Seperti mentari yang selalu bersinar tanpa peduli dirinya dipandang atau di perhatikan dia akan tetap bersinar. Di saat dirimu terluka tetaplah tersenyum di saat dirimu menangis tetaplah berdiri seolah kamu adalah tembok yang berdiri dengan tegak walau banyak badai menerpa.
Hidup tidak selalu manis terkadang ada pahitnya maka sempurnalah kehidupanmu.
Dibalik wajahnya yang dingin dan sikapnya yang berubah di sana dia selalu menangis dengan keperihan hati.
"Jika Papa bersih keras menyekolahkan Ello maka aku dan Seli akan angkat kaki dari rumah ini! Inilah pilahan yang harus kamu pilih."
"Plak... siapa kamu!? Beraninya menandatangani surat persetujuan operasi."
"Apa, kah kamu bisa mengembalikan suamiku? Apa kamu bisa membangkitnya untuk hidup lagi? DASAR ANAK PEMBAWA SIAL!!!!" jerit Siska emosi saat menampar wajah Ello.
"Ibu...!"
"Jangan memangil aku ibu... aku bukan ibumu..."
"Dasar sampah! Wanita sampah sepertimu tidak pantas di hargai..."
"Tubuhmu itu sudah aku nikmati seluruhnya untuk apa kamu bersikap seakan dirimu itu polos dan masih suci?"
"Dia hanyalah pelayan rendahan dan sampah wanita..."
Butiran bening menetes dengan pelan bagaikan tetesan embun yang mencair membasahi dedaunan. Tetesan air mata kembali mengalir dengan pelan saat kedua bola matanya yang penuh kekosongan hidup menatap terbitnya mentari pagi dari ufuk timur. Cairan bening mengalir dari tatapan yang dingin bagaikan es batu itu.
Sesak di dada sulit untuk bernafas. menarik pelan nafas dan menghembuskan secara pelan ketika suara tangis ingin datang dan berteriak. Tatapan mata bagaikan tidak ada tanda kehidupan di sana. Ello kembali meneteskan air mata dalam diam menahan luka dan perih akan hari-hari yang semakin berat dilaluinya. Gadis malang itu duduk dengan tenang menatap terbitnya mentari pagi di ufuk timur dari bibir pingiran jendela dengan air mata yang mengalir pelan saat dirinya membayangkan semua ingatana masa lalu dari dirinya yang tidak dihargai ibu angkatnya, menjual kehormatan untuk membiayai operasi sang ayah, menerima kenyataan ayahnya meningal, diasingkan dari kampung halaman, kembali dilecehkan oleh tiga pria asing hingga dirinya keguguran.
Sunguh kejam nasib kehidupan Ello. Dan takdir yang kembali mempertemukan dirinya dengan orang yang pertama kali merengut mahkotanya dan orang yang pertama kali menodai dirinya. Air mata masih mengalir dengan tenang tanpa ada sedikit suara dari sana gadis itu kembali menyandarkan dirinya di tembok kamar dengan berlinang air mata yang masih mengalir dan menahan sesak di dadanya yang sulit untuk dijelaskan.
****
Dringgg.... Dring.... bunyi lonceng alarm darurat muncul di seluruh rumah yang membuat semua pelayan kaget dan berlari dengan keras meningalkan pekerjaan mereka masing-masing lalu berbaris rapi di lantai satu memanjang saling berhadapan satu sama lain dan melihat ke tangga yang menuju lantai tiga di mana itu kamar Kim Taehyung. Semua pelayan disana tahu bahwa jika ada bel darurat maka kemarahan besar akan datang dari tuan muda mereka dan kemarahan seperti ini akan banyak yang mendapat masalah.
"APA KALIAN SEMUA TULI!!!" teriak suara dari bel seluruh sudut rumah hingga suara itu memenuhi seisi rumah Istana itu bagaikan kilat petir yang besar saking kerasnya suara itu.
Semua pelayan dan para bodyguard yang berjaga di luar rumah ikut mendengar suara bel dari Kim Taehyung itu yang membuat mereka semua ketakutan dan kecemasan kehilangan akan pekerjaan mereka masing-masing.
"SEKALI LAGI TIDAK ADA YANG MENGANGKAT TELPON DARI AKU AKAN AKU PECAT KALIAN SEMUA!!! CAM, KAN KATA-KATAKU INI!!!" ancam Taehyung masih dengan nada tinggi dan marah dari sana.
"PERINTAHKAN SI ELLO NAIK KE KAMAR AKU SEKARANG JUGA!!! APA KALIAN MENGERTI!!!" masih dengan suara yang emosi dan nada tinggi yang mengancam.
Tut.... tut....
Bel dimatikan.
Mendengar ucapan dan perintah Kim Taehyung itu semua pelayan segera menghampiri kamar Ello yang terletak di gudang belakang tanpa mereka menunggu aba-aba dari Kepala pelayan atau pun sekertaris Kim yang masih sibuk mengurus Taehyung di kamar.
**** pukul 08.00
"Tuan muda biarkan Ello beriisrahat hari ini. Dia sedang sakit bagaimana mungkin tuan tetap meminta dia bekerja dengan kondisi yang lemah itu," ucap sekertaris Kim memohon pada Taehyung di kamar.
Di mana sekertaris Kim dan kepala pelayan yang sudah dari semalam berada di kamar Taehyung untuk menjaga kondisi Taehyung. Karena rahasia Taehyung mengunakan obat terlarang hanya di ketahui oleh mereka dua tidak yang lain.
"Tuan kasihani gadis itu. Semalam anda sudah..." ucapan Kepala pelayan Tina terhenti ketika Taehyung yang sudah berpakaian kantor style rapi dengan tatapan dingin dan sorot mata menajam pada kepala pelayan Tina.
"Pergilah! Bukankah kamu tugasnya hanya memasak dan mengatur para pelayan? Lalu untuk apa anda datang dan mengatur urusan pribadiku," perintah Taehyung dengan nada dingin sangat tegas.
"Tapi tu. Tuan..."
"Aku tidak ingin berdebat. Pergilah kepala pelayan sebelum rasa hormatku padamu akan menjadi hilang," seru Taehyung yang memotong ucapan kepala pelayan Tina.
Kepala pelayan Tina yang mendengar ucapan Taehyung akhirnya diam seribu kata dan pamit pergi sedangkan sekertaris Kim masih diam tidak berucap sepatah kata pun.
"Bacalah jadwal aku hari ini! Dan setelah itu pergilah aku tidak ingin berdebat denganmu hanya karena gadis sampah itu," kata Taehyung sambil kembali bercermin di kaca dengan penampilanya yang sangat-sangat tampan di mana rambut gondrongnya di ikat ke atas mengenakan kemeja putih garis biru.
Celana kain jas hitam sama dengan kainya dan anting sebelah di telinganya dengan kerak kemejanya yang dibuka sedikit memperlihat bidan dadanya yang sangat seksi dan menawan ketampanan Kim Taehyung semakin hari semakin sempurnah yang membuat orang yang baru saja bertemu dengannya akan langsung terpesona dengan ketampananya bagaikan dewa manusia.
"Yang terakhir anda bertemu dengan klien dari Korea untuk pendiri teknologi cangih di Korea selatan. Tugas tuan muda hanya menemani mereka makan malam di salah satu restoran bintang lima milik kita ," jelas sekertaris Kim ketika dirinya yang sudah selesai membaca jadwal Taehyung hari ini.
"Baiklah. Sekarang tugasmu sudah selesai pergilah!" ucap Taehyung pada sekertaris Kim dengan sikap dinginya yang masih santai bercermin dan tidak mempedulikan ucapan sekertaris Kim.
"Tuan muda anak itu hanyalah korban di sini. jadi harap anda tidak melewati batas seperti semalam lagi," jawab sekertaris kim mengingatkan Kim Taehyung akan kejadian semalam.
"Apa maksudmu sekertaris Kim?" tanya Taehyung dengan memutar tubuhnya menatap tajam sekertraris pribadinya itu.
"Pikirkan saja semalam tuan berbuat apa untuk gadis itu," sahut sekertaris Kim dan pergi meningalkan Kim Taehyung sendiri di sana.
"Apa? Hei sekertaris Kim tunggu..." lirih Taehyung yang emosi dan terus memangil nama sekertarisnya itu namun, tetap saja wanita paruh baya itu sama sekali tidak peduli dengan panggilanya.
"Dia menyalahkan aku? Beraninya!?" bicara Taehyung sendiri emosi sambil membanting tangannya dengan kasar di
meja.
****
Semua pelayan yang berlari ke kamar dibelakang gudang akhirnya terhenti ketika melihat Ello yang berjalan masih dengan kaki tertatih-tatih karena kesakitan di seluruh tubuhnya.
"Kalian tenang saja aku tidak akan biarkan kalian kehilangan pekerjaan hanya karena diriku," ucap Ello dengan senyuman yang seakan tidak ada masalah sama sekali. Seakan dari wajahnya tidak ada tanda masalah penyiksaan pada dirinya. Gadis itu memakai celana hitam panjang dan baju lengan panjang dengan leher menutup kulit leher Ello.
Ia sengaja memakai serba panjang untuk menutupi tubuhnya yang penuh dengan lebam biru.
"Apa yang kalian lakukandisini?" jerit kepala pelayan Tina yang baru saja ke luar dari pintu lift dan bertanya mengapa tidak ada pelayan sama sekali hinga dirinya teringat akan Kim Taehyunh yang tadi menekan tombol bel darurat rumah.
Seribu mata di sana ketakutan sambil menundukan kepala mereka semua ketika mendengar suara keras kepala pelayan dari sana.
"Aku bertanya apa yang kalian lakukan di sini!? Jawab!!!" tanya kepala pelan Tina dengan menjerit keras yang membuat semua pelayan itu ketakutan.
"Maaf nyonya, kami hanya me." ucapan pelayan itu putus ketika Ello memotong ucapanya.
"Mereka hanya memberitahu aku akan pangilan tuan muda. Karena bel di kamar aku rusak jangan marahin mereka. Mereka tidak bersalah," papar Kira menjelaskan dengan senyuman dan tatapan sendu pada kepala pelayan Tina.
"Apa nona baik-baik saja?" tanya kepala pelayan Tina yang kwatir akan kondisi Ello apa lagi saat melihat gadis itu memakai serba tutup menutupi tubuhnya dengan rambut panjang berombaknya yang terurai di belakang. Kepala pelayan bisa mengerti akan hal itu.
Seketika mata Ello berkaca-kaca ia memalingkan wajahnya lurus ke depan.
"Aku baik-baik saja," lirih Ello menahan perih bagaikan teriris pisau di dalam sana. Gadis itu kembali berjalan. setetes bening kembali mengalir namun, secepatnya tangan Ello menghapus air matanya dan tetap berusaha untuk tidak menangis. Walau sebenarnya ia ingin menangis dan berteriak sekeras mungkin.
BERSAMBUNG.