Mardi kembali mendekat kepada Hasanudin dengan kuda – kuda kumite karate secara hati – hati, lalu mencoba mengelabui Hasanudin dengan pukulan tipuan feign jab. Seakan telah memprediksi gerakan tipuan itu, Hasanudin tidak menghindar bahkan berkedip merespon pukulan yang tidak ditujukan untuk mengenainya itu dan langsung menepis tendangan rendah low kick yang dilayangkan Mardi ke arah dengkulnya dengan tangkisan gedan-barai. Hasanudin langsung membalas dengan kombinasi pukulan oi-zuki-chudan beruntun dan tendangan ushiro-geri dan yoko-geri secara berurutan.
Mardi dengan cekatan menghalau semua serangan Hasanudin, lalu menangkap kaki Hasanudin setelah berhasil mengantisipasi tendangan terakhir yoko-geri dan mendorongnya dengan kuat. Meskipun terdorong dan nyaris kehilangan keseimbangan, Hasanudin berhasil menahan tubuhnya yang hampir tersungkur dengan menapakkan telapak tangan kanannya untuk menopang tubuhnya, lalu melompat dengan menggunakan tangan kanannya sebagai tumpuan dan kembali ke posisi berdiri. Para penonton bersorak – sorai dengan meriah dan bertepuk tangan melihat aksi memukau Hasanudin.
Nadira juga tampak merasa lega, tangannya memegang jaket bomber hitam Solahuddin yang ia dekap ke dadanya.
"Gokil, seru banget ini dah ! Liat mereka duelnya imbang dan gerakan – gerakannya indah kayak lagi dansa bukan berantem !", salut Edo.
"Iyak, dan kalo rumornya bener, itu dia baru ngimbangin Bang Mardi pake teknik – teknik karate, tiga teknik beladiri lain belom dia tunjukkin", Hadi menanggapi.
"Lanjut nyimak dulu dah ! Kalo kita keasyikan ngobrol, nanti ada aja momen yang miss nih !", tegur Muzammil.
Hasanudin tampak mengganti kuda – kuda kumite karatenya menjadi kuda – kuda Taekwondo dwitkoobi. Para penonton semakin bersorak kegirangan dengan mata terbelalak melihatnya, dan Mardi semakin menunjukkan sorot mata yang tajam namun dengan senyum sinis. Hasanudin memulai serangan dengan tendangan tornado Taekwondo dolke chagi, namun Mardi berhasil mengindarinya dan langsung membalas dengan tendangan sapuan memutar yang ia lakukan dengan merendahkan tubuhnya hingga sejajar dengan lutut Hasanudin dan berhasil membuat Hasanudin terjatuh ke tanah. Para penonton puteri berteriak terkejut dan tampak khawatir melihat Hasanudin akhirnya terjatuh, lalu Mardi dengan cepat melayangkan tinju menusuk ke arah wajah Hasanudin untuk memenangkan duel.
Akan tetapi, Hasanudin berhasil mengantisipasi serangan itu karena sebelumnya sudah mengatur posisi jatuh yang aman bahkan Mardi tida menyadarinya, lalu menepis pukulan Mardi dengan sikutnya dan melakukan kombo tendangan bawah seperti gerakan break dance yang menyapu kaki Mardi hingga terjatuh dan tendangan kedua mengenai wajah Mardi dengan telak.
Kiki melihat Nadira tersenyum lebar menyaksikan pacarnya lolos dari kemungkinan kalah dengan cedera wajah serius. Para penonton kembali bersorak kegirangan dan bertepuk tangan sangat keras melihat aksi memukau dari duel Mardi melawan Hasanudin. Mardi tampak mengusap bibirnya dengan tangan kanan, terlihat ada sedikit bercak darah di bibirnya dan luka memar karena tendangan Hasanudin yang berhasil mengenai wajahnya barusan. Hasanudin melakukan peregangan pinggul dan punggung singkat, yang Kiki sadari sebagai upaya meringankan rasa sakit karena terjatuh disebabkan serangan tendangan sapuan Mardi sebelumnya.
Mardi berlari menyongsong menuju Hasanudin dengan wajah frustasi dan melepaskan teriakan tanda menyerang. Mardi melakukan lompatan dan melayangkan serangan tendangan melompat yoko-tobi-geri, namun dihindari dengan mudah oleh Hasanudin. Mardi kemudian kembali menyerang Hasanudin dengan kombinasi serangan pukulan dan tendangan jarak pendek beruntun yang cepat, namun namun semuanya berhasil dihalau Hasanudin dengan tangkisan menggunakan sikut, telapak tangan, dan lutut. Satu pukulan balasan Hasanudin mengenai dada Mardi, terjadi begitu cepat.
Kiki seketika teringat akan kecepatan Hasanudin yang nyaris supranatural itu. Kecepatan yang menyelamatkannya dari babak belur tadi pagi.
Para penonton menyaksikan momen tersebut dengan mulut menganga dan mata yang melotot, terkesima dengan teknik – teknik yang rasanya mustahil dilakukan oleh level anak SMA. Mardi melompat dan mencoba melayangkan tendangan mae-tobi-geri yang ditujukkan mengenai kepala Hasanudin dari atas, namun berhasil dihalau Hasanudin dengan tangkisan atas menyilangkan tangannya. Mardi kemudian kembali menjaga jaraknya dengan Hasanudin dan menstabilkan kuda – kudanya, terlihat berkeringat dan kelelahan juga frustasi.
Ghaffar yang menjadi wasit dan mengawasi ketat duel mereka pun menyaksikan dengan tatapan kagum dan wajah yang sangat serius. Para guru yang kebetulan berada di sekitar lapangan untuk mengawasi suasana duel mereka juga menyaksikan dengan kekaguman sambil berjaga – jaga akan kemungkinan kerusuhan yang dapat ditimbulkan dari peristiwa ini.
Penonton kembali bersorak keras dan bertepuk tangan mengekspresikan kekaguman mereka pada aksi kedua petarung, dan semakin keras ketika menyaksikan Hasanudin kembali mengganti kuda – kudanya dengan kuda – kuda chum kiu teknik bela diri Wing Chun. Mardi semakin terlihat frustasi namun terlihat lebih berhati – hati dalam melakukan pergerakan. Hasanudin perlahan mendekati Mardi dengan kuda – kudanya yang stabil lalu memulai serangan dengan tendangan kedepan heel kick yang dengan mudah dihalau oleh Mardi dengan tangkisan karate sukui-uke.
Dengan cepat Mardi membalas dengan kombinasi serangan tinju jarak dekat secara beruntun, namun masing – masing serangannya berhasil ditepis Hasanudin dengan tangkisan Wing Chun yang dilakukan bersamaan dengan serangan balasan yang mengenai dada, perut, dan wajah Mardi. Mardi kemudian mencoba melayangkan tendangan ushiro-geri yang keras kepada Hasanudin, namun Hasanudin mencegahnya dengan menendang bagian belakang pangkal paha Mardi ketika sedang berputar dan menyebabkan Mardi kehilangan keseimbangan.
Mendahului kedipan mata penonton, Solahuddin melayangkan tinju satu inci legendaris Bruce Lee yang dengan telak bersarang di perut kekar Mardi hingga membuat Mardi terdengar merintih kesakitan dan terdorong, namun Hasanudin mencegah Mardi terjatuh dengan menarik kerah baju karate Mardi, dan melakukan bantingan judo yang menggunakan sapuan lutut hiza giruma yang menghempaskan Mardi ke tanah lapangan basket. Bersamaan dengan itu, Ghaffar yang terkesima dengan Hasanudin karena melakukan penyelesaian dengan teknik judo andalannya, meniup pluit dengan keras sambil mengarahkan tangannya kepada Hasanudin menandai berakhirnya duel dan menyatakan Hasanudin sebagai pemenangnya.
Para penonton sontak berdiri dan bersorak – sorai kegirangan memberikan tepuk tangan yang sangat meriah , lalu mengumandangkan nama Hasanudin. Sang pemenang tidak menggubris sorak - sorai penonton dan membantu Mardi yang tampak kesakitan untuk kembali berdiri secara perlahan. Ketiga rekan karateka Mardi yang sebelumnya mengadakan demonstrasi memecahkan balok batu dan melakukan simulasi pertarungan dengannya bergegas memapah Mardi keluar lapangan. Beberapa siswa anggota PMR turut membantu Mardi dengan menuntun Mardi dan rekan – rekan karatekanya menuju ruang UKS untuk memberikan Mardi penanganan pertama pada cedera yang ia dapat dari duel barusan.
Hasanudin tidak sekalipun melihat ke arah para penonton dan berjalan menuju tempat Nadira duduk untuk mengambil barang bawaannya. Ia kembali mengenakan jaket bomber hitamnya dan memakai topi sekolahnya, lalu memapah tas ransel besarnya dengan pundak sebelah kanannya sambil sedikit berbincang dengan Nadira dan menenggak air mineral Aqua yang diberikan oleh Nadira kepadanya. Hasanudin kembali berjalan menuju area parkir motor sekolah didampingi Nadira, diiringi oleh sorak – sorai meriah para penonton terutama dari kalangan anak – anak perempuan.
"Anjay ! Ga nyangka gua Bang Hasan sejago itu ilmu bela dirinya !", komentar Muzammil.
"Dia nguasain empat ilmu bela diri sekarang bukan rumor lagi. Semua udah liat langsung, di momen paling pas kayak Ekskul Expo ini pula !", timpal Edo.
"Ironisnya, popularitas Bang Hasan naik hari ini karena Bang Mardi", celetuk Hadi.
"Tekniknya Bang Hasan emang lebih tinggi, tapi gua rasa bukan itu yang jadi faktor penentu menangnya dia", cetus Kiki. Ketiga teman sekelasnya menatapnya dan terdiam.
"Gua rasa . . . itu karena Bang Hasan punya jiwa ksatria sebagai seorang praktisi bela diri. Dia gunain seni bela diri bukan buat unjuk kekuatan, tapi buat ngelindungin diri sendiri dan orang – orang yang lemah. Pagi ini gua saksiin sendiri itu", lanjut Kiki.
"Ya bener juga si. Tapi kenapa dia ladenin tantangan Bang Mardi di duel tadi kalo emang dia berjiwa ksatria ? Dia bisa aja cuekin Bang Mardi dan lanjut jalan keluar kan ?", sanggah Hadi.
"Gua rasa dia punya alasan khusus buat kasus ini", komentar Edo. "Mungkin gengsi seorang cowok ?"
"Kalo gengsi gua rasa sih nggak, Do. Kayaknya sesuatu yang lebih penting dari itu. Lu liat tadi dia awalnya ngga mau ladenin Bang Mardi kan ?", balas Kiki.
"Mungkin aja . . . mungkin aja karena Kak Nadira", duga Muzammil.
"Apa hubungannya sama Kak Nadira dah, Zam ?", tanya Hadi dengan mengerutkan dahi.
"Kalo menurut gua, Bang Hasan mikir kalo dia ngga ladenin tantangan Bang Mardi, nanti Bang Mardi akan ngejek – ngejek Bang Hasan sebagai pengecut di depan publik. Bang Mardi juga bisa ngeledek Kak Nadira si Ketua OSIS cantik yang eksis pacaran sama pecundang di depan umum", Muzammil menjelaskan.
"Azzam bener, itu masuk akal. Kalo lu semua ada di posisi Bang Hasan, lu akan ngerasa ngga punya pilihan kan kalo ada di situasi cewek lu bisa dipermaluin di depan umum ? Apalagi kalo cewek lu Ketua OSIS kayak Kak Nadira. Dia bertarung buat kehormatannya Kak Nadira", timpal Kiki.
"Iya si. Kalo penjelasannya begitu, rasanya make sense", akui Hadi. "Gue jadi salut sama Bang Hasan karena ini".
"Kualitas petarung ditentuin sama jiwanya. Kata 'bela diri' itu aja udah jelas banget ngasih tau esensinya. Cuma petarung berjiwa ksatria yang bener – bener nguasain ilmu bela diri, dan kemenangan Bang Hasan ternyata udah ditentuin dari momen dia ngejawab tantangan Bang Mardi", Kiki menyimpulkan.
Ketiga temannya mengangguk dengan senyuman puas menyetujui pernyataannya.
Setelah demonstrasi kegiatan Ekskul Karate diakhiri dengan kekalahan Mardi, giliran Ekskul Judo yang mendemonstrasikan aktifitasnya demi menarik minat para adik – adik kelas X untuk bergabung dengan mereka. Ghaffar menunjukkan kelihaiannya dalam menguasai teknik – teknik seni bela diri Judo, dan aksinya mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton.
Setelah ketiga ekskul bela diri, kini tiba giliran ekskul olahraga permainan yaitu Ekskul Futsal, Basket, dan Hockey. Kiki menyaksikan teman lamanya yang kini satu sekolah dengannya, Mamat, berpartisipasi dalam demo Ekskul Futsal. Banyak penonton yang terpukau oleh aksi individu Mamat dalam menggiring bola, mengkreasikan umpan akurat kepada rekan setimnya, bahkan mencetak gol. Kiki hanya tersenyum lebar sambil mengangguk melihat aksi temannya itu. Ia sudah sangat mengetahui kelihaian Mamat bermain futsal karena pernah sama – sama membela Tim Futsal SMP Tebet.
Setelah peluit tanda selesai demonstrasi ekskul Futsal berbunyi, para penonton bersorak – sorai dan memberikan tepuk – tangan apresiasi kepada para partisipan demonstrasi ekskul Futsal. Kiki beranjak dari tempat duduknya sembari meminta tolong kepada Muzammil untuk menjaga tas ranselnya sebentar untuk berbicara sebentar dengan Mamat.
"Cadas seperti biasa permainan lu, Mat ! Titisan Lionel Messi emang lu !", puji Kiki dengan tawa.
"Ah, lebay gila lu gua disamain sama Messi hahaha ! Tapi makasih bro ! Buruan ke stand Futsal lu Ki sekarang buat daftar ! Biar kita bisa bikin Golden Combi like old times !", balas Mamat.
Kiki pun langsung mengikuti seruan Mamat dan berjalan menuju stand ekskul Futsal untuk mendaftar sebagai anggota. Kiki lalu kembali ke tempat ia duduk bersama Muzammil, Edo, dan Hadi, dan mengucapkan terima kasih kepada mereka karena sudah menjaga tempat duduk dan tas ranselnya selama ia meninggalkan tempat duduk.
"Sekarang giliran basket yang unjuk gigi nih, Di ! Lo ga main ?", tanya Kiki.
"Nggak, Ki. Harusnya gue main, tapi kebetulan cedera bahu gue masih belom sembuh total semenjak kena cederanya pas tanding di SMA Al-Azhar 2 Cup", jawab Hadi, memegangi bahunya yang sedikit terasa sakit.
Partisipan demo ekskul Basket pun masuk ke lapangan dan menunjukkan permainan basket yang indah, mengundang sorak – sorai siswa – siswi yang menonton permainan mereka. Setelah demonstrasi ekskul Basket usai dilanjutkan oleh ekskul Bulutangkis, dan akhirnya dilanjutkan oleh ekskul Hockey. Sorak – sorai siswa – siswi yang menonton dari sudut lapangan dan koridor gedung sekolah utama lantai dua dan tiga semakin keras di kala melihat Ketua OSIS tercinta mereka, Nadira Khairunnisa, yang telah kembali ke dalam lingkungan gedung sekolah, berjalan menuju lapangan dengan stik hockeynya bersama dengan partisipan demonstrasi ekskul Hockey lainnya.
Nadira melambaikan tangannya ke semua penonton di segala sudut sekolah dengan senyum lebar yang menawan. Dia mengenakan seragam Tim Hockey SMA Cijantung yaitu atasan jersey berwarna putih dengan border tiga strip merah di pundak, di bagian dada kiri jersey terlihat emblem Garuda yang menjadi lambang NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan di bagian kanan logo Tim Hockey SMA Cijantung. Bawahan yang dia kenakan adalah celana pendek berbahan jersey berwarna merah. Para pemain putera mengenakan setelan yang sama dengan warna atasan – bawahan yang terbalik dari yang dikenakan para pemain puteri.
Nadira menunjukkan kelihaiannya dalam bermain hockey yang membuat para penonton bahkan lebih terpukau daripada melihat keindahan wajah dan tubuhnya atau karismanya sebagai Ketua OSIS. Kiki terkesima melihat kecepatan luar biasa Nadira menggiring kepingan Hockey dengan stiknya dan sulit untuk penghadangnya merebut kepingan itu. Para penonton bersorak dengan keras ketika Nadira berhasil memukul kepingan Hockey dengan stiknya masuk ke gawang.
Kiki mengangguk sambil tersenyum mengakui kelihaian Nadira dalam olahraga hockey. Kiki melihat Ica bersama Della duduk berseberangan dengan sudut koridor tempat ia duduk, mendapatinya mengambil foto Nadira bermain hockey dan memandangnya dengan penuh decak kagum. Kiki menyadari bahwa Ica pun segera menyadari kehadirannya yang duduk berseberangan dan menyapa Ica dengan senyuman dan melambaikan tangan. Ica membalas senyumnya dan langsung mengalihkan pandangannya, dan terlihat Della menertawai Ica lalu berbisik sambil tertawa kepadanya.
Para siswa – siswi baru terlihat mendaftarkan diri untuk bergabung dengan ekskul – ekskul olahraga yang tampil di sesi kedua Ekskul Expo ini. Kiki dan teman – teman masih bersantai di lingkungan sekolah menikmati suasana kemeriahan Ekskul Expo tahun ini.
Nadira beristirahat di sudut lapangan dekat tiang bendera bersama teman – temannya dari ekskul Hockey. Anna terlihat berjalan menghampirinya dari arah tangga terdekat, disusul oleh Akeera. Sebagaimana para siswi terpesona akan Hasanudin, kini giliran para siswa yang tersihir oleh tiga sekawan itu, lebih tepatnya pada Nadira dan Anna. Seperti Hasanudin, kecantikan Anna pun tergolong di atas rata – rata. Tubuhnya pun terlalu seksi untuk seorang remaja yang duduk di bangku SMA. Nadira memiliki kecantikan kearifan lokal, dan Akeera . . . berparas cukup manis.
Namun pandangan Kiki tidak sejalur dengan siswa lainnya.
Ia hanya ingin memandang Ica.
Ia hanya ingin memandangi gadis belia yang mencetak kesan pertamanya tiba di sekolah ini. Sekejap hiruk – pikuk kemeriahan Ekskul Expo di sekitarnya terlupakan ketika memandangi Ica yang sedang bersenda gurau dengan sahabatnya. Ia teringat momen pertemuan pertamanya di Koperasi Sekolah pagi ini, dan betapa indahnya kebetulan yang Tuhan atur untuknya dengan menjadi teman sekelas Ica, bahkan duduk bersebelahan. Paling dramatis dari semua kebetulan itu adalah terpilihnya dirinya dan Ica untuk menjadi Ketua Kelas dan Wakilnya.
Kiki belum mengenal Ica selain nama dan wujudnya, tetapi ia tak peduli. Saat ini ia hanya ingin memandanginya di saat semua orang sibuk dengan Nadira dan Anna. Ia merasa damai memandangi Ica yang tampak ceria bersama Della. Keceriaan membuat Ica terlihat dua kali lipat lebih cantik. Senyum dan tawanya lebih menawan daripada Nadira menurut Kiki.
Apa ini yang namanya jatuh cinta ?
Jelas tidak. Bagaimana bisa seseorang merasa jatuh cinta pada orang yang baru dikenalnya beberapa jam ? Itupun tanpa percakapan yang mendalam. Ia dan Ica sudah saling berbicara, tapi hanya perkenalan singkat dan basa – basi ala anak sekolah.
Mungkin ia hanya mengagumi kecantikannya.
Kiki belum pernah berpacaran sebelumnya. Ia memiliki banyak teman dan bakat untuk memikat lawan jenis dengan sikap bersahabatnya, namun belum pernah sekalipun ia menjadikan satu perempuan pun sebagai pacarnya. Apa yang ia rasakan pada Ica ini mungkin hanya sebatas suka pada pandangan pertama, tapi yang begini juga sudah terlalu sering sepanjang masa remajanya sedari masa SMP.
Hingga kini ia pun masih bertanya – tanya mengapa dirinya masih belum pernah berpacaran ? Lebih aneh lagi, terbesit dipikirannya apa Ica pun sudah pernah berpacaran sebelumnya ? Apa mungkin dia sudah punya pacar sekarang ? Rasanya mustahil gadis seperti Ica masih menjomblo.
"Woy ! Bengong aje, bang !", sahut Muzammil, menepuk punggungnya dengan keras.
"Ngeliatin apaan lu daritadi ? Fokus bener kayaknya", tanya Edo sambil tertawa.
"Ah ! Gua Cuma ngeliat – liat sekitar kali ! Adanya lu pada yang fokus banget ngeliatin Kak Anna sama Kak Nadira !", jawab Kiki, berusaha menutupi alasan ia sempat melamun.
"Di sana kayaknya cuma ada cowok – cowok dah", komentar Hadi melihat ke arah Kiki sempat memandang sambil melamun tadi.
Kiki sontak terkejut dengan pernyataan Hadi itu, dan kembali melihat ke sudut lapangan tempat Ica dan Della duduk tadi.
Mereka sudah pergi, lenyap seketika di kala Kiki beralih pada ketiga temannya yang menyadarkannya dari melamun yang aneeh. Namun rasanya masih sedikit mengganjal.
"Mungkin sempet ada cewek cakep tadi, Di", celetuk Edo.
"Emang lumayan banyak dedek – dedek gemes sih tahun ini', akui Hadi. "Apa ada yang bikin lo kepatil, Ki ?", tanyanya dengan sedikit tertawa.
"Belom ada si, Di", jawab Kiki.
"Kalo gitu coba lah lirik – lirik, Ki ! Di SMA Mahakam kata lu isinya cewek – cewek cantik yang high-class, makanya ngga ada yang nyantol sama lu. Sekarang di sini isinya cewek – cewek yang humble nih, dan ada yang cakep. Masa masih ngga dapet cewek juga lu di sini ?", ledek Edo.
"Ya kalo ada kalo ada yang nyantol mah pasti bakal jadi cewek gua, Do !", balas Kiki dengan tawa. Tertawa untuk menutupi rasa malunya.
Apa mungkin ia belum cukup dewasa untuk memahami romansa makanya hingga saat ini masih menjomblo dan bahkan belum pernah berpacaran ?
Memangnya apa artinya menjadi dewasa itu sebenernya ?
Apa dengan memiliki pacar menjadikan seseorang itu sebagai sosok yang dewasa ? Atau menjadi dewasa itu mendatangkan pacar pada seseorang ?
"Udah, udah ! Kasian Kiki baru hari pertama di sini udah didorong nyari cewek ! Parah lu berdua !", sahut Muzammil dengan tawa, berusaha menyudahi topik sensitif ini.
"Kalopun ngga ada adek kelas yang nyantol, mungkin Ica orangnya", lanjut Muzammil.
Kiki amat terkejut mendengarnya sementara ketiganya tertawa dan bersiul kepadanya. Anjrit lah lu, Zam ! kutuknya dalam hati.
"Kita tunggu jadiannya kalo gitu !", timpal Hadi.
"Apaan si lu pada ?! Yok dah, cabut kita dari sini ! Makan siang di luar bareng dulu di mana gitu ?", tepis Kiki, berusaha mengakhiri pembicaraan menyebalkan ini.
Ketiganya setuju untuk hal itu. Perut mereka mulai keroncongan. Sampai jumpa lagi, Ekskul Expo !