Rea mengulum senyum melihat Satria tengah melepas kaos kaki dengan wajah tertekuk. Bibirnya berlipat, matanya sama sekali tidak bergeser dari aktivitasnya yang bagi Rea sangat remeh temeh itu.
Rea berjalan mendekatinya. Diusapnya bahu lebar yang selalu menjadi tempatnya bersandar milik lelaki itu. "Kamu sensi banget, Bang. Dea kan cuma bercanda," ucap Rea pelan seraya duduk di sebelah Satria.
Lelaki itu memutar posisi duduk menghadap Rea. "Kamu beneran cinta aku kan?" tanya Satria memicingkan mata.
"Kamu serius menanyakan itu ke aku setelah kita bertahun-tahun bersama?"
Satria kembali melengos. Dia menyilangkan kedua lengannya ke depan dada. "Siapa tau saja diam-diam kamu masih menyimpan rasa sama tukang domba itu," sungutnya pelan.
Rea mengerjap. "Masih? Kata masih itu nggak ada, Bang. Memangnya aku pernah cinta sama Axel?"
"Jangan sebut namanya, Re," erang Satria.
"Oke, tapi kata masih menunjukkan kalau aku pernah mencintai dia. Nyatanya kan enggak."