Adel hanya bisa menghela napas saat menghadapi orang semacam tadi. Jika saja dirinya tahu ruangan mana Dava berada, maka ia tak akan mau bertanya pada resepsionis angkuh ini.
"Angkuh banget nih manusia satu. Kalau dia sampai tahu aku istrinya Dava, pasti nyalinya langsung menyusut. Emang bener bener ya, kebanyakan orang lagsung nilai dari tampilan luarnya. Dasar!" batin Adel.
Dengan rasa kesal yang tertahan, Adel berbalik dan hendak pergi dari sana. Ia hampir keluar dari pintu utama, tangannya terasa dipegang oleh seseorag.
"Hei lepasi---"
Adel melihat orang yang tak asing memegang tangannya. Ia bingung, bagaimana Dava bisa ada di sini. Perasaan Adel tadi Dava tidak ada di sekitar mereka.
"Mau ke mana? Arah ruanganku bukan ke sana. Yang kau tuju itu adalah jalan keluar."
"Itu ..." Adel ragu untuk mengatakannya. Ia bimbang. Netranya melihat kilatan kemarahan yang terpancar dari wajah suaminya tersebut.