Jay berangkat lebih pagi dari biasanya. Rapat dengan pemilik tanah yang akan dibeli Andika letaknya berada di luar kota. Ia harus memastikan tidak ada kesalahan dalam surat perjanjian yang akan ditandatangani.
"Selamat pagi, Jay," sapa Andika.
"Selamat pagi, Presdir," sambut Jay sambil merapikan berkas-berkas yang akan dibawa.
"Sudah siap?"
"Sudah, Presdir. Saya juga sudah mengecek kendaraan," jawab Jay dengan wajah datar.
Ve masuk dan meminta jadwal pekerjaan pada Jay. Mereka tampak lebih santai saat bekerja berdua. Bahkan, laki-laki bergelar gunung es itu bisa tersenyum di samping Ve. Hal itu menjadi perhatian Andika.
"Kalian bisa bicarakan lagi di telepon nanti. Kita harus segera berangkat, Jay," kata Andika memotong pembicaraan Ve dan Jay.
"Yah, nanti aku gak ngerti kalau lewat telepon," tukas Ve.
"Video call kalau begitu," tandas Andika yang kesal dengan penolakan Ve.