Andika mengatur napasnya yang masih sesak setelah melihat paha dan pundak mulus kekasihnya. Wajahnya terasa panas meski AC di kamar sudah dinaikkan suhunya. Si Joni ikut bereaksi kala bayangan gadis itu melintas di pikirannya.
"Sial!" Dia segera berlari ke kamar mandi dan memanjakan si Joni dengan menggunakan tangan. "Apa dia pernah berperilaku seperti tadi di depan laki-laki lain? Elang atau Rexy misalnya?"
Pikiran Andika semakin melayang saat mengingat gadis itu ditembak di depannya. Bibirnya mencebik kesal. Untung saja Ve sudah berjanji untuk tetap setia padanya.
Di kamar, Ve sedang berbaring menelungkup dengan wajah terbenam di bantal. Betapa malunya ia karena dilihat oleh laki-laki itu dalam keadaan tubuh yang tak tertutup sempurna. 'Ah! Kenapa dia datang lebih cepat dari biasanya? Malu sekali aku.'
"Non Ve! Tuan memanggil untuk makan malam," panggil Odah.