Chereads / G-A-M-M-A / Chapter 19 - Informasi yang datang terlambat

Chapter 19 - Informasi yang datang terlambat

"Halo, Mas."

Diseberang sana Zayyan mengerutkan keningnya saat tidak mendengar suara Raden, "Halo, elo masih disana kan Mas."

"Oh iya halo, Yan. Gue tadi lagi baca ayat kursi dalam hati."

"Ngapain baca ayat kursi?."

"Tadi kata elo rumah yang gue pakek buat ngumpet ini rumah kosong, dan pemiliknya meninggal dunia karna kecelakaan jadinya gue baca ayat kursi. Emang gue salah?."

Mendengar perkataan Raden, sontak Zayyan tertawa terbahak-bahak, "Jadi elo percaya sama kata-kata gue tadi, Mas? Hahaha."

Cowok itu ketawa keras banget sampai Raina sama bundanya yang lagi ngobrol di ruang tamu tersentak kaget.

"Zayyan, ketawanya jangan kenceng-kenceng sayang bikin bunda kaget aja." ucap bundanya.

Sontak Zayyan menghentikan ketawanya saat mendengar teguran bundanya, "Maaf, Bun." ucap cowok itu.

Zayyan kembali menempelkan ponselnya ke telinga, "Halo, Mas."

"Syukurin, dimarahin sama bunda kan lo. Salah sendiri ketawanya kenceng banget, gue aja sampe jauhin hp dari telinga waktu elo ketawa, kalau enggak gendang telinga gue bakalan jebol mungkin. Emangnya apa sih yang bikin elo ketawa sampai ngakak gitu, emang ada yang lucu ya."

Zayyan duduk dikasurnya, "Elo barusan ngelawak."

Alis Raden bertaut, "Gue ngelawak, kapan?."

"Baru aja, makanya gue ketawa."

"Udah deh sekarang lo berhenti ketawa dan cepet jelasin kenapa elo bisa ngetawain gue, gue lagi dirumah kosong ini jadi jangan ngajak gue bercanda."

"Yayaya." Zayyan duduk di kursi deket meja belajarnya, "Nih ya sekarang gue jelasin kalau rumah itu sebenernya bukan rumah kosong-"

"Whatt?! Tapi kenapa tadi elo bilang kalau ini rumah kosong!." sentak Raden membuat Zayyan tertawa lagi, "Yan, jangan bercanda deh. Jadi ini yang bener yang mana?!."

"Yang bener rumah itu bukan rumah kosong, Mas. Rumahnya sepi karna yang punya lagi pulang kampung."

Raden menutup kedua matanya guna menahan amarah yang siap ia lontarkan pada Zayyan yang sudah membohonginya.

Jika Zayyan bukan adiknya Raina mungkin Raden udah datengin tuh ABG terus diajak gelut karna udah berani ngerjain dia.

"Nǐ fēngle? Nǐ wèishéme piàn wǒ." ucap Raden dengan logat bahasa chinanya yang kental itu.

Nah loh kalau lagi kesel biasanya bahasa China Raden keluar dengan sendirinya.

"Ah yeah Nihao Nihao..." jawab Zayyan sok tahu.

Soalnya di sekolah dia juga belajar bahasa mandarin, ya meskipun nggak lancar setidaknya dia bisa sedikit-sedikit.

Denger Raden ngajak ngomong bahasa China jadi Zayyan jawab sekenanya aja meskipun dia sendiri nggak tau apa yang diomongin sama Raden.

"Nihao... Nihao gundulmu. Nggak nyambung bege."

Zayyan nyengir kuda, "Emangnya elo ngomong apaan sih, Mas?. Bukannya elo bilang halo ya."

"Mck, nih ya gue translate elo denger baik-baik 'Elo gila ya? Kenapa elo bohongin gue' nah itu artinya."

"Lah, kalau ujung-ujungnya elo terjemahin kenapa ngomong pakek bahasa China coba, buang-buang tenaga aja."

Bener juga apa yang dibilang sama Zayyan, seharusnya dia nggak buang-buang tenaga luapin keselnya sama Zayyan pakek bahasa China karna cowok itu juga nggak bakalan ngerti. Pikir Raden.

"Ah udahlah kalau dibahas yang ada gue malah tambah kesel."

"Yaudah." sahut Zayyan sambil naikin kedua bahunya.

"Jadi kenapa elo nelpon gue?."

Zayyan negakkin duduknya yang semula bersender pada sandaran kursi, "Ternyata cowok asing itu beneran cowok yang elo bilang tadi, Mas. Siapa ya namanya..." Zayyan nempelin jari telunjuk pada dagunya seraya berpikir, "Oh iya, Gamma. Kata mbak Raina namanya Gamma."

"Iya emang cowok tadi itu namanya Gamma. Elo sempet liat mukanya Gamma nggak?."

Zayyan ngangguk meskipun Raden nggak bisa ngeliat, "Iya, gue tadi sempet liat. Dan elo tau nggak, Mas."

"Apa?."

"Sebaiknya elo pulang deh, karna sekarang udah sore gue kasian ngeliat lo disana nungguin orang yang nggak bakalan dateng."

"Maksud lo apaan."

"Nih ya. Si Gamma-Gamma itu udah pulang dari tadi dan parahnya lagi dia lewat arah yang berlawanan dengan posisi lo sekarang, jadi mau elo tungguin dia sampai bangkotan. Tuh orang nggak bakalan lewat, Mas." ucap Zayyan sembari membuat pola abstrak di meja belajarnya, "Jadi mendingan elo pulang deh, kasian gue." imbuhnya.

Bersamaan dengan itu Raden nepuk keningnya, "Ya Allah, kenapa nasib hamba begitu sial hari ini." gumamnya.

"Mendingan elo pulang deh, udah sore." ucap Zayyan lagi membuat Raden semakin kesal dengan cowok itu.

"Kenapa elo nggak ngomong dari tadi sih, Yan. Sumpah deh, elo bikin gue kayak maling tau nggak ngumpet di rumah orang, tengok sana tengok sini. Tau Gamma udah pulang lewat jalan lain, gue mendingan pulang. Mana udah sore lagi."

"Ya terus gimana, Mas. Bukan salah gue kali."

"Jelas-jelas ini salah elo, kenapa diem aja kalau Gamma udah pulang lewat jalan lain. Bukannya bilang dari tadi biar gue langsung pulang-"

"Mana gue tau, elo aja nggak nanya." sahut Zayyan yang tidak mau kalah dari Raden.

"Hufft, yaudah sekarang gimana. Mck, jadi sia-sia gue disini sampe digigit nyamuk." gerutu Raden, cowok itu mulai keluar dari tempat persembunyiannya.

"Lagian, elo liatin apa aja disana sampai Si Gamma balik aja elo nggak tau."

"Eh nggak usah ngomel deh, ini juga gara-gara elo."

BRAKK

Karna kesel sama Raden, Zayyan sampai gebrak meja, "Gue salah apa lagi sih, kenapa gue terus-terusan disalahin. Bukannya makasih karna udah gue kasih tau eh ini malah nyalahin."

Raden naruh tangan kirinya diatas pinggang, "Makasih buat apaan coba, gue tanya."

Zayyan beranjak dari tempat duduknya, "Coba lo bayangin kalau gue nggak ngasih tau elo si Gamma udah pulang, pasti elo bakalan disitu terus sampe malem. Hayo, untung gue baik hati dan kasih tau elo, coba kalau enggak."

Bener sih apa yang dibilang sama Zayyan, untung aja dia ngasih tau Raden kalau Gamma udah pulang dari rumah Raina. Kalau enggak Raden bakalan ada disana sampe Gamma keluar dari rumah Raina, sedangkan Gamma aja udah sampai rumah dan minum kopi anget. Haha. Mungkin.

"Gue heran deh, katanya elo ngawasin si Gamma tapi kenapa waktu Gamma pulang aja elo sampai nggak tau, Mas?."

"Ini tuh gara-gara Haidar nelponin gue mulu jadinya gue nggak bisa fokus ngawasin Gamma, emang dasar tuh bocah." gerutu Raden lagi.

"Mas Haidar tau kalau mbak Raina pulang bareng Gamma?."

Raden ngangguk, kini tangan cowok itu udah dikantongi dalam saku hoodienya sembari berjalan melewati gang keluar dari komplek Raina, "Ya taulah, gue diomelin sama dia karna ngijinin Raina pulang bareng Gamma. Ya sekarang gini ya, Yan. Elo boleh setuju sama omongan gue boleh enggak. Gue tuh sebelum pulang pergi ke perpustakaan dulu nah waktu gue balik tiba-tiba si Carissa-elo kenal sama Carissa nggak?."

"Kenal. Temennya mbak Raina kan?."

"Nah iya itu. Carissa bilang kalau Raina pulang bareng Gamma, disini kan gue nggak tau apa-apa. Lagian kalau gue tau Mbak lo yang cantik itu pulang bareng Gamma gue nggak bakalan ngijinin-"

"Elo sama mas Haidar beneran suka sama mbak Raina ya, Mas? Sampe khawatir gitu dua-duanya."

Langkah Raden berhenti ketika mendengar perkataan yang baru saja keluar dari mulut Zayyan.

Apa perjuangannya untuk dapetin hati Raina begitu kentara sampai Zayyan sendiri menyadarinya?.