•note: aku sayang kamu, aku juga cinta kamu. Hanya satu yang nggak bisa aku akui dari kamu, yaps! Memilikimu seutuhnya.
Sore hari sekitar jam 3, Caca berinisiatif pergi ke rumah Anka untuk mengajak cowok itu jalan-jalan sore Minggu ini. Karena mereka tidak pernah jalan selama berpacaran satu tahun terakhir.
Ya gimana mau pacaran kalau Anka nya nggak sudi dan nggak mau sama Caca. Ini pun ajakan Caca entah mau atau tidak. Intinya, Caca sudah berserah diri kepada Tuhan.
Mau ya bersyukur, kalau enggak ya bersyukur juga. Toh hidup harus terus bersyukur, BETUL TIDAK?!
Gadis manis itu berjalan seperti anak kecil, dia masuk ke dalam rumah Anka yang begitu luas. Namun sayang, suasananya sangat sepi seperti tidak ditinggali orang.
"ANKA!!! SAYANG!!" teriaknya. Rambut kuncir duanya bergerak tak tentu arah, di tambah jepit manis yang membuat kepalanya menjadi sedikit ramai.
Karena tidak mendapat respon, Caca memilih menelpon saja. Siapa tau laki-laki itu tidak ada di rumah.
Panggilan berdering namun tetap tidak diangkat oleh dia.
"Ish! Kenapa nggak diangkat, sih! Kan aku mau ajak jalan, selalu gini terus!" decaknya sebal, bibirnya di kerucutkan.
Suara langkah kaki terdengar mendekat, dan saat menoleh ke arah tangga, Caca mendapati Anka yang mungkin baru bangun tidur karena rambut cowok itu acak-acakan dan baju kaosnya sedikit kusut.
"HALLO ANKA!!" teriaknya menyapa Anka lalu menghampiri laki-laki itu dan memeluk lengannya.
Anka yang risih langsung menyentakkan tangan Caca dari lengannya.
"Ga usah pegang-pegang!" bentak Anka kasar.
Bukannya marah atau kesal, Caca malah cengengesan dengan menyengir lebar.
"Jalan sore, yuk! Kita kan nggak pernah jalan selama pacaran," ajaknya.
"Gak!" tolak Anka tegas, laki-laki remaja itu berjalan ke arah dapur dengan di ekori oleh Caca.
"Ayo dong, mau ya!!! Kita kan gak pernah jalan, masa iya sekali doang kamu nggak mau," rengeknya memaksa.
Caca menggoyang-goyangkan lengan kekar Anka, memaksa laki-laki itu agar mau memenuhi permintaannya kali ini.
Anka yang lagi minum pun berdecak kesal, dia menyiram wajah Caca dengan air di gelas yang dia pegang.
Byur!!
Wajah Caca jadi basah, gadis itu kaget dan langsung mengusap wajahnya.
"Nggak usah banyak tingkah! Lo pikir gue suka?! Jijik tau gak!" serunya lalu pergi meninggalkan Caca yang berdiri mematung menatap kubin putih yang basah di bawah.
Namun, sedetik kemudian, bibir Caca melengkung lebar lagi. Cewek cantik itu membalik tubuhnya lalu berlari mengejar Anka yang sudah hilang entah di mana.
No! Nggak ada kata nyerah bagi Caca, dia akan terus berjuang meskipun selalu mendapat penolakan dan bentakan dari Anka. Baginya itu hanya terjadi di awal ketika dia berjuang, toh Caca yakin kalau dia berhasil buat Anka bucin padanya, cowok itu tidak akan pernah bisa menolak apa yang Caca inginkan. Jangankan jalan, ajak nikah langsung juga ayok!
"Anka!!!! Kamu di mana? Jalan yuk! Kamu mah suka nolak ajakan aku!" teriaknya mencari keberadaan Anka yang entah di mana, di kamar tidak mungkin karena kebiasaan Anka kalau dia sudah keluar kamar, dia tidak akan masuk lagi untuk beberapa jam kedepan.
Dan yash! Caca menjumpai Anka yang lagi duduk di pinggir kolam renang. Cowok itu sedang melamun menatap kolam renang yang begitu tenang di depannya.
Karena tidak mau menganggu, dengan perlahan, Caca berjalan pelan dan duduk juga di pinggir kolam, tapi jaraknya dan Anka sedikit jauh.
"An," panggilnya.
Laki-laki itu menoleh datar.
"Tente Andini mana? Sama om Saputra?" tanyanya sekedar basa basi.
Tidak ada jawaban dari Anka, laki-laki itu memalingkan wajahnya lagi kembali menatap air kolam yang tenang tak bergelombang.
"Kayaknya sih aku gagal lagi bawa kamu, jalan. Kamu nya nggak pernah mau sih, coba aja kamu mau, pasti seru!" kekeh perempuan cantik itu.
Meskipun tak ada respon dari Anka, tapi Caca yakin cowok itu pasti mendengarkan apa yang dia katakan. Anka memang tak punya hati, tapi dia masih punya telinga untuk mendengar.
"Gak masalah sih kalau, kamu nggak bisa hari ini. Masih ada hari esok yang bakal aku coba buat luluhin kamu. Dan kamu juga, jangan pernah risih ya sama aku, aku tahu aku nyebelin, tapi jangan nyuruh aku berhenti berjuang. Karena aku masih mau buktiin apakah kamu itu beneran emang nggak ada rasa sama aku, atau emang udah ada rasa tapi pura-pura,"
Masih sama, tidak ada respon dari cowok itu.
Caca tersenyum kecut, dia menatap wajah Anka dari samping yang begitu sempurna. Hidung mancung dan bibir yang lumayan tebal, apalagi bulu matanya yang lentik serta alis yang hitam tebal.
Perfect deh!
"Kamu ganteng ya, makanya aku suka," puji gadis tersebut.
Anka menoleh cepat, dia menatap Caca dengan tatapan tajam dan horor.
"Hehe... Nggak kok, tapi emang ganteng!"
"Jadi Lo suka sama gue cuma karena fisik?!"
Caca menggeleng, "gak!!! Gak gitu!" tangannya melambai-lambai di depan dada.
"Jangan salah paham dulu, aku suka kamu bukan karena fisik kok awalnya, tapi karena dari awal aku udah tertarik sama kamu," jelasnya sambil terkekeh.
Anka mendengus, penuh drama! batinnya.
"Mending Lo pulang, gue eneg lihat Lo!" usirnya tega.
"Gak ah! Aku masih mau di sini sama kamu, it's oke gagal jalan, asal aku bisa berduaan sama kamu," gelengnya.
Anka memutar bola matanya, laki-laki itu beranjak berdiri dan pergi meninggalkan Caca di sana.
"An! Mau kemana?! Jangan tinggalin aku!" pekik cewek bersuara cempreng tersebut, dia langsung bangun dan berlari mengejar Anka yang sudah masuk ke dalam.
"Kamu kenapa tinggalin aku, sih! Aku kan takut," sungutnya berjalan di sebelah Anka yang sekarang malah memilih keluar dari rumahnya.
"Kita mau kemana? Jalan?" tanya Caca sangat antusias.
"Gak!"
"Terus kemana? Oh atau_"
"Usir Lo sampai depan," potongnya saat berada di tengah-tengah pekarangan rumahnya yang begitu luas.
Langkah Caca terhenti, raut wajah dia berubah drastis.
"Aku gak mau pulang! Aku mau di sini!"
Anka berdecak, langkah cowok itu juga berhenti dan memutar tubuhnya menatap jengah pada Caca yang berdiri agak jauh di belakangnya.
"Gue nggak mau di ganggu!"
Caca menggeleng cepat, "aku gak ganggu kamu kok, aku kan cuma berkunjung ke rumah pacar aku, masa iya nggak boleh!"
Mata Caca sudah berkaca-kaca, dia ingin menangis namun tetap dia tahan agar tidak di pandang lemah oleh Anka.
"Mau Lo apa sih, Ca?! Gue lagi gak mau di ganggu! Bisa ngerti gak sih?!" bentaknya pada Caca yang masih tak bergeming di tempat.
Tes!
Pertahanan Caca runtuh, gadis itu mengusap air matanya kasar lalu berjalan menghampiri Anka agar jaraknya lebih dekat.
"Kapan sih kamu nggak risih sama aku?! Kapan?! Kamu selalu risih dan nggak pernah nyaman sama kedatangan aku! Salah aku sama kamu sebenarnya apa sih, sampai kamu sebenci ini sama aku?!"
Anka terkekeh, "Lo nanya salah Lo? Iya?!"
"MIKIR PAKE OTAK DODOL!"