Rexy yang bersembunyi di samping toko, tidak melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan. Hanya terlihat dua bayangan hitam yang bergerak-gerak dan suara decakan bibir yang sedang berpagut mesra. Ia juga mendengar pembicaraan mereka yang seolah sedang ketakutan diketahui orang lain.
'Mereka pacaran secara sembunyi-sembunyi? Bagus! Sangat bagus. Aku lebih leluasa mendekati Ve di depan umum, karena Andika tidak akan mengakui Ve sebagai pacarnya di depan orang lain.'
Senyum menyeringai itu tidak tampak di kegelapan, tapi gigi putihnya terlihat meski samar. Sebelum mereka berjalan ke arahnya, ia bergegas mencari tempat bersembunyi yang lain. Setelah Ve dan Andika masuk ke dalam lift, ia keluar dari tempat persembunyiannya.
Di dalam lift, mereka merapikan pakaian serta wajah mereka. Untung saja, Ve menggunakan lipstik anti luntur malam ini. Jika tidak, ia akan kesulitan untuk merapikan riasannya.
"Em … Ve … lehermu~"
"Kenapa dengan leherku? Kau meninggalkan tanda, ya?" tanya Ve dengan wajah panik. Saat ia melihat lehernya, memang ada tanda kissmark di sana. Namun, tanda itu bisa ditutupi oleh kerah gaun merah maroon yang memiliki leher cukup tinggi. "Hah … kamu ngagetin. Aku pikir tidak bisa ditutupi."
"Biasakan mendengar sampai tuntas. Aku mau bilang kalau … lehermu sangat lembut saat kukecup. Aku … jadi ketagihan," ucap Andika sambil mengulum senyum mesum.
Ve memukuli kekasihnya dengan menggunakan tas kecil berwarna hitam. Di saat yang sama, pintu lift terbuka. Keduanya tercengang dan tawa itu menghilang seketika.
Semua orang sedang menunggu di depan pintu lift. Mereka sudah bersiap pulang karena pesta telah berakhir. Astari menyembunyikan tangannya yang mengepal kesal di belakang punggung.
"Kalian dari mana?" tanya Astari dengan ramah dan bersikap seolah tidak mencurigai apa-apa. Ia menghampiri Ve dan bertanya dengan nada khawatir di depan orang lain. "Kamu tidak tersesat, kan?"
"Ti … tidak, Kak. Tadi, Ve sakit perut dan tidak berani pergi ke toilet sendiri. Jadi, Ve minta diantar sama pak Dika," jawab Ve sambil tersenyum canggung.
"Oh. Ya udah, kita pulang sekarang. Ini sudah malam," ujar Astari sambil menggenggam tangan Ve.
Ve menepis pelan tangan kakaknya. "Ve akan pergi bersama mereka. Kak Tari pulang sama pak Jay dan pak Dika. Nanti, Ve pulang sama Bella."
"Kalian mau kemana?" tanya Astari kepada Bella.
"Kami mau merayakan ulang tahun Putra di tempat biasa, Kak," jawab Bella.
"Oh. Kalian hati-hati. Awas kalau sampai Ve kenapa-kenapa!" ancam Astari sambil tersenyum menggoda Bella.
Mereka hanya tersenyum tipis menanggapi gurauan wanita itu. Di mata mereka, Astari sosok kakak penyayang, begitupun di mata Ve. Namun, di balik wajah malaikat itu tersembunyi sosok perempuan berhati iblis.
Wanita yang mampu berbuat apa saja demi tujuannya. Bahkan, ia tega membakar panti asuhan peninggalan ayahnya. Setelah ia berhasil masuk ke rumah Andika, ia masih ingin melenyapkan Ve.
***
Mereka berkumpul di sirkuit. Bella yang sudah tahu bahwa Ve memiliki kekasih, tidak lagi mendekatkan gadis itu pada Rexy. Berbeda dengan Putra dan yang lain, karena mereka tidak tahu apa-apa.
"Kak! Beliin makanan, dong. Bete, nih. Masa kita cuma ngobrol aja," ujar Putra.
Yang lainnya mengiyakan ucapan laki-laki itu. Lagi-lagi, mereka meminta Ve untuk pergi bersama Rexy. Ia sudah menolak, tapi mereka memaksanya.
"Ayolah, Ve. Gue lagi ultah, nih. Lo tega, lihat gue bete di hari ultah gue?" tanya Putra sedikit mendesak.
"Oke! Aku akan pergi, tapi berhenti memasang wajah menggelikan seperti itu," kelakar Ve sambil tertawa geli. Putra, sang ketua klub motor, tiba-tiba merajuk seperti seorang gadis. Sungguh pemandangan yang membuat Ve tidak mampu menahan tawa.
"Yang banyak, ya!" seru Bella saat Ve dan Rexy sudah di dekat pintu gerbang.
Ve mengacungkan ibu jarinya, tanda mengerti. Ia masih memakai gaun merah maroon dan Rexy memakai setelan jas yang sama dengan Ve. Mereka tampak serasi seperti sepasang kekasih.
Di minimarket, beberapa pengunjung dan seorang kasir membicarakan mereka.
"Mereka serasi sekali," ucap seorang pengunjung yang sedang menanti kasir menghitung barang yang dibelinya.
"Iya. Mereka sepertinya sudah menikah," sahut kasir.
"Dengar, tidak, Ve? Mereka mengira kita sepasang suami istri," ucap Rexy.
"Gak usah kepedean! Siapa yang sudi jadi istrimu," jawab Ve sambil memasukkan semua makanan ringan yang disukai teman-temannya. Ve sengaja meminta Rexy membawa dua keranjang belanja.
Ve mengambil minuman dan makanan ringan dengan jumlah banyak. Melihat Rexy kesusahan menenteng keranjang yang isinya terjatuh saat ia melangkah. Baru diambil dan diletakkan di keranjang, barang yang lain terjatuh.
Gadis itu tersenyum puas melihatnya.
"Kamu sengaja, kan?" tanya Rexy sambil menaruh belanjaannya di meja kasir. Jemari tangannya terasa seperti akan patah, karena Ve sengaja mengajaknya berputar-putar padahal sudah tidak ada barang yang akan dibeli.
"Kalau iya, kenapa? Mau marah?" tanya Ve sambil berkacak pinggang. "Aw! Sh … sakit!" Ve memekik kesakitan saat hidungnya dicubit oleh Rexy.
"Itu hukumanmu karena berani mengerjai suamimu," ucap Rexy dengan sengaja membuat kasir itu salah paham.
Kasir itu tersenyum simpul melihat pertengkaran mereka. Ve salah tingkah karena kasir itu menanggapi ucapan Rexy dengan serius. Gadis itu mencoba menjelaskan pada kasir, tapi hal itu hanya ditanggapi senyuman.
"Dia bukan suamiku, sungguh …." Ve putus asa menjelaskan karena semuanya tidak berguna. Ia menghela napas panjang dan mengembuskan kasar.
Rexy tertawa puas setelah mereka keluar dari minimarket. Ve yang merasa kesal terus memukuli lengan laki-laki itu. Dari sebuah mobil hitam, ada seseorang yang mengambil foto mereka.
Dari sudut pandang mana pun, mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang bersenda gurau. Andai mereka tahu seperti apa rasa marah yang ada di dalam hati Ve. Gadis itu bahkan ingin memukulnya sampai puas, sampai laki-laki itu babak belur, tapi ia tidak bisa melakukan itu karena Rexy adalah kakak sepupu dari sahabatnya.
"Ampun! Galak banget, sih," rungut Rexy.
"Cie …. Dunia terasa milik berdua, yang lain anggap aja capung, haha …." Putra menggoda mereka saat mereka tiba.
"Diam! Gara-gara kamu yang nyuruh aku buat nemenin saudara rese ini, aku jadi bad mood tau," gerutu Ve sambil menghentakkan tubuhnya di kursi penonton.
Saat ia memiringkan kepalanya, Rexy melihat tanda kissmark di dekat telinga. Bagian yang sangat sensitif bagi Ve, membuat gadis itu harus menahan sensasi geli yang membangkitkan bulu romanya. Rexy teringat dengan suara desahan Ve saat Andika mengecup gadis itu dalam kegelapan.
"Jadi … kecupan itu yang membuatmu mendesah tadi," bisik Rexy di samping gadis itu.
Deg!
Ve membelalak. Ia segera menutupi tanda itu dengan rambutnya. Jantungnya berdetak cepat, menyadari ada orang lain yang mengetahui perbuatan mereka di lantai tiga mall.
*BERSAMBUNG*