Chereads / DEWASA / Chapter 4 - Episode 3 Bintang Sekolah

Chapter 4 - Episode 3 Bintang Sekolah

Antusiasme siswa-siswi SMA Cijantung Jakarta Timur pada Ekskul Expo tak pernah pudar. Termasuk bagi para warga kelas XI-IPS 1, bahkan mereka yang biasanya lebih senang menghabiskan waktu istirahat di ruangan kelas pun beranjak keluar untuk melihat – lihat kemeriahan suasana acara tahunan khas sekolah mereka. Bagaimanapun, menjadi anggota suatu ekskul merupakan keharusan yang menyenangkan bagi siswa – siswi SMA Cijantung, dan dapat melihat ekskul kebangaan mereka mendapatkan anggota baru sebagai generasi penerus merupakan kebanggaan.

"Oi, Kiki ! Ayok kita liat – liat suasana Ekskul Expo ! Siapa tau ada adek kelas yang cakep, sob !", ajak Hadi, teman sekelas barunya yang berpostur tinggi dan kurus. Hadi lebih tinggi dari Kiki bahkan Ica pun sampai agak mendongak untuk melihat mukanya.

"Okeh, Di. Ayodah !", balas Kiki.

"Lo mau ikut ngeliat – liat Ekspo Ekskul di lapangan basket ngga, Ca ?", ajak Kiki dengan ramah.

"Iyah, Ki. Kebetulan gue juga mau kesana, tapi gue udah janji buat kesana sama sahabat gue, Della. Gue mau samperin dia dulu di kelas sebelah, kelas XI IPS-2. Maaf yah. Have fun sama mereka yah Ki !", jawab Ica.

"Okedeh, Ca. Lo juga have fun yah sama sahabat lo dan temen – temen yang lain ! Sampe ketemu di sana, Ca !", kata Kiki, berpamitan dengan Ica dan berjalan menyusul Muzammil, Hadi, dan Edo. Ica membalas dengan gesture lambaian tangan yang feminim dan senyuman yang hangat.

"Sekarang lu udah tau kan maksud gua cewek tercantik ketiga di sekolah ini ?", bisik Muzammil.

"Ica emang cantik sih. Tapi apa iya anak – anak sekolah banyak banget yang nganggap Ica cantiknya sampe bisa disebut salah satu yang tercantik ?", jawab Kiki, dan langsung bertanya balik.

Kiki merasa bahwa yang dikatakan Muzammil adalah benar, meskipun ia belum sepenuhnya percaya.

"Lu denger sendiri kan tadi Bu Diah bilang apa, Ki. Kalo bahkan guru aja bisa sandingin kecantikan seorang cewek sama Kak Anna dan Kak Nadira, berarti emang cantik bener tuh cewek !", tegas Muzammil.

"Ya masuk akal sih kalo mendasarinya begitu, tapi apa lu yakin beneran Ica yang paling cantik setelah Kak Anna dan Kak Nadira ? Anak kelas XI dan kelas XII kan banyak, Zam. Bisa jadi lu belom ngeliat semua cewek – cewek kelas XI IPA juga kakak – kakak kelas XII yang cewek mau yang IPA juga IPS", sanggah Kiki.

"Beneran, Ki ! Kebetulan karna lo baru aja pindah ke sini, gua kasih tau nih ya. Tiap tahun, ekskul Mading suka bikin polling siswa buat penilaian para bintang sekolah. Salah satunya polling siswi tercantik dari tiga angkatan. Waktu itu yang paling cantik Kak Zahira, sekarang udah kuliah semester satu di FISIP UI (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia). Di peringkat kedua baru deh Kak Anna, sekarang udah jadi primadona sekolah semenjak Kak Zahira lulus. Yang ketiga Kak Nadira, waktu itu mulai disorot karna nyalon jadi Ketua OSIS. Nah, kata temen gue anak Mading yang nyusun pollingnya, Ica itu masuk nominasi siswi tercantik satu sekolah dan banyak yang ngevote juga. Tapi dia kalah sama Kak Nadira selisih lima suara. Padahal Ica masih kelas X !", Hadi menceritakan.

"Hoo, bener berarti ya kalo Ica salah satu yang tercantik di sekolah kita ini !", ucap Kiki, terkesan dan entah kenapa merasa puas. "Ga heran berarti dari mukanya aja udah jelas", lanjutnya.

"Yoi, Ki ! Ica itu cuma kalah karisma dan penampilan aja dari mereka bertiga itu menurut gua. Kak Anna yang dianggap paling cantik satu sekolah sekarang itu belajar dandan dari seniornya saat itu Kak Zahira. Style fashionnya juga kadang ngikutin Kak Zahira, bedanya Kak Anna kadang agak lebih seksi aja gayanya karna kebetulan dia juga jadi talent model yang pernah tampil di cover majalah Hai ! sama Gadis. Kak Nadira juga kalo lagi ngga berseragam style fashionnya kece ! Pernah sekali gua ketemu dia di Pensi SMP Tebet sama Kak Anna, pake bawahan rok di atas dengkul, sepatu boots cewek, kaos mini yang pendek banget yang bikin perutnya kebuka. Luarannya pake cardigan kok tapi", Edo menceritakan.

"Whoa ! Kece juga Kak Nadira gayanya, itu cocok banget buat dipake ke acara Pensi sekelas Pensi SMP Tebet bro !", respon Kiki.

"Iye, Ki ! Itu uniknya Kak Nadira. Padahal dari bentukannya orang pasti ngeduga dia cewek high-class Kak Anna juga, karena kebetulan mereka juga terkenal sahabatan kan. Tapi ternyata dia sukanya olahraga, kayak pacarnya si Bang Hasan anak kelas XII IPA. Ga heran sih kalo gitu kenapa bodynya bisa yahut !", balas Edo.

"Uniknya, beda kayak Kak Nadira yang disorot anak – anak satu sekolah dan aktif di Ekskul Hockey, pacarnya malah menjauh dari sorotan kehidupan pergaulan sekolah. Jarang ada yang ngeliat Bang Hasan di sekolah abis bel pulang sekolah", sambung Hadi.

"Nah, bedanya sama berdua itu, Ica itu gaya bajunya biasa – biasa aja. Ica ngga pernah make baju yang ketat ato agak kebuka. Dia kalo lagi ga pake seragam, seringnya pake setelan overall atau jumpsuit. Biasanya paling sering pake bawahan celana panjang katun sama atasan kaos lengan panjang yang rada longgar. Karna itu, walaupun banyak yang nilai Ica itu cantik, Ica ga terlalu kesorot soalnya Kak Anna dan Kak Nadira lebih gaul dan stylish.", terang Muzammil.

"Ooh, iyasih. Di sekolah gua malah kebanyakan cewek model Kak Anna begitu. Tapi menurut gua, bagus deh Ica begitu jadi dia ngga banyak diganggu cowok – cowok genit", Kiki menanggapi.

"Ngomong – ngomong, siapa sosok Bang Hasan pacarnya Kak Nadira itu ? Gimana bisa dah cewek paling eksis di sekolah pacaran sama yang paling ansos ?", tanya Kiki, tiba – tiba dengan anehnya teringat Hadi yang sempat berkomentar tentang pacar Nadira.

"Bang Hasan, nama aslinya Hasanudin Al Musharaf, jadian sama Kak Nadira sekitar awal mereka duduk di kelas XI. Mereka kelasnya tetanggaan waktu itu. Bang Hasan sendiri juga orangnya udah kelewatan gantengnya, Ki ! Bang Hasan itu tingginya se Hadi, posturnya kekar, rambutnya pendek berombak warna cokelat, matanya warna cokelat terang banget sampe nyaris kuning emas, paras gantengnya itu gua denger karena bokapnya orang Padang keturunan Arab, terus nyokapnya orang Turki. Bang Hasan suka olahraga, terutama bela diri. Rumornya, dia bisa empat aliran bela diri, Karate, Tae Kwon Do, Judo, sama Wing Chun. Tapi orangnya pendiem banget, jarang keliatan bahkan pas lagi di sekolah. Kalo mau liat doi, kita harus ke mesjid tiap jam istirahat karna dia di sana dari bel istirahat sampe masuk lagi. Kak Nadira juga ketemu dia di sekolah selalu di sana. Beda banget kan sama ceweknya si Ketua OSIS ? Yang cewek tenar, yang cowok misterius", terang Muzammil.

Kiki terkesan dan penasaran akan penjelasan Muzammil mengenai sosok Hasanudin Al Musharaf. Ia berpikir bagaimana bisa pria muda dengan fisik indah dilengkapi berbagai keahlian bisa menjadi sosok yang misterius dan berpacaran dengan gadis seperti Nadira. Mungkin beberapa orang justru cocok karena begitu berbeda, dan karenanya saling melengkapi. Ia pun lanjut berbincang dengan ketiga temannya sambil berjalan ke lapangan basket. Perbincangan tentang para bintang sekolah memang rasanya sudah otomatis jika sedang berada di suasana acara sekolah yang meriah seperti hari ini.

Kiki dan tiga teman barunya, Muzammil, Hadi, dan Edo tiba di lapangan basket. Di lapangan tampak beberapa tenda kecil yang ditempeli spanduk bertuliskan nama – nama ekstrakurikuler yang ada di SMA Cijantung. Mereka melihat suasana di lapangan basket yang ramai oleh para siswa – siswi baru kelas X yang mengunjungi tenda – tenda perwakilan ekskul untuk melihat demonstrasi ekskul, penjelasan mengenai ekskul, dan mendaftarkan diri untuk bergabung sebagai anggota.

Tenda – tenda kecil yang Kiki lihat diantara lain adalah tenda ekskul Tari, ekskul Band, ekskul KPTI (Komunitas Pecinta Teknologi Informasi), ekskul KDS (Komunitas Debat Siswa), ekskul Fotografi, ekskul Mading, ekskul Radio, ekskul Science Club, ekskul Drama, dan ekskul Paduan Suara. Kiki sadar bahwa tidak ada satupun ekskul yang berbau olahraga di sesi pertama ini, dan ekskul yang tampil di lapangan ini hanya setengah dari total ekskul yang ada di SMA Cijantung.

"Lo mau gabung ekskul apaan, Ki ?", tanya Hadi.

"Gua mau gabung futsal kayaknya, Di. Di SMA Mahakam gua gabung ekskul futsal, dan gua mau terusin itu di sini", jawab Kiki. "Kalo lu ikut ekskul apaan ?", Kiki bertanya balik.

"Kalo gitu lo bakal satu ekskul sama Edo nih, Ki ! Edo juga anak futsal dia. Kalo gua gabung ekskul basket, Ki. Dari perawakan gue mah udeh keliatan yee", jawab Hadi sambil tertawa.

"Hahah iya juga yak, Di. Wah mantep nih, Do ! Bakal sering main futsal bareng kita !", kata Kiki bergurau.

"Yoih, Ki ! Siap – siap sering izin cabut pelajaran lu yak ! Kalo dipanggil masuk squad utama, lu bakal sering dipanggil buat ngewakilin sekolah ikut kejuaraan antar SMA !", balas Edo dengan antusias.

"Wah, bagus dong ! Ada alasan legal buat sering ga ikut kelas. Apalagi kalo udah ngasih surat Dispen (Dispensasi) kehadiran ditulisnya izin, bukan alpha (bolos)", tanggap Kiki sambil tertawa bersama ketiga temannya.

"Kaga juga, Ki ! Kebanyakan dispen bisa ketinggalan pelajaran lu ! Belom lagi kalo dispennya pas lagi ujian blok ato tugas kelompok, ribet banget nanti ngurusnya !", Muzammil ingatkan dengan nada bercanda.

"Iya juga sih, Zam. Waktu gua jadi anak futsal di SMA Mahakam, gua masuknya di squad pelapis, jadi dispennya jarang – jarang dan ga pernah di saat – saat penting begitu. Ya tapi semoga aja ga ada masalah lah kalo gua udah aktif jadi anak futsal nanti", tanggap Kiki.

"Moga aja lah ya. Trus juga yakin nih lu pengen sering – sering ninggalin Ica di kelas ?", ledek Muzammil diikuti tawa dan sorak – sorai Edo dan Hadi. Kiki menunjukkan ekspresi terkejut dan sedikit tersipu malu mendengar gurauan teman sekelasnya itu.

"Halah, ngga masalah lah itu ! Terutama buat dia, kan dia juga bisa ganti – ganti temen sebangku", jawab Kiki. "Ngomong – ngomong lu ikut ekskul apa, Zam ?", tanya Kiki mengalihkan topik.

"Yaduh, ngalihin topik nih anak begitu disinggung soal Ica !", ledek Muzammil lagi. "Gua gabung ekskul band, Ki. Gua orangnya suka dengerin musik dan mainin alat musik", ucap Muzammil, akhirnya menjawab pertanyaan Kiki.

"Wah, beken lu boss ! Anak SMA kayak kita diliat banget ama cewek – cewek kalo jadi anak yang aktif di olahraga atau musik !", puji Kiki.

"Apalagi si Azam ini, Ki ! Bandnya mainin aliran musik Pop-Jazz ! Anggotanya anak - anak yang handal main musik semua, bahkan Kak Nadira aja ngefans sama bandnya si Azam !", sahut Edo.

"Gokil si emang band lo, zam ! Band lo The Lovebirds aja sering manggung di pensi – pensi eksis kayak Pensi SMP Tebet, Pensi SMA Setiabudi, Pensi SMA Bulungan, bahkan sampe acara musiknya FHUI (Fakultas Hukum Universitas Indonesia) ! Drummer lo Basto Meliala itu tahun lalu jadi drummer nomer satu di lomba band Pensi SMA Taman Mini pas manggung sama bandnya Only One Truth. Terus bassist lo Taufiq Khairullah juga pernah direkrut jadi pemain bass additional band Funkie Kopral, vokalis sekaligus pianis lo si Marry Simanjuntak juga suaranya bagus banget dan serba bisa mainin semua alat musik. Lo sendiri juga jago banget main gitarnya, Zam ! Tahun lalu di acara PMS (Pojok Musik Sekolah) II, Kak Nadira ikut nyanyi sama band lo", puji Hadi.

"Ah, agak lebay nih mujinya lo pada ! Tapi makasih nih yak !", balas Muzammil tersipu malu. "Selain band gua, masih ada band Rathalos sih yang lebih spektakuler !"

"Oh, band yang mainin aliran metalcore itu yak ? Satu – satunya band yang mainin aliran itu dari angkatan kita, band yang mainin musik paling berisik dan mencekam seangkatan kita. Nama bandnya kalo ga salah diambil dari nama naga dalam suatu game RPG. Personilnya juga cadas skill main alat musiknya ! Si vokalis Dicky Prasetyo nyanyiin lagu – lagu metal teriakannya udah kayak auman singa, trus ada si bassist Aditya Achmal yang posturnya kayak robot pemusnah, gitarisnya Reven Alrasyid yang kurus dan rambutnya keriting jarinya jelimet banget pas mainin gitar, trus drummernya si Fajar Ikhsan juga skill ngedrumnya ga kalah dari Basto ! ", tanggap Edo.

Kalo mereka udah tampil, kakak – kakak kelas jadi ngebaur sama angkatan kita bikin koreografi rusuh nikmatin lantunan musik kerasnya mereka seakan kayak lagi tawuran sipil dalem sekolah. Kak Anna aja sempet pingsan pas kebetulan lagi lewat deket speaker, masuk bagian dimana Ricky harus teriak panjang dan kebetulan saat itu teriakannya udah bener – bener kayak auman hewan buas ! Ga cuma Kak Anna pingsan, bahkan kaca ruang koperasi sama tata usaha sampe retak dikit. Abis itu personil band Rathalos menghadap ke ruang kesiswaan buat minta maaf dan bikin surat pernyataan supaya ga ngulangin lagi", kenang Muzammil.

Empat sekawan itu tertawa terbahak - bahak membicarakan tentang band Rathalos itu.

"Horror abis lah mereka, Do ! Tapi penasaran sih gua pengen nontonin langsung penampilan mereka juga bandnya Azam", respon Kiki, masih sedikit tertawa.

"Gue juga pengen nontonin mereka lagi.Waku itu gue juga ikut moshing sama anak – anak buat seru – seruan nikmatin musiknya mereka. Yang ngga disangka itu suaranya Dicky bisa se horror itu dan dahsyat dampaknya, padahal volume suara speaker udah disetel sesuai arahan Pembina Ekskul Band Bu Arini, guru Seni Budaya kita nanti. Sejak itu, Kak Anna sebel banget sama band Rathalos, terutama vokalisnya si Dicky yang udah bikin doi pingsan sampe diliatin banyak orang", kenang Hadi.

Kiki dan ketiga teman – tema sekelasnya kembali berjalan mengunjungi beberapa tenda – tenda kecil yang menjadi stand perwakilan ekskul di sesi pertama Ekskul Expo. Kiki berpisah sebentar dari Muzammil, Edo, dan Hadi yang berhenti di stand ekskul Band menyaksikan penampilan bermusik dari perwakilan ekskul Band, untuk melihat – lihat beberapa stand ekskul lainnya. Ketika ia berjalan ke stand ekskul Paduan Suara, ia melihat Ica bersama sahabatnya yang sebelumnya ia lihat saat mencoba mengikuti mereka ke ruang kelas sebelum bertemu Mamat tadi. Kiki memutuskan untuk menghampiri mereka dan bertegur sapa.

"Hey, Ca ! Akhirnya beneran ketemuan di sini yah kita !", sapa Kiki dengan senyum lebar. Ica sedikit terkejut bertemu Kiki dengan waktu yang singkat namun terlihat ekspresi senang terpancar dari wajahnya.

"Oh, hey, Kiki ! Iya nih, gue kira lo udah ngga berkeliaran lagi di sekitar sini karna udah berangkat duluan tadi ?", balas Ica.

"Ah, nggak kok Ca. Gue kebetulan emang pengen spending time lama di sini liat – liat stand ekskul di sesi yang pertama. Yang ada di sini semua non-olahraga, di sesi kedua nanti gua liat – liat yang olahraga juga, ngga bakal langsung pulang", ucap Kiki.

"Oh, gitu yah. Kira – kira lo mau gabung sama ekskul apa nih, Ki ?", tanya Ica.

"Gue pengen gabung sama ekskul Futsal nih, Ca", jawab Kiki. "Kalo lo anggota ekskul apa nih ?", tanya balik Kiki.

"Gue gabung sama ekskul Mading nih, Ki. Sahabat gue ini, Della, juga ikut ekskul Mading. Oh iya ! Kenalin dulu nih, Ki, ini sahabat gue dari kelas sebelah XI IPS-2, Faradilla Dewantari, biasa dipanggil Della", jawab Ica, sekaligus mengenalkan sahabatnya yang mengenakan hijab kepada Kiki.

Della bersalaman dengan Kiki dengan ramah dan mereka menyebut nama panggilan diri masing – masing. Menurut Kiki, Della adalah gadis muda dengan paras wajah yang tidak begitu cantik tapi enak dipandang. Wajahnya yang berkulit sawo matang sedikit berjerawat di pipi dan mengenakan kawat gigi di mulutnya. Della mengenakan kaca mata yang tampak seperti kacamata penderita mata minus.

"Wah, ini nih Ca temen sebangku baru lo di kelas ? Akhirnya duduk sebelahan sama cogan lo !", canda Della sambil tertawa. Ica tersipu malu dengan candaan sahabatnya, dan Kiki juga tersenyum kecil sambil menggaruk kepalanya.

"Iyaa del, pas gue nyampe di kelas temen – temen yang gue kenal udah pada duduk sebelahan. Akhirnya gue pilih tempat duduk kosong yang dua – duanya belom ada orang aja. Ternyata Kiki duduk di sebelah gue", jawab Ica.

"Kebetulan pas gue dateng juga cuma bangku di sebelah Ica yang kosong, Del. Gue nyampe kelas mepet bel upacara tadi soalnya. Gue udah ngira sih kalo yang duduk di sebelah gue itu cewek dari model tas ranselnya, tapi kaget gua begitu tau yang duduk di sebelah gue Ica yang sempet papasan sama gue di koperasi sekolah", kata Kiki.

"Ohiya Ica juga cerita tadi Ki di kelas gue sebelom kesini ! Ciee kalian cinlok di koperasi nih ceritanya ? Jangan jadian di sana juga lah tapinya !", canda Della.

"Iiih apaan si, Del ! Itu kebetulan tau ketemunya bener – bener sebentar doang ! Masa iya cinlok di koperasi !? Juga masa dibilang cinlok padahal gue sama Kiki kan baru kenal !", balas Ica sambil menggoyangkan pundak sahabatnya itu, salah tingkah karena sangat malu mendengar senda gurau Della tentangnya dan Kiki. Della semakin puas tertawa melihat salah tingkah sahabatnya.

"Eh, jangan salah yah, Ca ! Kak Kira yang sekarang pacaran sama Kak Bram yang lulus tahun ini awalnya malah ketemuan pas sama – sama lagi antri ke toilet ! Ngga ada yang nyangka kan mereka jadian tiga bulan kemudian semenjak itu !", ujar Della, masih sedikit tertawa.

"Emang dasar yaa anak – anak Mading ini pada hobi ngegossip !", ejek Ica sambil memukul pundak Della dengan pelan dan penuh tawa.

"Ah, masa sih bisa cinlok di toilet gitu ? Kemungkinannya kan kecil banget ! Apalagi cuma kurang dari lima menit kan paling ketemunya pas ngantri itu ?", sahut Kiki.

"Beneran, bang ! Waktu itu abis bel istirahat pertama, toilet deket kantin ngantri karena banyak yang mau ke kantin dan mungkin udah kebelet buang air pas jam pelajaran. Nah, kebetulan di antara yang ngantri itu ada Kak Kira sama Kak Bram yang sejajar ngantrinya nungguin yang masih di dalem toilet. Waktu itu Kak Kira kelas XI, kak Bram kelas XII, kenalan di sana dimulai sama sapaan Kak Bram. Abis basa – basi 3 menit, kak Kira masuk toilet cewek duluan, tapi pas selesai ternyata kak Bram juga udah selesai duluan dan nungguin doi. Abis itu Kak Bram ngajakin beli makanan bareng di kantin sebentar. Dari situ hubungannya makin deket deh ! Dari sumber gue, katanya Kak Kira udah baper di momen Kak Bram nungguin dia selesai dari toilet dan ngajakin jajan bareng", cerita Della.

"Wih ! Bisa ada cerita cinta SMA kayak gitu ya !", tanggap Kiki sambil tertawa. "Kak Bram ini kakak kelas yang karismatik banget kayaknya sampe adek kelasnya bisa langsung baper di ketemuan pertama", tambahnya.

"Emang, Ki ! Kak Bram itu nggak begitu ganteng, tapi bibirnya manis kalo ngomong sama cewek terus orangnya lumayan pede kalo lagi ngedeketin cewek", balas Della. "Siapa tau kan peruntungan lo sama, bro !", canda Della.

"Iiih Della mah !", rengek Ica. "Yok ah kita balik ke kelas, udah mau masuk nih ! Ki, gue sama Della duluan yah ! Ngga usah terlalu didengerin omongan Della tadi yah, Ki !", pamit Ica sambil menarik tangan Della, bergegas menuju arah kelas mereka.

Kiki melihat mereka berjalan meninggalkannya sambil terus bersenda gurau, sesekali menoleh ke belakang ke arahnya. Kiki tak kuasa menahan senyum melihat tingkah Ica setelah kedua remaja perempuan itu menjauh. Benar kata Muzammil, Ica sebenarnya gadis belia yang periang jika berada di sekitar orang – orang terdekatnya. Ia berpikir apa Ica akan bersikap seperti itu juga kepadanya jika mereka sudah cukup lama menjadi teman sekelas dan memimpin kelas sebagai Ketua Kelas dan Wakil bersama ?

"Sorry kita tadi agak lama, Ki ! Tadi Basto tampil atraksi solo drumming abis duet akustik sama Kak Anna, kita tontonin dulu dah jadinya", sapa Edo yang muncul tiba – tiba dari sebelah kanan Kiki bersama Hadi dan Muzammil.

"Kak Anna suka nyanyi juga ? Gua kira tipe kayak dia ngga demen nyanyi di depan umum, paling biasanya yang kayak dia karokean sama temen – temen", tanya Kiki, penasaran.

"Pertama kali juga gua liat, bagus juga suara nyanyinya ternyata", ucap Muzammil.

Tangan kanan Kiki yang kebetulan ada di saku celananya tiba – tiba merasakan sesuatu yang tidak nyaman. Handphone Blackberry Kiki ternyata tertinggal di ruang kelas, tepatnya di dalam ranselnya.

"Bro, gua balik ke kelas dulu ya ! Gua lupa HP gua masih di ransel, gua kira udah gua bawa di kantong celana", pamit Kiki dengan sedikit cemas.

"Wah, buruan kalo gitu, Ki ! Kelas pasti kosong kalo lagi Ekskul Expo gini !", Edo mengingatkan.

Kiki berlari menuju ruang kelas XI-IPS 1, berharap tidak ada seseorang dengan niatan jelek ingin memanfaatkan suasana Ekskul Expo untuk mencuri barang – barang berharga siswa – siswi. Handphone Blackberry merupakan barang berharga yang paling mungkin hilang di saat – saat seperti ini jika tertinggal. Ah, betapa cerobohnya. Lupa segalanya karena Ekskul Expo . . . dan Ica.