•note: Tidak ada yang sadar mengenai keajaiban cinta, hingga kamu kehilangan cinta.
Caca terdiam menatap beberapa obat di atas perutnya, dia mengambil kemudian melihatnya satu persatu.
"Ini nggak ada obat, demam. Semuanya obat diare," ucapnya kemudian menyodorkan kembali pada Anka.
"Nggak papa, kok, lagian aku juga cuma pusing, sedikit. Kamu nggak usah khawatir, gitu," kekehnya.
Anka menyimpan kembali obat tersebut, dia memutar bola matanya malas lalu kembali duduk lagi.
"Nggak usah, GeEr,gue datang ke sini cuma takut aja Lo bunuh diri setelah gue bentak, Lo tadi," ucapnya.
Caca menutup mulutnya, "jinjja?" tanyanya sangat-sangat menyebalkan bagi Anka.
"Oh, ya, An. Aku boleh minta tolong, nggak?"
Tidak ada jawaban dan respon, cowok itu malah asik bermain ponsel.
"An!" bentaknya.
Cowok itu berdecak, "gue nggak mau dimintai bantu sama Lo!" tolaknya, menyesakkan sekali. Tapi, sudah lah. Lagian jawaban seperti itu sudah biasa bagi, seorang Caca.
"Ya udah, nggak papa."