Chereads / G-A-M-M-A / Chapter 15 - Gamma terlalu polos?

Chapter 15 - Gamma terlalu polos?

"Rain, sebaiknya kamu masuk ke dalem deh."

"Tapi Gamma-"

"Rain." Potong Raden membuat Raina melihat kearahnya, "Hari ini aku sedikit kecewa ya sama kamu yang pulang bareng Gamma tanpa ngasih tau aku. Emang aku udah nggak penting ya buat kamu jadi kamu pergi nggak ngabarin aku."

"Wahh mulai ngedrama nih anak." gerutu Haidar diseberang sana.

"Oke, aku emang nggak berhak buat larang-larang kamu mau pulang bareng siapa, seenggaknya kabarin aku, Rain." Raden nunjuk dirinya sendiri, "Aku yang udah janji sama ayah dan bunda buat nganter pulang kamu, kamu tau nggak gimana paniknya aku waktu bunda bilang kamu belum pulang?. Aku panik dan khawatir banget, Rain. Secara tidak langsung aku udah ingkar janji dan bikin bunda kamu kecewa karna aku nggak amanah."

Cowok itu ngebuang napasnya kasar, "Apa lagi kamu anak gadis bunda satu-satunya, aku yakin banget dulu waktu aku minta ijin sama bunda buat anter kamu setiap pulang kampus pasti bunda takut kamu kenapa-kenapa tapi akhirnya bunda yakinin dirinya buat percaya sama aku. Dan karna aku temennya Haidar dan satu Fakultas sama kamu jadi bunda ngijinin." Raden benerin letak kacamatanya yang sedikit melorot.

"Bener juga apa yang dibilang sama Raden Ajun Yihua Jayantaka, pasti bunda Iren nggak bakalan percaya lagi sama dia." ucap Haidar lagi.

Haidar sendiri juga nggak sadar kalau dia juga ngedrama dengan nyebut Raden beserta nama panjangnya. hihi.

Ingat ya kalau sambungan telpon antara Haidar sama Raden belum terputus jadi Haidar bisa ngeder dengan jelas apa yang mereka bertiga bicarain.

"Aku nggak tau lagi setelah ini bunda bakalan ijin aku buat anterin kamu pulang lagi atau enggak. Aku bener-bener udah ngecewain bunda, Rain."

Raina sangat mereka bersalah dengan Raden, karna dirinya Raden dapet citra buruk dari bundanya, meski Raina atau Raden sekalipun belum tau gimana reaksi bundanya nanti namun yang jelas Raina juga ikut khawatir tentang hal itu.

"Maafin aku, Raden."

Mendengar permintaan maaf Raina, Raden tersenyum tipis, "Iya nggak papa, Rain. Aku cuma takut terjadi sesuatu sama kamu. Lebih baik sekarang kamu masuk, kasian bunda khawatir tau kamu pulang telat ditambah lagi pulangnya nggak bareng sama aku." Cowok itu ngelirik Gamma yang dari tadi cuma diem.

Mendengar nada bicara Raden yang memerintah dengan paksa Gamma langsung noleh ke cowok itu, "Lo kenapa sih, Den?. Kalau mau kesel sama gue aja jangan sama Raina, lagian yang ngajak pulang bareng gue kok bukan Raina."

Raden memejamkan kedua matanya sebentar guna meredam amarahnya, "Rain-."

"Kalau elo nyuruh Raina masuk kedalem rumah, gue juga akan ikut dia kedalem."

Raden menoleh dengan raut wajah yang tidak bersahabat, "Ngapain lo pakek ikut masuk kedalem segala, gue masih ada urusan sama lo. Jangan berusaha ngehindar."

Gamma mengeluarkan smirk andalammya, "Gue nggak ngehindar kali. Selesai nganter Raina kedalem dan minta maaf sama orang tuanya Raina, kita ngobrol dan selesain masalah kita berdua."

"Eh udah-udah, kenapa kalian jadi berantem sih." ucap Raina.

"Raden yang mulai, bukan aku."

Raden mengernyit, "Haha jadi tadi gue nggak salah denger waktu Gamma pakek aku-kamuan sama Raina? Cieelah." cibirnya dalam hati.

Ditambah nada bicara Gamma yang seolah mengadu pada Raina bahwa dirinyalah yang mulai membuat Raden semakin kesal dengan Gamma.

"Ya, lagian ngapain elo mau ikut masuk. Nganter Rainanya udah sampai sini aja."

"Gue mau minta maaf sama orang tuanya Raina karna nggak ijin dulu mau nggak Raina pulang bareng-"

"Nggak usah, biar gue aja yang bilang nanti." potong Raden.

Gamma ngelipet kedua tangannya depan dada sembari menatap Raden dengan dua alisnya yang terangkat keatas, "Elo bahkan beberapa kali ngajarin gue buat bersikap sopan, tapi kenapa elo ngelarang gue buat minta maaf sama orang tuanya Raina?." tanyanya.

Mendengar pertanyaan Gamma, Raina yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan dua orang didekatnya ini menoleh pada Raden.

"Elo mau gue dinilai cowok brengsek dimata orang tuanya Raina? Gue masih punya tatakrama, Den." ucap Gamma penuh penekanan.

"Gue pikir elo cowok paling sopan diantara temen-temen gue yang lain, tapi kenyataannya enggak. Dengan mudahnya elo nyuruh gue pergi seolah-olah gue nggak punya rasa bersalah karna udah buat Raina pulang telat dan bikin orang tuanya khawatir. Dan elo muncul dengan sikap sok pahlawan ngewakilin gue buat minta maaf sama orang tuanya Raina? Haha gue nggak Alan ngebiarin itu."

Raden diem.

Gamma tersenyum miring, "Atau jangan-jangan elo takut gue ketemu sama orang tuanya Raina, Den?." tanya Gamma dengan maksud lain dan hanya Raden yang dapat mengetahuinya.

"Sialan si Gamma. " maki Raden dalam hati pada Gamma.

"Gue liatnya sih gitu ya. Ngapain juga elo takut, gue nggak akan nyuri start dari lo." kini Gamma tersenyum menang karna sudah membuat Raden kicep.

"Apa maksud ucapan Gamma, atau jangan-jangan dia udah tau kalau Raden suka sama Raina?." tanya Haidar diseberang sambil ngegigit jarinya sendiri.

"Kenapa Raden takut kalau kamu ketemu ayah sama bunda aku?." tanya Raina pada Gamma.

Yang ditanya mengangkat kedua bahunya, "Aku juga enggak tau, Rain. Tanya aja sama Raden, kenapa dia ngelarang aku buat ketemu dan minta maaf sama orang tua kamu."

"Raden, kenapa kamu ngelarang Gamma buat ketemu sama bunda dan ayah ku. Gamma mau minta maaf karna nggak ijin ngajak aku buat pulang bareng."

Raden semakin dibuat kesal karena Raina terkesan membela Gamma. Raden nggak suka itu!.

"Yaudah-yaudah terserah lo berdua!." sentak Raden, "Gue pulang. Rain." Cowok itu menoleh pada Raina, "Aku dateng ke sini buat balikin buku paket kamu yang ketinggalan di kelas. Niatnya sih mau ngajak kamu belajar bareng tapi kayaknya nggak jadi deh." ucapnya sambil melirik Gamma, "Yaudah aku pulang ya."

Gadis itu mengangguk, "Makasih ya, Den. Kamu udah jauh-jauh kesini cuma buat nganterin buku paket aku yang ketinggalan. Harusnya nggak usah, karna nggak akan hilang juga."

Raden mengusap tengkuknya, "Ya nggak papa sekalian jalan-jalan."

"Makasih ya." Cowok itu tersenyum dan mengangguk, "Sekali lagi maaf karna udah bikin kamu khawatir."

"Iya nggak papa, lain kali jangan diulang."

"Elehh bilang aja mau modus, pakek alasan segala." cibir Gamma dalam hati.

Entah sejak kapan Gamma kesel sama temen satu bandnya itu, biasanya dia biasa-biasa aja Raden mau deket sama siapapun tapi kenapa untuk kali ini Gamma sedikit tidak rela melihat Raden deket sama Raina.

"Oh yaudah kalau gitu, makasih sekali lagi ya."

"Iya. Aku pulang, pamitin sama bunda ya, Rain."

"Pasti."

Raden tersenyum pada Raina dan menatap sinis pada Gamma sebelum dia benar-benar pergi dari rumah Raina.

"Kamu udah lama deket sama, Raden?." tanya Gamma pada Raina saat punggung Raden sudah tidak kelihatan lagi.

Raina menoleh, "Deket gimana maksud kamu?."

"Kamu deket kan sama Raden?."

"Deket sebagai temen?." Gamma mengangguk, "Lumayan sih, karna dia temen satu Fakultas aku ditambah lagi Raden juga temannya Haidar jadi aku juga deket sama Raden."

"Kok kamu nggak deket sama aku?."

"Maksudnya?."

Sadar pertanyaannya agak nyeleneh, Gamma segera menggelengkan kepalanya.

"Gamma bego!." makinya dalam hati.