Pukul 12.00 siang sedang terik-teriknya. Bibir Ify mendadak manyun. Keringat bercucuran ketika mendorong mobil milik Muza yang sedang mogok. "Astaga! Tahu gitu aku mendingan naik angkutan umum aja!" Dumelnya. Dia terus mengeluh tidak ada henti-hentinya. "Udah panas! Gerah!" Keluhnya dengan kesal sekali. Dia mengibas-kibaskan jilbab panjangnya. Dia benar-benar jengkel sekali.
"Fy!"
"Hmmm."
"Mending kamu bareng aku aja," tawar Satria.
Ify pun mulai memutuskan. "Baiklah! Aku akan bersamamu, Sat!" Putusnya.
"Baiklah, ku tunggu."
Ify sudah merasa cukup ngos-ngosan. Dia benar-benar merasa sangat lelah sekali. Dia cukup gerah sekali. Keringatnya bagaikan buliran jagung berjatuhan. Rasanya sudah lelah dan kepanasan. "Bener-bener menyebalkan!" Dengusnya sambil mengambil tas di dalam mobil Muza.
"Fy, kamu..."
"Udah ya, kamu nggak usah banyak nanya! Kamu buang-buang waktuku!" Omelnya dengan nada cukup kesal sekali, lalu dia pergi bersama dengan Satria naik motor maticnya.