Happy reading
*****
Aldrich melihat kembali pelayan tersebut. Saat ini anak buahnya kembali mencambuki tubuh penuh luka itu.
"Bagaimana?" tanya Aldrich pada salah seorang anak buahnya yang baru saja keluar dari dalam ruang siksaan.
"Perempuan itu tetap bungkam. Kami sudah mencambuknya ratusan kali. Bahkan, tubuhnya sangat mengenaskan, tapi dia menahan semuanya."
Aldrich bersedekap. "Aku tidak heran. Rata-rata orang pria tua bangka itu sangat tahan akan siksaan." Ia menerawang jauh kala melihat para anak buah setia Albert yang rela mati demi dirinya. Padahal semua janji yang diberikam kakeknha tersebut hanya omong kosong belaka. "Tak ada gunanya membuang waktu lebih lama. Perempuan itu tidak berguna lagi. Habisi saja, tapi jangan beri dia kematian yang cepat. Kau tahu 'kan maksudku? Perlakukanlah sesukamu. Kalau perlu, ajak yang lainnya."
Sudut bibir anak buah Aldrich terangkat ke atas. "Baik, Tuan."