yang berbeda, tanpa menghiraukan arahan para ksatria.
Tak butuh waktu lama sebelum tujuh sandera lainnya juga dilepaskan.
"Aneh."
Para ksatria tampak bingung. Namun dengan sigap mereka menahan, bila perlu secara paksa, sandera yang ingin berlari entah ke mana.
"Gawat." Wajah Detekif Greyhorn berubah gelap. "Segera isolasi para sandera!"
Terlambat.
Hanya beberapa saat setelahnya seorang sandera meledak berkeping-keping, menghanguskan tiga kesatria yang mencoba menahannya. Seolah belum cukup, darah dan organ yang berceceran pun menciptakan ledakan susulan.
Rantai ledakan dari sandera yang tersebar menciptakan cukup banyak korban di antara ksatria maupun penjaga kota.
"Penjahat bintang 5, Pembom Gila, Kila King. Tidak kusangka orang itu berhasil membuat kesepakatan dengannya. Kemungkinan Tari-Ari bersaudara juga hadir," gumam Greyhorn.
Raut Wali Kota semakin jelek.
"Orang itu, seberapa kuat dia," tanya Darton.
"Jika kau bertanya tentang kekuatan pribadi, maka dia tidak terlalu kuat. Seni bela dirinya hanya pada tingkat bumi. Otoritasnya memang agak merepotkan. Tapi yang jelas, hal paling menakutkan darinya adalah trik dan jebakan yang dia buat. Jika tidak berhati-hati kau akan menjadi seperti serangga yang terperangkap di jaring laba-laba," jelas Greyhorn.
Batalion Ksatria sama sekali tidak terlihat panik dan segera mengevakuasi korban sebelum akhirnya membuat ulang formasi pengepungan. Ini membuktikan kedisiplinan dan tingkat keahlian mereka.
Kulit keras.
Ketahanan api.
Pengelihatan malam.
Pertajaman senjata.
Kelompok penyihir selesai merapalkan sihir dukungan. Lalu para ksatria mulai berjalan perlahan, mempersempit lingkaran pengepungan. Sepanjang jalan mereka meluluhlantakkan berbagai wahana dan tenda yang menghalangi jalan.
Hujan panah ditembakkan menembus tenda sirkus raksasa di tengah alun-alun. Tempat itu kini terkoyak dan tampak akan hancur kapan saja.
Mereka berhenti berjalan lalu sekelompok orang keluar dari dalam formasi.
Batalion ksatria khusus pada dasarnya adalah kumpulan elite yang berspesialisasi menaklukkan baik itu monster maupun penjahat berbahaya.
Kebanyakan anggota memiliki keterampilan bela diri setidaknya pada tingkat lanjut.
Selanjutnya, anggota dalam batalion itu kembali disaring lalu dikumpulkan menjadi sebuah unit independen yang lebih elite lagi. Mereka disebut unit penghakiman.
Pemimpin dari unit ini, O'hime, menguap lalu berbicara kepada anggota lainnya dengan ekspresi mengantuk, "Baik. Mari cepat selesaikan masalah ini."
Balasan dari anggota lainnya juga tidak terlalu antusias.
Segera diputuskan O'hime akan memimpin sepuluh anggota untuk masuk lewat pintu depan. Sedangkan 15 orang yang dipimpin Wakil Kapten Cody akan masuk lewat belakang.
"Seperti biasa. 20 menit tanpa kabar, bakar saja," ujar O'hime kepada seorang ksatria pemimpin pengepungan.
"Masih manis seperti biasanya, eh. Berjanjilah pada kakak, jangan sampai mati, oke? Bahkan terluka juga tidak boleh," balas Komandan ksatria.
O'hime merasa jijik tapi memutuskan untuk mengabaikannya. Sangat buruk karena dia sudah terbiasa dengan tingkah anehnya.
Dia akhirnya berjalan memasuki tenda. Apa yang pertama kali memasuki bidang penglihatannya adalah gunung mayat dari anggota sirkus. Kelihatannya ksatria penghakiman lain yang masuk lebih dahulu sudah selesai melakukan bersih-bersih area sekitar.
O'hime mengernyitkan dahinya. Bagaimanapun dia tidak pernah bisa terbiasa dengan pemandangan yang bisa dibilang santapan sehari-hari unit penghakiman ini.
"Hm?"
Segera dia menemukan sebuah kelainan pada mayat-mayat itu.
Tidak ada bau busuk ataupun bau anyir. Tetapi yang lebih aneh adalah, entah itu tangan yang dipotong, badan yang terbelah, ataupun kepala yang terpenggal, tidak ada darah maupun jeroan. Atau lebih tepatnya bagian dalam tubuh mereka kosong. Seolah mereka hanyalah boneka kayu.
Seorang anggota mendekat lalu melapor pada O'hime. "Sesuai dugaan mereka hanya boneka. Tapi sangat ekspresif dan sulit di bedakan dari manusia pada umumnya. Di perkirakan berjumlah sekitar 50. Kemampuan tempur seperti prajurit amatir. Beberapa dapat menggunakan sihir dasar. Selain itu, jika tidak ditangani dengan benar mereka dapat meledak dengan sendirinya. Kemubgkinan besar ini adalah ulah pria itu."
"Kombinasi yang menjengkelkan. Tedy dan Riry menjaga area ini untuk pemeriksaan lebih lanjut! Sisanya ikuti aku!"
Sikap malasnya sudah menghilang entah kemana. Yang berada di sini saat ini adalah kapten dari Unit Penghakiman, sang Penjagal, O'hime.
Tenda sirkus itu sendiri sangat luas karena sudah dipasang sihir perluasan ruang, dengan kapasitas mampu menampung kurang lebih 8000 orang.
Ksatria wanita dengan zirah ringan memasuki area utama. Menyambut kedatangannya adalah ratusan panah yang sudah dilumuri racun.
Namun jauh sebelum mengenai target, panah-panah itu berbelok melenceng seolah ada sebuah kekuatan tak nampak memaksa untuk mengubah arah gerak mereka.
Plok, plok, plok.
Suara tepuk tangan datang dari tengah panggung pertunjukkan. Seorang pria tua mengenakan kostum pesulap menyengir lalu membungkukkan tubuhnya seolah memberi hormat.
Di sekitarnya terlihat anggota sirkus lain melakukan atraksi pertunjukan seakan mereka sedang tampil.
Di atas panggung, sebuah pertunjukan memang sedang dimainkan. Namun bukan atraksi sirkus, melainkan sebuah pertunjukan wayang.
O'hime berdecak kesal lalu berteriak, "Jack! Berhenti main-main. Cepat menyerah dan mati."
"Oho, betapa kasarnya, namun tetap manis sama seperti biasa. Duduklah dulu pak tua ini sudah repot-repot menyiapkan pertunjukkan khusus untukmu," jawab pria tua, Hymne Blackjack.
"Aku akan melihatnya bersamamu di akhirat nanti, Jack," ucap sang Kapten pelan namun penuh kekuatan.
O'hime melejit bak anak panah yang ditembakkan.
Dua orang yang muncul entah dari mana mencoba menghalangi pergerakannya. Akan tetapi, tanpa mengurangi kecepatannya O'hime berlari membus mereka berdua.
Kedua orang itu tampak bingung. Sebelum akhirnya mereka merasakan perasaan seolah dunia sedang berputar. Segera mereka menyadari kalau bukan dunia yang berputar, tapi kepala mereka, dengan potongan sempurna, terlepas dari tempat semestinya.
O'hime bergerak dengan halus dan leluasa seperti angin yang berhembus.
"Sungguh tarian yang indah. Sepertinya penguasaanmu pada teknik Dewa Kematian sudah meningkat lagi," ujar Blackjack.
Dentingan logam terdengar. Kini yang menghalangi jalannya adalah dua orang pria kembar. Keduanya memiliki senyum menjijikan di wajah mereka.
"Aha! Betapa, betapa, betapa indahnya dirimu, nona. Tolong ... BIARKAN AKU MENCICIPIMU!"
"Tenangkan dirimu, Kakak. Kau bisa mencicipinya setelah aku membunuhnya."
Perasaan jijik yang amat sangat membanjiri O'hime. Tak pernah dalam mimpi terliarnya kalau orang itu akan bekerja sama dengan kedua sampah ini.
Kedua saudara itu, yang satu adalah pemerkosa sedangkan yang lainnya adalah seorang pembunuh berantai.
Buronan Bintang empat, Tari-Ari bersaudara.
Sisi baiknya, O'hime bisa secara langsung membereskan kedua sampah sampah ini sehingga mereka tidak akan bisa mengotori dunia ini lagi.
Hm? Tunggu.
Mungkin inilah rencana orang itu?
Terserah.
Kedua sampah bergerak menghampiri O'hime dari kedua sisi.
Sang Kapten dengan mudah menghindari kedua serangan. Ia lalu menendang salah satu bersaudara tepat di hulu hati dan mengirimnya terbang jauh ke belakang.
"Eh?"
Tanpa membuang waktu dia segera menyerang sampah lainnya yang melongo kebingungan.
keduanya beradu pedang namun tampak sangat jelas perbedaan keduanya.
"Oi, oi, oi, oi, oi, oi, oi, oi, oi. Pak tua! Bukankah cewek ini terlalu kuat?"
"Bukankah aku sudah memperingatkanmu?" balas Blackjack, acuh tak acuh.
"Sial. Sial. Sial."
Sambil menggumamkan kutukan tiada henti si Sampah No. 1 mati-matian hanya untuk memblokir serangan biasa dari O'hime.
Si Pak Tua kelihatannya tidak berniat membantu sedangkan Sampah No. 2 di urus oleh anggota Unit Penghakiman lain.
"Sial!"
Tanpa ragu dia mengeluarkan kartu as-nya. Si Sampah berputar dengan sangat cepat hingga membentuk topan mini.
[Pusaran Angin Penggiling]
Kombinasi dari gerakan spesialnya dengan sihir angin menciptakan topan yang mampu menarik musuh-musuhnya. Lawan yang tersedot ke dalam topan akan segera tercabik-cabik hingga tidak ada yang bisa mengenalinya lagi.
Namun semua itu berasal dari asumsi lawannya adalah orang biasa. Sayang beribu sayang yang sedang ia hadapi adalah seorang monster dalam wujud manusia.
O'hime melakukan tebasan vertikal.
[Tebasan Hampa]
Tebasannya ini seolah tidak mengandung kekuatan apapun. Namun hasilnya sungguh mengejutkan. Topan yang seharusnya mencabik-cabik segalanya segera terbelah jadi dua. Tidak berhenti sampai situ, si sampah yang merupakan inti topan juga ikut terbelah.
"Aaaaaa ...."
Dengan ini sampah dunia berkurang satu. Kelihatannya Sampah lainnya juga akan segera dimusnahkan.
O'hime segera mengalihkan pandangannya menuju target aslinya.
"Jack ... Masih belum terlambat, kau tahu?"
Namun Blackjack tidak menghiraukannya.
"Datanglah, oh putriku yang manis."
Tanpa ragu lagi O'hime melejit menuju Blackjack. Dalam sekejap ia sudah berada di depan pria itu. Hanya perlu bergerak beberapa senti lagi dan semua akan berakhir.
Namun, tak peduli seberapa keras ia berusaha, pedangnya tidak bisa di gerakkan. Seolah ada dinding tak kasat mata menghalangi dirinya dan Blackjack.
Tidak.
O'hime segera sadar. Tidak ada dinding dan tubuhnya juga tidak bermasalah. Persoalannya ada pada pedang yang ia gunakan. Entah sejak kapan, utas benang transparan melilit senjata kesayangannya itu dengan sangat erat.
Dia ceroboh.
Menggunakan kemampuan penglihatannya O'hime menemukan kalau seluruh panggung, tidak, seluruh tenda sudah di isi dengan benang-benang ini. Terlebih lagi benang ini sepertinya tidak memiliki wujud fisik.
Perlahan, utas-utas ini juga mulai melilit tubuh ksatria wanita ini.
"Kurasa cukup sampai disini saja, ya."
Dua orang anggota unit penghakiman yang mengitari panggung mencoba menusuk Blackjack dari belakang. Tapi naas, mereka bernasib sama seperti O'hime.
"Kalau begitu pak tua ini pergi dulu."
Sebuah mekanisme terbuka. Sang penjahat kabur melalui bagian bawah tenda.
Namun, O'hime sama sekali tidak memiliki waktu untuk mengeluh. Instingnya menjerit membunyikan bel peringatan.
Dan benar saja.
Sebuah kabut asap keluar dari bawah panggung.
Lalu ... Ledakan besar terjadi.