"Percuma kau melakukannya. Akan sia-sia." Aldrich masih setiap menghisap puntung rokoknya. "Kemarilah!"
Aretha berjalan ke arah Aldrich. Ia bukan bermaksud untuk menuruti kemauan pria itu, tetapi tuk mengambil kartu akses kamar. Ia terpaksa mendekat dengan segala resiko yang akan ia alami. Aretha tak punya pilihan. Melawan atau pasrah? Tentu saja ia akan melawan.
Aldrich tidak bodoh untuk mengetahui maksud Aretha. Ia segera menarik tangan Aretha sehingga perempuan itu duduk di pangkuannya. Netra mereka saling bertatapan satu-sama lain.
"Lepaskan saya Tuan!" Aretha memberontak. Namun, berhasil ditahan oleh Aldrich.
"Aku sudah menangkapmu. Jadi, untuk apa aku melepaskannya, hah?" Aldrich menatap datar Aretha.
Pria itu mengangkat Aretha dan menidurkannya di sofa. Tangan kanannya ia gunakan untuk menahan tangan Aretha sedangkan yang lainnya menyentuh pipi Aretha. Mengusapnya perlahan. Merasakan betapa halus kulit perempuan yang ada di bawahnya.
