"Maaf kalo pertanyaan aku tadi buat kamu nggak nyaman, karna aku cuma pengen tau aja ada hubungan apa antara kamu sama Haidar." ujar Gamma sambil melirik ke belakang dimana Raina sedang berjalan dibelakangnya.
Sebenernya Gamma nggak enak harus jalan didepan Raina gini, harusnya mereka kan jalan berdampingan namun Raina justru memilih untuk berjalan di belakang Gamma.
Keduanya berjalan menuju ke Fakultas Ilmu Komputer, Gamma sengaja nganterin Raina ke Fakultasnya karena cewek itu ditinggal gitu aja sama Carissa jadi ya Gamma nggak tega ngeliat Raina harus balik sendirian.
"Nggak papa tapi kamu harus tau ini," sontak Gamma menghentikan langkah kakinya membuat Raina menabrak punggungnya, "Awh... Maaf, kamu kenapa berhenti mendadak aku kan jadi nabrak."
Gamma terkekeh lalu memutar tubuhnya kebelakang menghadap ke Raina yang berada sangat dekat dengannya.
Kedua mata mereka bertemu satu sama lain membuat Gamma sama Raina seakan terkunci dengan pandangannya masing-masing.
Perbedaan tinggi badan mereka membuat keduanya terlihat menggemaskan, Raina yang mendongak dan Gamma yang sedikit menurunkan kepalanya untuk bisa bertatapan dengan Raina. Uhmm menggemaskan!.
"Tadi aja gugup ngeliat aku, sekarang udah berani natap mata aku kayak gini ya." ujar Gamma sedikit menggoda Raina membuat cewek itu langsung menjauh dari Gamma dan menurunkan pandangannya ke lantai.
Gamma mengulas senyum dan hendak mengusap kepala Raina sebelum bisikan ditelinga kanannya melarang Gamma untuk menyentuh Raina, akhirnya tangan kanan Gamma terangkat ke udara tanpa mencapai tujuan awalnya.
"Kata Raden gue nggak boleh sembarangan deket sama cewek, apalagi sampai nyentuh." melihat sikap sopan santun Raina semakin membuat Gamma enggan untuk sekedar mendekati atau menyentuh Raina.
"Kamu mau ngapain? Mau nampar aku?." tanya Raina panik saat Gamma mengangkat tangannya.
Sontak Gamma menurunkan tangannya, "Enggak, emang kamu salah apa sampe aku mau nampar kamu?."
"Mungkin karna aku udah nabrak punggung kamu tadi, tapi aku beneran nggak sengaja lagipula itu salah kamu sendiri kenapa tiba-tiba berhenti gitu aja."
Gamma melirik Raina lalu tersenyum, entah sudah berapa kali cowok itu tersenyum hari ini sampe tulang pipinya terasa pegal, "Beneran deh kamu itu lucu banget, Raina."
Raina ikut tersenyum saat Gamma senyum ke dia, Raina ngerasa nyaman ngobrol sama Gamma karna cowok itu pakek nada lembut selama ngobrol tadi, "Tapi beneran aku nggak ada hubungan apa-apa sama Haidar, kita cuma temen kecil aja."
"Oh gitu, pantes aja kalian keliatan deket banget sampe semuanya tentang aku aja dia ceritain ke kamu. Tapi bentar deh," Gamma naroh jari telunjuk di dagunya lalu melirik Raina, "Kamu beneran nggak tau siapa aku meskipun Haidar udah ceritain soal aku ke kamu?." Raina mengangguk, "Dan kamu nggak nyoba buat nyari tau siapa aku?."
"Buat apa?"
Gamma melongo, kenapa Raina seakan cuek dengan urusan semacam ini.
Selama ini Gamma selalu menemui gadis-gadis yang berteriak histeris ketika melihat kearahnya namun kenapa Raina tidak?.
Kalau Raina adalah gadis-gadis itu pasti mereka sudah menyerbu Haidar untuk sekedar bertanya tentang Gamma karna Gamma adalah salah satu mahasiswa famous di kampusnya apalagi di Fakultas Seni.
"Kamu beneran nggak mau nyari tau tentang aku?."
Raina membenarkan tali tas punggungnya yang sedikit melorot, "Buat apa sih, kalo udah waktunya aku tau dan kenal sama kamu pasti kita akan dipertemukan seperti saat ini. Dan kalo Allah nggak ngijinin aku buat tau atau kenal sama kamu pasti kita nggak bakal ngobrol berdua kayak gini." ujar Raina panjang lebar membuat Gamma salah tingkah.
"Itu artinya kita ditakdirin buat bertemu kan."
"Bisa jadi."
"Semoga pertemuan kita nggak hanya hari ini ya Rain." Gamma menggaruk kepalanya, "Ahm maksudku kita bisa berteman gitu." Gamma kembali melirik Raina.
Raina mengangguk lalu tersenyum, "Iya."
"Beneran kamu mau temenan sama aku?." tanya Gamma pada Raina sambil nunjuk dirinya sendiri.
"Iya beneran."
"Yesss!."
Raina tersentak saat Gamma tiba-tiba berteriak kesenangan dan membuat temen-temen yang ada disekitarnya melihat kearah cowok itu.
Gamma kembali memasang wajah kerennya membuat Raina terkekeh, "Kamu malu ya?."
Raina menghentikan tertawanya, "Nggak kok, cuma lucu aja aku ngeliatnya."
Diam-diam Gamma tersenyum malu ketika melihat Raina, "Rain, biasanya kalau kamu pulang dari kampus di jemput-"
"Emang aku anaknya siapa sampe pulang kampus aja di jemput?." potong Raina setelahnya cewek itu berjalan mendului Gamma membuat cowok itu segera menyusul langka kaki Raina.
"Ya maksud aku nggak gitu... Jadi kamu dijemput?."
Raina menggelengkan kepalanya tanpa menoleh pada Gamma yang sedari tadi mencuri pandang ke Raina, "Enggak, aku biasa naik bis kalo pulang kampus."
Gamma mengangguk, "Gimana kalo nanti aku anter kamu pulang?." ujarnya memberi tawaran.
Kali ini Raina menolehkan kepalanya pada Gamma, "Kok mendadak, bahkan kita-"
"Kamu tadi udah bilang mau temenan sama aku kan?." Raina mengangguk, "Jadi aku bolehkan anter kamu pulang?."
Raina mengulas senyum tipisnya lalu berjalan meninggalkan Gamma tanpa menjawab tawaran yang cowok itu berikan padanya.
Gamma melihat punggung Raina bingung, "Eh kok gue malah ditinggal, tawaran gue juga nggak dijawab lagi." gerutu Gamma sambil menyusul Raina.
Dibelakang sana ada Raden yang tengah mengepalkan kedua tangannya erat, "Ternyata Gamma mau coba-coba deketin Raina ya, gue nggak bisa tinggal diem nih. Haidar aja belum bisa gue kalahin ini malah tambah si Gamma." gumamnya.
Raden membuang pandangannya menyusuri kampus, "Lagian Carissa mana sih, bukannya tadi Raina bareng dia. Ini kenapa malah Rainanya sama Gamma coba." gerutu cowok itu.
Raden merogoh ponsel di saku celananya dan menghubungi Carissa lalu menempelkan benda itu ke telinganya, "Awas aja sampe lo nggak jawab telpon gue."
Tuut-
"Apaan."
"Bukannya ngucap salam dulu kalo ada orang nelpon, ini malah langsung ngegas." omel Raden pada Carissa.
Diseberang sana Carissa menghela napasnya malas, "Yaudah iya. Assalamu'alaikum bapak Raden Ajun Yihua Jayantaka yang gantengnya pakek banget terus kalo senyum-"
"Wa'alaikumsalam udah-udah jangan muji gue kayak gitu, gue emang ganteng banget makasi."
"Dih, siapa juga yang muji lo. Gue cuma niruin kata cewek-cewek yang ngaku jadi fans lo"
"Yaudah deh terserah. Eh Rissa."
"APAAN?."
Raden jalan ke Fakultasnya pelan-pelan karna Gamma sama Raina lagi jalan di depannya, "Lo dimana?."
"Gue lagi di kantin-oh iya tadi lo nyuruh gue sama Raina buat nungguin lo di depan ruang musik kan?! Yaallah maaf, gue lupa Jun."
Raden menghela napasnya, "Udah gue duga lo bakalan lupa, terus maksud lo apaan ngebiarin Raina jalan berduaan sama Gamma."
"Jalan kemana?."
"Gamma nganterin Raina ke Fakultas kita." sahut Raden dengan cepat.
Carissa menutup mulutnya diseberang sana, "Wahh... Lo nggak bohong kan, si Gamma beneran nganterin Raina balik ke Fakultas kita?."
"Bahkan sekarang gue lagi jalan dibelakang mereka berdua, maksud lo apaan si."
"Maksud gue?... Maksud apaan sih Jun gue beneran nggak paham deh."
"Lo tau kan gue suka sama Raina terus kenapa lo biarin Gamma deketin dia, lo nggak suka gue deket sama Raina? Asal lo tau aja ya kita bertiga udah temenan lama jadi gue minta bantuan lo buat deketin gue sama Raina, pliss Rissa cuma lo yang bisa bantu gue." Raden langsung nyerocos gitu aja membuat Carissa kesal.
"Secara nggak langsung kita itu bernasib sama tau nggak Jun, gue juga lagi suka sama seseorang tapi yang lebih menyakitkan lagi orang itu ternyata suka sama orang lain maka dari itu gue nggak berani buat ungkapinnya sedangkan lo, lo bisa aja ngungkapin perasaan lo sama Raina dan kalian bisa jadian kalau Raina punya perasaan yang sama kayak lo."
Raden mengernyitkan dahinya mendengar perkataan Carissa yang terdengar serius itu,
"Lo suka sama siapa, Riss? Kok elo nggak pernah cerita ke gue atau sama Raina kalau elo lagi naksir sama cowok?."
"Ya gue rasa dia udah tau sih sekarang-TUT." panggilan telpon Raden diputus secara sepihak oleh Carissa membuat Raden kebingungan.