Chereads / G-A-M-M-A / Chapter 5 - Haidar mau jadi suami keduanya bunda Raina

Chapter 5 - Haidar mau jadi suami keduanya bunda Raina

"Loh kamu mau pergi kemana Nes?." tanya bundanya Raina pada bundanya Haidar yang lagi sibuk masukkin koper ke dalam bagasi mobil.

Wanita cantik bernama Agnes itu tersenyum lalu berjalan mendekati Irene, "Ini. Aku, mas Hendri sama Haidar mau ke Bandung-"

"Kok mendadak?."

"Iya Ren, neneknya Haidar kemarin telpon katanya keponakan aku yang kerja di luar negeri udah pulang jadi semua anak-anaknya disuruh kesana deh."

Irene mengangguk paham, "Oh gitu. Jadi kalian mau berangkat sekarang?."

"Bentar lagi sih, masih nungguin Haidar pulang dari indoapril."

"Haidar udah ijin ke kampus?."

"Udah kok bun, tadi Haidar nitip surat ijinnya sama Raina." jawab Haidar dari balik pintu gerbang sambil nenteng kantong plastik berwarna putih yang ada logo indoaprilnya itu.

"Kamu beli apaan Dar, Yallah banyak banget." Agnes ngambil alih kantong plastik itu dari tangan Haidar, "Mana isinya makanan kecil semua lagi, bawa banyak banget buat apa sayang?."

"Ya buat Haidar lah bun, Haidar kan makannya banyak."

Mendengar itu Irene tersenyum lalu mengusak kepala Haidar "Haidar, kamu beneran udah nitipin surat ijin kamu sama Raina?." Haidar mengangguk, "Tapi kok Raina nggak ada bilang sama bunda kalo kamu mau pergi ke Bandung"

"Oh itu bun, Haidar ngasih surat ijinnya sama Raina baru tadi pagi jadi wajar kalau Raina nggak sempet bilang sama bunda. Tadi Raina juga kaget pas tau Haidar mau pergi ke Bandung."

Haidar memang sudah terbiasa manggil Irene dengan panggilan bunda karena hubungan orang tua Haidar sama orang tua Raina udah deket banget jadi Haidar udah dianggep kayak anak sendiri sama Irene begitu pula Raina, gadis cantik itu juga udah dianggap anak sendiri sama bundanya Haidar.

"Yaudah kamu siap-siap sana, ayah udah nungguin tuh dari tadi." Agnes nyuruh anak lelakinya buat siap-siap karena sebentar lagi mereka harus berangkat ke Bandung.

"Bunda, Haidar siap-siap dulu ya." pamitnya pada Irene lalu masuk kedalam rumah.

"Haidar makin gede makin ganteng ya Nes, senyumnya itu loh manis banget."

"Jelaslah anak siapa dulu Ren hehe... Raina juga makin gede makin cantik sama kayak bundanya."

Irene yang baru saja dipuji sama bundanya Haidar tersenyum malu, "Ah kamu ini bisa aja, yaudah kamu siap-siap sana aku mau ngelanjutin nyapu. Kamu, mas Hendri sama Haidar hati-hati yah jangan lupa kabarin kalau udah sampai di Bandung."

Agnes ngangguk lalu melanjutkan kegiatannya memasukkan barang-barangnya kedalam mobil.

"Mereka nggak ada niatan gitu ngejodohin gue sama Raina?." tanya Haidar saat melihat bundanya dan bunda Raina mengobrol dari balik jendela kamarnya.

"Heh! Anak bunda kok bengong."

Mendengar suara bundanya, Haidar langsung noleh ke belakang, "Bunda."

"Ngeliatin apaan sih sampe bengong gitu." Agnes ngedeketin Haidar dan ikut ngeliat apa yang sedang diliatin sama anak lelakinya itu, "Nggak ada apa-apa kok."

"Ya emang nggak ada apa-apa, Bun."

"Barang-barang kamu udah siap semua?."

Haidar ngangguk lalu menutup gorden jendelanya dan menyusul bundanya yang duduk dikasur, "Bunda~."

"Kenapa?."

"Kalo aku udah kerja terus bisa nyukupin kebutuhan aku sendiri, aku boleh nikah nggak?."

"APA?! AYAH HAIDAR NGOMONG ANEH."

Teriakan sang bunda membuat Haidar hampir terjengkang ke belakang.

"Ada apa bun, Haidar ngomong apa?." tanya ayahnya Haidar panik.

"Haidar baru aja minta nikah yah, gimana ini."

Hendri langsung megang kedua bahu anak lelakinya, "Kamu serius?! Kamu mau nikah sama siapa, Dar. Bilang sama ayah."

Haidar melihat kedua orang tuanya malas, "Ayah sama bunda tenang dulu-"

"Gimana ayah bisa tenang kalo anak ayah satu-satunya ini minta dinikahin, mau nikah sama siapa kamu?!."

"Ayah bunda dengerin aku dulu."

Ayah sama bundanya Haidar beradu pandang lalu setelah itu mengedikkan bahunya secara bersamaan, mereka sepakat buat ngedengerin penjelasan Haidar.

"Aku kan bilang sama bunda kalau nanti aku udah kerja dan udah bisa nyukupin kebutuhan aku sendiri, Haidar ijin buat nikah boleh apa enggak?"

"Kamu kenapa tiba-tiba nanya gitu? Emangnya kamu udah ada calonnya, ayah liat kamu jomblo tuh-"

"Nggak mungkin kan kamu mau nikah sama pohon" celetuk bundanya Haidar yang ngebuat Hendri ketawa denger omongan istrinya.

Haidar mencebikkan bibirnya lalu menyingkirkan tangan ayahnya yang ada di pundaknya, "Ah ayah sama bunda mah bercanda mulu, Haidar serius."

"Lagian kamu nggak pernah bawa cewek kerumah terus tiba-tiba minta ijin nikah, kan ayah sama bunda kaget." sahut ayahnya Haidar.

"Ya tapi boleh apa enggak?."

"Ya boleh lah masa enggak." jawab ayah sama bundanya Haidar barengan.

"Beneran boleh nih." ayah sama bundanya Haidar ngangguk, "Yes! Tapi kenapa kalian langsung setuju gitu aja."

"Ya namanya jodohkan nggak ada yang tau, Dar. Kalo kamu udah bisa nyukupin kebutuhan kamu sama keluarga kecil kamu nantinya, ayah sama bunda bisa apa selain ngerestuin. Iya kan, Bun."

Bundanya Haidar ngangguk, "Bener apa yang dibilang sama ayah kamu."

Haidar ngomong hore dalam hatinya, "Raina tunggu si ganteng Haidar dateng kerumah buat melamar dirimu."

"Yaudah ayah lanjut beres-beres dulu ya, tadi langsung lari gitu aja waktu bundamu teriak." ayah Haidar pamit buat balik ke mobil.

Cowok itu senyum-senyum sendiri sampe bundanya nepok pundaknya, "Heh!  Anak bunda kok senyum-senyum sendiri sih nanti kesambet loh."

Haidar langsung menekuk wajahnya, "Emangnya kamu udah ada calon sampe ngomongin nikah?."

"Udah bunda-"

"Kok kamu nggak bilang sama bunda, coba bilang sama bunda siapa calon kamu."

Haidar membuang pandangan keluar jendela, "Nanti kalau udah waktunya, Haidar bakal kenalin ke Bunda kok." ujarnya sambil tersenyum.

Agnes hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat Haidar yang masih senyum-senyum sendiri.

"Yaudah kita berangkat sekarang aja yuk, ayah sama bunda tinggal nungguin kamu aja nih."

Haidar ngangguk terus makai jaket yang ada garis tiga di kedua sisi lengannya lalu memakai topi dulu baru ngambil tasnya.

Ganteng banget deh anaknya bunda Agnes sama ayah Hendri ini.

Agnes jalan duluan dengan Haidar yang berjalan mengekori bundanya dari belakang, "Bunda, kantong plastik Haidar yang dari indoapril tadi mana?." tanya cowok itu sesampainya di depan rumah.

"Bunda taroh di depan, mau buat apa sih?."

Haidar nggak ngejawab pertanyaan bundanya, dia langsung buka pintu mobil dan ngambil kantong plastik miliknya tadi dan ngeluarin roti sama botol minuman.

"Lho kamu mau kemana, Haidar!." teriak Agnes waktu Haidar jalan ngelewatin dia.

Setelah melihat ternyata Haidar masuk ke pekarangan rumah Raina dan nemuin Irene, Agnes menggelengkan kepalanya, "Dasar bucin, pasti mau nitip sesuatu tuh buat Raina." gumamnya "Kkkk Haidar udah gede sekarang."

Rumah Haidar sama Raina emang sebelahan jadi ya udah deket banget gitu.

"Bunda~." panggil Haidar sama bundanya Raina sambil membuka pintu gerbang yang tingginya sedada cowok itu.

"Kenapa Haidar, bukannya kamu mau ke Bandung kok belum berang- Apa ini?." ucapan Irene terpotong karena Haidar ngasih dia roti sama teh botol ditangannya.

Cowok itu mengulas senyum manisnya, "Haidar beliin sari roti sandwich pandan sarika sama teh pucuk harum buat Raina sekalian tadi ke indoapril, nitip sama bunda ya nanti tolong kasihin ke Raina." Haidar ngantongin kedua tangannya kedalam saku celana.

Irene mengangguk lalu tersenyum, "Kamu baik banget sih, Dar. Sampe beliin roti sama minuman buat Raina, kok kamu sempet-sempetnya inget sama Raina sih"

"Ya namanya juga buat calon istri Bun."

"Apa??."

Haidar segera mukul mulutnya pelan karena keceplosan didepan bundanya Raina langsung, "Ehmm nggak kok Bun, ya inget karna Raina suka banget sama sari roti apalagi yang rasa pandan tuh. Pokoknya nanti kasihin ke Raina ya bun."

"Iya, pasti bunda kasih ke Raina kok kamu tenang aja nggak bakal bunda makan ini."

Haidar senyum sekali lagi sambil benerin topinya, "Yaudah kalau gitu Haidar berangkat ke Bandung dulu ya bun, titip pamit sama ayah." cowok itu nyium punggung tangan Irene.

"Hati-hati ya, jangan lama-lama di Bandungnya nanti bunda kangen."

"Bunda atau Raina nih yang kangen?."

"Ya Raina lah edan kamu, bunda udah punyanya ayah Malik."

Mendengar itu Haidar terkekeh, "Hehehe... Siapa tau bunda mau punya suami lagi."

"Hustt kamu nih ngomongnya." Irene ikutan tertawa karna Haidar emang anaknya suka ngelawak.