Andrea masuk ke kamar Felix dan tak menemukan apapun di dalam kamar. Tapi kenapa suara itu semakin kencang terdengar.
"Kenapa aku malah merinding," gumam Andrea.
Ia lantas mencoba menghubungi Felx yang tak datang juga. Namun tak ada jawaban karena ponselnya mati.
"Apa hari ini dia lembur?" gumam Andrea.
Tiba tiba Andrea merasa ingin ke kamar mandi. Ia berjalan menyusuri ruangan kecil di rumah Felix. Tak sengaja ia melintas di depan kamar adik perempuan Felix.
Suara wanita meracau terdengar sangat intens dari dalam.
"Anastasia?" gumam Andrea.
Anastasia adalah nama dari adik Felix. Ia pikir Ana, panggilan untuk Anastasia sedang menikmati malam indah bersama kekasihnya.
Andrea tak memperdulikan itu dan bergegas ke kamar mandi. Ia segera menyelesaikan hasratnya di kamar mandi.
Matanya tak sengaja melihat jam tangan Felix yang ia berikan.
"Dia di rumah?" gumam Andrea.
Setelah selesai mencuci tangan ia keluar dari kamar mandi. Namun tiba tiba ia terdiam. Ada hal yang ia sadari.
Segera Andrea berlari ke arah kamar Ana. Ia membuka pintu kamar yang memang tak terkunci itu.
Betapa hancur hatinya. Ia melihat kekasihnya. Sedang asyik menghentakkan tubuhnya di atas tubuh wanita yang tak ia kenal
"Felix!" pekik Andrea.
Mendengar suara Andrea Felix sangat terkejut. Ia dan wanita itu sontak terkaget dan menghentikan aktivitas tak pantas itu.
"Andrea ..." Felix tak bisa berkata kata saat Andrea memergokinya sedang menjelajahi tubuh wanita lain.
Mata Andrea sudah memerah melihat apa yang terjadi di depannya. Tangannya gemetar. Tubuhya tak dapat lagi merasakan apapun.
Tulang belulangnya terasa remuk redam. Felix segera bangkit memakai pakaian. Lalu menghampiri Andrea yang terdiam membatu.
"Andre ... " ujar Felix seraya meraih tangan Andre.
"Lepaskan tanganmu dariku!" suara Andrea terdengar bergetar. Namun ia tegas menolak Felix.
"Kita bicarakan dulu," mohon Felix.
"Apa? Apa yang mau kau bicarakan? Kau bahkan tak pernah menyentuhku. Tapi kau ... kau malah bersama orang lain !"
Andrea tampak sangat marah dan tak bisa meredam sakit hati yang menjalar di dadanya.
Namun Andrea bukan wanita yang bisa meledak ledak. Ia memang teramat sedih dan hancur. Tapi ia bahkan tak bisa melampiaskan pada Felix.
"Andrea, kita selesaikan baik baik," ujar Felix.
"Lepaskan aku!" ujar Andrea.
"Ini tak seperti yang kau pikirkan!"
Andrea menangis mendengar ucapan Felix. Tak seperti apa yang ia pikirkan? Lalu apa?
Karena tak bisa mengatakan apapun, Andrea memilih angkat kaki dari rumah Felix.
"Kita putus!" ujar Andrea sambil berlalu pergi begitu saja.
"Andrea tunggu! Andrea!" Felix mengejar Andrea yang berlari sambil0 menangis keluar dari rumahnya.
Hal yang tak pernah terpikirkan oleh Felix, bahwa ia akan ketahuan oleh Andrea. Selama ini, apapun yang dikatakan Felix, Andrea selalu percaya.
"Berhenti!" Felix menarik tangan Andrea lalu mendekapnya erat.
"Lepaskan aku! Lepaskan!" pekik Andrea.
"Maafkan aku! Aku mohon, ini hanya kesalahan, gadis itu menggodaku. Dan aku ... "
PLAK!
Sebuah tamparan mengenai pipi Felix. Felix terperangah saat wanita itu bersikap sefrontal itu padanya.
"Kau tidur dengannya! Apa kau sadar?" pekik Andrea.
Felix hanya bisa diam saja saat Andrea memuncak. Ia tak mau Andrea lepas darinya. Karean saat ini, ia masih butuh Andrea.
"Aku tak bisa Felix. Aku tak bisa meneruskan omong kosong ini. Kita lebih baik putus!"
Felix kesal saat Andrea berkata seperti itu. Ia menatap gadis itu dengan sorot mata yang tajam.
"Kau pikir kau siapa berhak memutuskanku. Harusnya aku yang sejak dulu memutuskanmu. Kau hanya wanita bodoh. Kalau bukan karena uangmu, pria mana yang mau dengan wanita kampungan sepertimu!" pekik Felix.
"Apa?" Andrea tak menyangka kata kata semenyakitkan itu keluar dari mulut Felix.
Felix, pria yang selalu memujanya. Yang selalu bersamanya lima tahun ini.
"Kau hanya memanfaatkanku?" ujar Andrea sambil meneteskan air mata.
"Kau memang bodoh. Kau pikir aku benar benar mencintaimu? Kau pikir kau wanita yang bisa menakhlukan pria? Gunakan cermin di rumahmu untuk berkaca!"
Andrea serasa dihujani batu besar mendengar ucapan Felix. Ia tahu ia bukan gadis modern yang modis dan cantik. Ia juga hanya pegawai salon biasa.
Tapi ia tulus pada Felix. Bahkan, selama ini ia bekerja hanya untuk membiayai Felix agar bisa kuliah dan sukses seperti keinginan Felix dan keluarganya.
"Okey, kita putus. Aku tak akan menyesal. Jangan hubungi aku lagi!" ujar Felix sambil berlalu meninggalkan Andrea yang terpaku seorang diri sambil menagis.
"Hiks, hiks! Apa ini? Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa hidupku sial sekali?" pekik Andrea dalam tangisnya.
***
Andrea berangkat kerja dalam kondisi tak bersemangat. Bagaimana bisa bersemangat ia semalam memergoki kekasihnya tidur dengan wanita lain.
"Andre," sapa Silvy dengan ramah.
"Heem," jawab Andrea sekenanya sambil menaruh tasnya di loker karyawan.
"Bagaimana semalam? Kau bersenang senang dengan Felix?" tanya Silvy sumringah.
Andrea hanya menghela napas. Mendengar nama Felix saja rasanya sudah seperti tersayat sayat.
"Andrea, kenapa hanya diam?" tanya Silvy bingung. Tak pernah sekalipun Andrea terlihat semurung ini.
"Sudahlah, berhentilah menggangguku. Aku tak ingin bicara apapun," ujar Andrea.
Ia berganti pakaian khusus karyawan salon. Lalu berlalu begitu saja meninggalkan Silvy.
"Ada apa dengannya? Apa terjadi sesuatu semalam?" gumam Silvy.
Karena suasana hatinya yang sedang tak baik. Andrea jadi tak fokus pada pekerjaannya. Ia sering melamun seharian.
Saat ada pelangganpun ia tak tersenyum. Tangannya tak lembut saat menangani pelanggan.
Akibatnya, banyak komplain yang harus dihadapi oleh manager salon.
"Andrea! Kau niat bekerja atau tidak? Kenapa kau memusuhi pelanggan seharian ini?" manager salon memarahi Andrea di ruang loker.
"Maaf Manager," ujar Andrea tanpa penyesalan sama sekali.
"Maaf, maaf. Kau pikir maaf bisa mengembalikan kerugian salon kita. Awas ya, jika kau ulangi lagi kejadian kejadian hari ini. Akan kupastikan kau tidak akan bertahan di sini," ujar manager kesal.
"Baik, Manager," jawab Andrea.
Manager salon keluar dari ruangan itu dengan sangat kesal.
"Ada apa dengan anak itu?" gerutu sang manager.
Sementara Andrea menyandarkan kepalanya ke loker dan menghentak hentakkannya.
"Bodoh kau Andrea! Kau bodoh sekali!" ucapnya sambil melelehkan air mata. Rasanya pedih sekali dikhianati seperti ini.
Setelah puas menangis, Andrea kembali ke depan untuk kembali bekerja. Di sana ada rombongan orang orang yang cukup membuat Andrea bertanya tanya.
"Ada apa?" tanya Andrea pada Silvy.
"Walikota datang kemari. Entahlah, dia mau treatment atau cuma mau mengamati kondisi salon," ujar Silvy setengah berbisik.
"Untuk apa walikota mengamati salon? Tak ada hal lain yang dia lakukan?
"Lihat itu!" ujar Silvy mengarahkan matanya ke arah depan cermin.
Andrea menoleh ke sana dan melihat sosok itu.
Next ...
terimakasihnya sudah mau mampir ke karya saya yang tidak seberapa ini. kalau kalian ada waktu, silahkan mampir juga ke buku saya yang lain judulnya GERIMIS SENDU dan satu lagi SCANDAL DENGAN VOCALIST BAND.
kalau mampir silahkan komentar di kolo review dan juga collection di perpustakaannya. Terimakasih ....