Chereads / Billionaire Looking for Wife / Chapter 28 - Memadu kasih di kegelapan

Chapter 28 - Memadu kasih di kegelapan

Rexy menyambut kedatangan Andika dan Ve. Ia memperkenalkan diri kepada Ve secara resmi di depan Jay, Andika, dan Astari. Namun, gadis itu enggan menyambut uluran tangannya.

Ve masih kesal dengan sikap kurang ajar Rexy saat memeluknya di sirkuit. Gara-gara dia mengantar Ve ke rumah, Andika marah padanya. Hubungannya dengan Andika bisa semakin bermasalah jika ia dekat-dekat dengan Rexy.

"Hai, Ve! Sudah datang," ucap Bella menyapa sahabatnya.

"Iya. Oh, ya, Bel. Perkenalkan, ini kak Tari, kakakku," ucap Ve memperkenalkan mereka.

"Halo, Kak Tari. Senang bisa bertemu lagi dengan Kakak." Bella bersikap sangat ramah dan sopan. Dia mendengar banyak hal baik tentang wanita itu sejak ia dan Ve bersahabat. Sayangnya, Astari sangat sibuk menempuh pendidikannya, sampai tidak mengingat teman-teman Ve.

"Kakak juga senang bisa bertemu denganmu … Bella," ucap Astari ragu. Ia takut salah menyebut dan malu di depan Andika.

"Pak Dika, Pak Jay, selamat datang. Saya tidak menyangka, Anda akan datang bersama Ve dan kak Tari," ujar Bella berbasa-basi.

Andika hanya tersenyum tipis, sedangkan Jay selalu dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Datarnya sikap Jay, membuat Bella merasa canggung untuk menatapnya. Tidak ingin berlama-lama di situasi aneh itu, Bella menarik Ve untuk bertemu teman-teman lainnya.

Andika pergi menyapa rekan bisnis yang kebetulan hadir di pesta itu. Tersisa Jay dan Tari yang masih berbincang-bincang dengan Rexy. Kesempatan bagus yang datang tidak di sia-siakan oleh Astari.

"Pak Jay, bisakah ambilkan segelas air dan makanan untukku?" tanya Astari mencari alasan.

"Baik, Nona. Saya akan mengambilnya untuk Anda," jawab Jay sambil melepaskan pegangan kursi roda gadis itu. Ia pergi ke tempat meja makanan yang terletak sedikit jauh dari tempat mereka berdiri.

"Anda, Pak Rexy?" tanya Astari. Ia mengedarkan pandangan waspada. Cemas dengan keberadaan Andika yang sewaktu-waktu bisa kembali bersama Jay dan Ve.

"Benar. Anda mengenal saya, tapi saya tidak begitu mengenal Anda. Jadi, maafkan jika saya terlihat cuek," ujarnya sambil menoleh ke arah Ve di ujung tangga. Melihat gadis itu tersenyum bersama Putra dan teman-temannya, hati Rexy tergelitik untuk menghampiri dan menggoda gadis itu.

"Anda … menyukai adikku, Ve?"

"Hah?"

Rexy mengerutkan keningnya. Astari seharusnya tahu kalau Ve adalah pacar Andika. Dengan pertanyaan itu, ia bisa dianggap ikut campur urusan pribadi Rexy. Namun, ia justru penasaran pada sosok Astari.

'Wajah mereka tidak mirip sama sekali.'

"Apakah Anda tidak tahu kalau~"

"Aku tahu! Aku menyukai Andika selama bertahun-tahun, tapi hati laki-laki itu justru jatuh pada adikku yang baru dua bulan menjadi sekretarisnya." Astari mengeratkan kepalan tangannya. Tatapan mata merahnya tertuju lurus ke arah adiknya.

Mata itu menjelaskan semua isi hati Astari tanpa harus bercerita lebih lanjut kepada Rexy. Laki-laki itu memahami situasinya, meski hanya dalam sekali lihat. Gadis di hadapannya ini ingin memiliki Andika dan menyingkirkan Ve.

"Maaf, Nona. Kita tidak terlalu akrab untuk saling berbagi masalah pribadi," ujar Rexy dengan sopan.

"Aku ingin mengajakmu bekerja-sama untuk memisahkan mereka. Kau bisa mendapatkan Ve dan aku bisa mendapatkan Andika," kata Astari memberitahukan maksud hatinya.

'Oh, jadi ini tujuannya. Ck… Ve, Ve …. Sungguh kasihan sekali dia. Memiliki kakak yang jahat dan berniat memisahkannya dengan kekasihnya. Tidak disangka, wanita cacat ini masih memiliki pikiran yang picik.'

Rexy menarik napas panjang, mengembuskan kasar. Dengan nada penuh penekanan di setiap kata, ia menjawab penawaran gadis itu. Seorang Rexy Mandala, seorang jenius yang memiliki segalanya, diberikan tawaran yang tidak ada nilai bisnisnya sama sekali.

"Jika aku ingin, aku bisa mendapatkan gadis itu tanpa bantuan siapa pun. Kau terlalu meremehkanku, Nona. Anda membutuhkan seseorang untuk memisahkan mereka, tapi itu bukan aku. Permisi," tandas Rexy. Ia bergegas pergi meninggalkan Astari dengan wajah merah padam.

Sejak awal, ia memang sudah berencana merebut Ve dari Andika. Namun, ia ingin melakukan hal itu tanpa tekanan dari siapa pun. Hasrat untuk mengalahkan Andika dalam segala bidang, tidak akan ia biarkan tercampur dengan tangan orang lain.

Saat Jay membawa sepiring kecil kue dan satu gelas jus mangga, ia berpapasan dengan Rexy. Laki-laki itu mengabaikan Jay, bahkan saat ia menyapa. Pandangan Jay beralih ke wajah Astari yang menundukkan wajah dengan kedua tangan mengepal di atas paha.

'Ada apa dengan mereka berdua?' Jay bertanya-tanya dalam hati.

"Minuman Anda, Nona," ucap Jay sambil memberikan minuman itu kepada Astari. Namun, gadis itu menolaknya.

"Aku sudah tidak haus," jawab Astari ketus. Ia memutar roda kursinya sendiri, meninggalkan jay yang kesal bukan main.

"Di depan pak Andika terlihat ramah dan sopan, tapi di belakangnya … hh! Rasanya ingin kucekik wanita itu!"

Jay menaruh makanan dan minuman itu di meja, lalu pergi mencari Andika. Ia sudah diminta untuk terus berada di samping Astari, tapi Jay enggan menuruti perintah itu. Ia tidak menyukai Astari.

Tiga jam kemudian, acara berakhir. Para tamu undangan telah pulang ke rumah mereka satu-persatu. Saat hendak membawa kekasihnya pulang, ia diminta untuk pulang lebih dulu.

"Sudah malam, Ve. Kamu bisa bertemu mereka besok. Pulang bareng aku, ya?" tanya Andika setengah memaksa.

"Aku sudah berjanji untuk ikut dengan mereka merayakan ulang tahun Putra. Please … izinkan aku pergi."

Ve memohon kepada Andika. Mereka diam-diam pergi dari pesta dan mencari tempat yang tak terlihat oleh Astari. Mall ditutup selama satu hari demi melancarkan acara pesta mewah itu.

Di lantai tiga, mereka berbicara di lorong yang gelap. Hanya lantai sepuluh yang lampunya dinyalakan karena disanalah pesta berlangsung. Dalam suasana sepi dan gelap, Ve membujuk Andika menggunakan bibirnya. Bukan hanya kata yang keluar dari bibir tipisnya, tapi desahan saat Andika mengecup lehernya.

Satu tangan mengangkat kaki Ve dan menahannya dengan otot-otot tangan kekarnya. Mereka tidak memiliki kesempatan melakukan hal itu di rumah. Hingga laki-laki itu tidak membuang waktu ketika kesempatan itu ada.

Rexy mencari keberadaan Ve di antara teman-temannya namun gadis itu dan Andika tidak terlihat. Dia turun mencari gadis itu sampai di lantai tiga. Telinganya mendengar suara gadis itu seperti sedang menahan sesuatu yang menderanya.

"Hentikan ... Dika. Kita sudah pergi terlalu lama. Aku takut mereka mencari kita," ucap Ve dengan susah payah.

Laki-laki itu mengecup bibirnya dengan rakus, tidak memberikan kesempatan untuk beristirahat sejenak. Ve merasa sesak dan mendorong kekasihnya. Entah semerah apa wajah mereka saat ini?

Mereka berjalan menuju arah lift. Rexy masih berdiri di tempatnya dengan lamunan yang masih menerawang. Memikirkan hal yang akan ia lakukan selanjutnya. Semakin dekat jarak Ve dan Rexy yang terhalang dinding toko.

*BERSAMBUNG*