THAILAND.
"Nyonya Celesta, saatnya masuk ke dalam, sore ini udaranya cukup dingin." Ucap Aranka Demetria sambil memapah tubuh Celesta Loria menuju ke dalam rumah, mendudukkan tubuh wanita itu perlahan lalu memakaikannya sebuah mantel tebal berbulu untuk melindungi tubuh wanita itu dari udara dingin.
"Dee," Panggil seseorang dari balik pintu dengan senyuman yang terlihat manis meskipun wajahnya kelihatan lelah.
"Ibu sudah pulang?" Sambut Aranka Demetria dengan sebuah pelukan hangat.
"Hm,"
"Istirahatlah dulu, ibu pasti lelah." Balas Aranka Demetria yang masih memeluk tubuh ibunya yang hanya pasrah saat putrinya mendekap tubuh lelahnya.
"Iyaa sayang," Ucap wanita itu tersenyum sambil membelai rambut panjang Aranka Demetria.
"Bagaimana kabar Nyonya Celesta hari ini? dia baik baik saja kan?" Tanya Larissa Lobelia saat pandangannya tertuju ke sebuah kursi single depan jendela bertirai putih yang sore itu angin bertiup cukup kencang hingga membuat tirai tersebut sedikit tersibak dan menyapa wajah menawan namun terlihat pucat dari Celesta Loria yang sejak tadi hanya terdiam dengan mata yang terlihat berkaca.
"Apa Nyonya Celesta baik-baik saja?" Tanya Larissa Lobelia nampak khawatir.
"Iya Bu, hanya sejak pagi tadi aku lihat Nyonya Celesta nampak terlihat muram, bahkan aku sempat melihat air mata menitik dari sudut matanya." Balas Aranka Demetria sambil menatap punggung Celesta Loria yang di tutupi mantel hangat berbulu. Sedang Larissa Lobelia hanya bisa menarik nafas dalam, sambil membelai rambut Aranka Demetria Putrinya.
"Nyonya Celesta pasti sedang merindukan anaknya." Ucap Larissa Lobelia perlahan.
"A-apa? Jadi Nyonya Celesta memiliki seorang anak? Lalu suaminya?" Tanya Aranka Demetria perlahan, dan untuk sesaat Larissa Lobelia nampak terdiam dan kembali menarik nafas dalam. Bahkan kegelisahan kembali menggerogoti hatinya saat pandangannya kembali tertuju ke arah Celesta Loria.
Sejak Aranka Demetria menyusul ibunya ke Thailand, memang banyak hal yang belum ia ketahui tentang Celesta Loria. Bahkan sejak Aranka Demetria menginjakkan kakinya di rumah ibunya, ia sudah melihat Celesta Loria di sana, dan satu satunya hal yang ia ketahui, Celesta Loria adalah sahabat ibunya yang sekarang sedang sakit. Selebihnya ia tidak tau apapun lagi. Meskipun Aranka Demetria sangat penasaran tentang asal usul Celesta Loria yang sepertinya sengaja di sembunyikan oleh ibunya. Sebab, saat ibunya akan keluar rumah untuk bekerja, ia akan melarang Aranka Demetria untuk membawa Celesta Loria keluar rumah, seolah wanita tersebut harus di sembunyikan dari semua orang. Dan Aranka Demetria hanya bisa menurut meskipun ia tidak tau, apa sebenarnya alasan sang ibu melakukan hal itu.
"Ibu.. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Nyonya Celesta? Apa Nyonya Celesta sudah lama menderita PTSD?" Tanya Aranka Demetria lagi, yang semakin penasaran dengan Celesta Loria.
"Hm, sudah cukup lama sayang, bahkan sejak suaminya meninggal dunia 25 tahun yang lalu." Jawab Larissa Lobelia perlahan.
"Lalu di mana anak Nyonya Celesta sekarang, bukankah Nyonya Celesta memiliki seorang anak?" Tanya Aranka Demetria yang terus menyerang Ibunya dengan segala macam pertanyaan yang sudah lama menumpuk di dalam kepalanya.
"Benar, Nyonya Celesta memiliki seorang putra, namun ia terpisah dari putranya sejak putranya berumur 6 tahun." Jawab Larissa Lobelia. Sedang Aranka Demetria hanya terdiam dengan raut wajah yang terlihat sedih.
'Kasian Nyonya Celesta, ternyata ia memiliki kisah hidup yang menyedihkan.' Batin Aranka Demetria menarik nafas dalam.
"Dee, ibu rasa sudah saatnya kau mengetahui segalanya." Ucap Larissa Lobelia perlahan yang seketika membuat hati Aranka Demetria menjadi berdebar dengan perasaan yang gelisah, sebab saat ini ia bisa melihat dengan jelas ekspresi Ibunya yang nampak terlihat serius, bahkan Aranka Demetria juga bisa melihat kesedihan yang terpancar dari sorot mata sang Ibu.
"Kebenaran seperti apa Bu?" Tanya Aranka Demetria was-was dan sebisa mungkin menekan perasannya.
"Nyonya Celesta adalah wanita yang sangat di cintai oleh Ayahmu." Jawab Larissa Lobelia dengan mata yang seketika berkaca.
"Ap-apa? Ja-jadi.. "
"Benar, dan ada satu hal lagi yang selama ini tidak kau ketahui." Lanjut Larissa Lobelia yang semakin membuat Aranka Demetria gelisah.
"Apa Bu?"
"Nyonya Celesta bisa kehilangan suami dan anaknya, itu semua di sebapkan oleh perbuatan Ayahmu." Balas Larissa Lobelia dengan suara bergetar.
"Ma-maksud ibu? Su-suami Nyonya Celesta.."
"Meninggal karena Ayahmu."
"Jadi Ayah yang membunuh... " Kalimat Aranka Demetria terhenti, bahkan ia tidak punya kata-kata lagi untuk di ucapkan. Air mata tiba-tiba saja menetes dari sudut matanya, ia hanya bisa menggeleng pelan sambil membekap mulutnya sendiri.
"Kenapa.. Kenapa Ayah melakukan hal keji seperti itu.. Kenapa bu?" Tanya Aranka Demetria dalam isaknya.
"Sebab ayahmu masih sangat mencintai Nyonya Celesta, dan membenci Tuan Casey Elvern sejak dulu, pria yang di cintai oleh Nyonya Celesta."
"Tu-tuan Casey Elvern? Jadi... M-maksud Ibu, Nyonya Celesta istri dari Tuan Casey Elvern?" Tanya Aranka Demetria terlihat syok.
"Iya sayang, Casey Elvern, Ayah dari Alpha Shaquille Elvern, suami kamu."
Mendengar kalimat Ibunya barusan seolah mendapatkan beribu sayatan di seluruh tubuh Aranka Demetria, sayatan dengan luka yang menganga lalu di taburi garam, begitulah perih dan sakitnya perasaan Aranka Demetria saat ini. tubuhnya bergetar hebat menahan sesak dengan air mata yang terus mengalir dari sudut matanya. Nafasnya seolah tercekik oleh kenyataan yang sungguh sangat menyakitkan. Dan akhirnya Aranka Demetria baru memahami kebencian Alpha Shaquille selama ini kepadanya, sikap dingin, kasar dan tempramen buruk Alpha Shaquille. lepas dari Alpha Shaquille yang mengetahui siapa pembunuh Ayahnya atau tidak. Aranka Demetria sudah sangat paham dan bahkan sekarang ia merasa malu sebab sudah bertahan di samping Alpha Shaquille yang sebenarnya sudah sangat muak dan benci dengannya.
Dengan perlahan Larissa Lobelia meraih tubuh Aranka Demetria yang masih terus terisak untuk di peluknya, mengusap punggung anaknya untuk menenangkan yang bahkan semakin terisak.
"Aku malu Ibu.. Selama ini dengan tidak tau dirinya aku bertahan di samping Lee. Bahkan sampai berkali-kali mengatakan cinta padanya, aku sangat malu.. Ibu.. Apa yang harus aku lakukan sekarang... "
Aranka Demetria menangis sejadi-jadinya, sambil membenamkan wajahnya di pangkuan sang Ibu yang juga sedang menitikan air matanya. Hingga beberapa menit kemudian, Aranka Demetria kembali menatap wajah Ibunya yang masih sesegukan dengan air mata yang masih mengenang di pipinya.
"Lalu kenapa Ibu bisa bersama Nyonya Celesta sekarang?" Tanya Aranka Demetria dengan suara seraknya.
"Ibu menyelamatkan Nyonya Celesta dari sekapan Ayahmu." Jawab Larissa Lobelia yang lagi-lagi membuat Aranka Demetria terhenyak.
"Maksud Ibu? Ayah menculik.. "
"Iya, obsesi Ayah kamu membuatnya kehilangan akal sehat, karena tidak ingin kehilangan Nyonya Celesta, ia lantas menculik dan mengurung Nyonya Celesta di Mansion selama beberapa tahun, dan tidak ada yang mengetahuinya, bahkan Ibu sekalipun." Jelas Larissa Lobelia.
"Lalu apa yang terjadi setelah itu?"
"Ibu yang saat itu tidak sengaja mendengar percakapan Ayahmu di telfon jadi mengetahui semuanya."
"Jadi ini alasan Ibu pergi meninggalkan ayah?"
"Iya, Ibu sudah tidak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi, dan pada saat itu juga, Ibu membawa Nyonya Celesta pergi dan langsung bersembunyi di tempat ini. Sampai sekarang.
"Ibu mengganti semua identitas Nyonya Celesta, agar Ayahmu tidak menemukan kami di sini. Dan satu hal yang membuat Ibu syok, sebab pada saat membawa Nyonya Celesta dari Mansion Ayahmu, kondisi Nyonya Celesta sedang hamil muda, dan anak yang ada di dalam kandungan Nyonya Celesta adalah anak Ayahmu." Lanjut Larissa Lobelia berusaha tegar, bahkan suaranya terdengar bergetar saat menceritakan semuanya, begitu pula dengan air matanya yang terus menetes dari pelupuk matanya.
"Lalu.. Di mana anak Nyonya Celesta sekarang?"
"Verona, Italia."
"Verona? Jadi selama ini, Nyonya Celesta dan anaknya tinggal di Verona? kenapa Ibu membiarkannya?"
"Sejak Azura dewasa, dia sangat ingin mandiri dan bisa mengurus Ibunya sendiri. Sebenarnya Ibu tidak mengizinkan mereka untuk pergi, Ibu takut, Ayahmu akan menemukan mereka, meskipun Ayahmu mungkin tidak mengetahui jika saat itu Nyonya Celesta sedang mengandung anaknya. tapi Azura tetap memaksa, dan ibu tidak bisa berbuat apa-apa. Setidaknya ibu bisa tenang, sebab sudah mengganti identitas mereka. Sampai hari itu Ibu mendapat kabar, jika Azura sedang terbaring koma di rumah sakit. Dan hari itu juga Ibu langsung menjemput Nyonya Celesta dan membawanya kembali ke sini."
"Koma? Azura mengalami kecelakaan?" Tanya Aranka Demetria mengernyit.
"Tidak. Yang Ibu dengar, tubuh Azura di temukan sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan luka parah di sekujur tubuhnya. Jelas itu bukan kecelakaan, itu penganiayaan. Meskipun Ibu tidak tau motif si pelaku yang tega melakukan hal keji seperti itu kepada gadis sebaik Azura. Karena Ibu takut terjadi sesuatu kepada Nyonya Celesta, saat itu juga Ibu langsung menjemput Nyonya Celesta untuk menyembunyikannya."
"Gadis yang malang, tapi... Ini bukan ulah Ayah kan?" Tanya Aranka Demetria merasa was-was.
"Tidak mungkin Ayahmu, sebab Ayahmu tidak punya alasan untuk melukai Azura yang bahkan tidak ia kenal sama sekali."
"Azura, Anak seperti apa dia Bu?" Tanya Aranka Demetria perlahan.
"Dia gadis yang sangat cantik sama seperti ibunya, dia juga gadis yang ceria, tapi sayang sekali gadis itu tidak pernah merasakan kasih sayang Ibunya sejak lahir di karenakan kondisi Ibunya saat ini."
Balas Larissa Lobelia sambil meraih tangan Aranka Demetria untuk di genggamnya, seraya mengusap sisa air mata yang masih membasahi wajah anaknya
"Semoga Azura baik baik saja di sana, sebab sudah beberapa hari ini Ibu sudah tidak pernah mendengar kabar dari Azura lagi. Dan Ibu berencana untuk mencarinya. Mungkin dalam beberapa hari ini kita harus kembali ke Verona, biar bagaimanapun, Azura adalah anak Ayahmu, dan adik kamu juga."
"Tapi aku tidak ingin bertemu dengan Ayah lagi Bu, aku membencinya, sangat membencinya, Ayah seorang pembunuh, aku.. "
"Sayang.. Ibu mengerti, kesalahan Ayahmu sudah sangat banyak. Tapi biar bagaimanapun dia... "
"Tidak Ibu, Ayah sudah sangat keterlaluan, Ayah bukan manusia, Ayah bahkan menjodohkanku dengan Lee, anak dari sahabatnya yang sudah ia bunuh, bahkan Ayah tega menyandera Nyonya Celesta hingga.." Aranka Demetria menghentikan kalimatnya dan kembali mengarahkan pandangannya ke arah Nyonya Celesta Loria yang masih setia dengan keterdiamannya.
Luka di hati Aranka Demetria semakin bertambah, di saat ia kembali mengingat Alpha Shaquille yang selama ini menyangka kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Bahkan ia tidak bisa memikirkan, akan sesakit apa Alpha Shaquille kelak saat mengetahui kondisi Ibunya saat ini.
"Sayang.. "
"Aku memikirkan Lee, apa yang akan terjadi jika dia mengetahui bahwa Ibunya masih hidup." Tanya Aranka Demetria seraya mengusap air matanya.
"Yang jelas dia pasti akan bahagia."
"Tapi kondisi Nyonya Celesta saat ini."
"Ibu tau." Balas Larissa Lobelia menarik nafas dalam, seraya mengusap rambut panjang Aranka Demetria dengan sangat lembut.
"Ibu.. Boleh aku bertanya sesuatu?" Tanya Aranka Demetria perlahan.
"Iya sayang, ada apa?"
"Kenapa Ibu mau menolong Nyonya Celesta pada saat itu?"
"Nyonya Celesta juga sahabat Ibu, dan kita sudah sangat dekat sejak dulu."
"Tapi kenapa Ayah tega melakukan itu?"
"Ayahmu sudah sangat lama mencintai Nyonya Celesta."
"Apakah itu alasan satu-satunya hingga Ayah tega melakukan hal keji? Dan yang lebih kejam dari itu, Ayah sengaja menjodohkan aku hanya untuk merebut harta Lee, Ayah bahkan tega menjadikanku umpan agar bisa mendapatkan ASEA CORPORATION."
"Iya sayang, Ibu mengerti. Ibu juga sudah mendengar semuanya, maafkan Ibu, karena tidak bisa membantumu pada saat itu, tidak bisa menemanimu di masa masa sulit mu, maafkan Ibu yang membiarkan mu menderita dan menangis seorang diri." Ucap Larissa Lobelia penuh penyesalan.
"Tidak Ibu, semua yang terjadi itu pilihanku sendiri, Ibu tidak salah apa apa, dan satu satunya orang yang harus di salahkan adalah Ayah." Balas Aranka Demetria.
"Sayang.. Sudahlah, yang penting sekarang kau sudah lepas dari semuanya, dan hidup tenang bersama Ibu sekarang."
"Iya Bu, tapi aku merindukan Zev, bagaimana kabar dia sekarang?" Balas Aranka Demetria saat wajah Zev Albion memenuhi pikirannya.
"Ibu juga sangat merindukannya, sangat merindukannya." Balas Larissa Lobelia kembali menitikan air mata, saat ingatannya ikut tertuju pada anak bungsunya yang sudah sangat lama tidak di lihatnya.
"Untuk saat ini, Ibu akan fokus mencari Azura, kau bersedia kan membantu Ibu?"
"Tapi Bu, bagaimana dengan Nyonya Celesta, apa kita juga akan membawanya pergi?"
"Tentu saja, Ibu tidak bisa meninggalkan Nyonya Celesta seorang diri."
"Aku tau, tapi Ayah.. "
"Semua akan baik baik saja." Balas Nyonya Larissa Lobelia kembali memeluk tubuh anaknya erat.
* * * * *
VILLA ALPHA SHAQUILLE.
"Aku yakin ini Villa si Alpha manusia kaku itu." Gumam Zev Albion sambil terus mengamati bangunan mewah yang berada di seberang jalan tepat mobilnya terparkir saat ini.
Dengan sangat hati hati Zev Albion keluar dari mobilnya sambil menggunakan sebuah topi lengkap dengan masker dan kaca mata hitam untuk menutupi wajahnya. Sambil terus mengawasi Villa mewah tersebut yang hari ini hanya ada beberapa pengawal saja yang berjaga di sekitar halaman Villa tersebut. Lama Zev Albion menunggu sambil terus mengawasi keadaan. Hingga akhirnya ia bisa melihat satu sosok yang baru saja keluar dan sedang berdiri tepat di atas balkon lantai dua.
"Dugaanku benar, kau tinggal di sini rupanya." Gumam Zev Albion dengan senyum sumringah sambil meraih ponselnya dan mulai mengirim pesan untuk gadis yang sekarang sedang termenung di atas balkon kamarnya.
Dan bukan hal yang sulit buat seorang Zev Albion untuk melacak nomor ponsel seseorang, di tambah lagi seseorang ini adalah sosok yang sudah sering di rindukannya dalam beberapa hari terakhir ini.
+39224223×××××
📩 "Hai.. "
Sweet girl.
📩 "Siapa?"
+39224223×××××
📩 "Pria tampan yang bersamamu di taman kemarin."
Sweet girl.
📩 "Kau? Dari mana kau mendapatkan nomer ponselku?"
+39224223×××××
📩 "Itu bukan hal yang sulit."
Sweet girl.
📩 "Kau seorang penguntit?"
+39224223×××××
📩 "Hei.. Apa tampangku terlihat seperti seorang penguntit?"
Sweet girl.
📩 "Hm,"
+39224223×××××
📩 "Bukankah kau keterlaluan? Baiklah, bolehkah aku bertemu denganmu?"
Sweet girl.
📩 "Bertemu? Kita tidak sedekat itu untuk saling bertemu."
+39224223×××××
📩"Ayolah.. Aku sangat merindukan."
Sweet girl.
📩"Apa? Tidak salah? Kau merindukanku?"
+39224223×××××
📩 "Apa yang salah dengan itu? Ini perasaanku, aku yang merasakannya, jadi aku berhak merindukan siapa saja."
Sweet girl.
📩 "Aku sibuk."
+39224223×××××
📩"Sibuk? Memang apa yang sedang kau lakukan sekarang?"
Sweet girl.
📩 "Memasak."
+39224223×××××
📩"Memasak? Sejak kapan dapurmu berpindah ke atas balkon?"
Dengan senyum sumringah, Zev Albion melambaikan tangannya ke arah Azura Aubrey yang sedang memandang ke arahnya. Hingga kembali terdengar nada notifikasi di ponsel Zev Albion.
Sweet girl.
📩"Kau benar-benar penguntit? Apa yang kau lakukan di sana?"
+39224223×××××
📩 "Bukankah sudah aku katakan ingin bertemu denganmu?"
Sweet girl.
📩"Tapi aku tidak bisa keluar begitu saja dari rumah."
+39224223×××××
📩 "Ada apa? Apa si beruang kutub itu melarangmu untuk keluar?"
Sweet girl.
📩 "Siapa yang kau sebut dengan beruang kutub? Kakak ku pria yang baik."
+39224223×××××
📩 "Yah.. Yah.. Sekarang bisakah kita bertemu?"
+39224223×××××
📩"Sekali ini saja."
+39224223×××××
📩 "Ayolah.."
Zev Albion menghela nafas panjang saat ia tidak mendapat pesan balasan notifikasi lagi dari Azura Aubrey, bahkan ia sudah tidak melihat sosok Azura Aubrey lagi di sana, ponsel gadis itupun sudah tidak aktif lagi. Hingga sampai 4 jam ia menunggu, akhirnya Zev Albion menyerah dan langsung meninggalkan tempat tersebut.
Sedang di dalam Villa, tepatnya di sebuah kamar tidur bernuansa merah muda yang terlihat luas tersebut, nampak Azura Aubrey yang masih berdiri di balik jendela kamarnya sambil memandang mobil Zev Albion yang perlahan bergerak pergi meninggalkan tempat tersebut.
Azura Aubrey menarik nafas dalam, entah mengapa, tiba-tiba saja ia merasakan sakit di dalam hatinya, Azura Aubrey bahkan tidak bisa memungkiri jika sejak pertemuan pertama mereka yang bisa di bilang tidak biasa itu membuat perasaannya menjadi aneh, sebab tanpa alasan yang pasti ia selalu memikirkan pria bertubuh tinggi yang memiliki senyum menawan tersebut. Hingga suara ketukkan pintu kamar membuyarkan lamunannya seketika.
* * * * *
Bersambung...