Sudah tiga hari semenjak Aretha menelepon Caroline. Namun, belum ada tanda-tanda perempuan itu mengabarinya. Pandangannya sering kali melihat pada layar ponsel. Ia kadang mengecek panggilan telepon, tetapi tak ada nama Caroline di sana.
Ia mengembuskan napas pelan. Mencari pekerjaan sangatlah sulit---bagi Aretha---terlebih pendidikannya tidaklah tinggi, melainkan hanya lulus sekolah menengah atas.
"Aretha," panggil Denaya.
Lamunan perempuan itu buyar seketika mendengar panggilan Denaya. Ia menatap perempuan di depannya, dengan mengerjapkan mata beberapa kali. "Ada apa Bibi?"
"Dari tadi kau terus saja melamun. Makanan di depanmu tidak kau sentuh sama sekali." Denaya melihat ke arah sup Aretha yang tampak mulai dingin. "Apa yang kau pikirkan sampai-sampai melamun seperti itu?"
Aretha kehabisan kata-kata untuk menjawabnya. Ia tidak ingin mengungkapkan hal yang sebenarnya. Terlebih, jika perempuan itu tahu ia ingin bekerja di tempat yang sama dengan Caroline.