"Raina, Gamma ada didepan gerbang tuh kayaknya dia nungguin lo deh karna dari tadi Gamma ngeliatin kesini mulu. Emang lo ada janji sama dia?." tanya Carissa yang baru saja dari luar untuk membuang sampah.
Mendengar itu Raina segera membereskan barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas, "Gamma tadi nawarin aku pulang bareng."
"Dan lo mau?."
Raina menganggukkan kepalanya, "Yaudah kalo gitu aku pulang dulu ya, Riss. Salam buat Raden, kalau kami ketemu sama dia tolong bilangin kalau hari ini aku nggak bisa pulang bareng dia."
Carissa menganggukkan kepalanya lalu duduk di kursinya, "Lo tuh sebenernya suka sama Ajun nggak sih, Rain?." tanya cewek itu penasaran.
Raina yang baru aja selesai makai tasnya menoleh, "Kok kamu nanyanya gitu?."
"Lo tau kan kalo Ajun ada rasa sama lo, nggak mungkin kalo lo nggak bisa ngerasainnya, Rain. Gue aja yang cuma ngeliat aja tau kok kalo Ajun suka sama lo, tapi ngeliat sikap lo yang seakan nggak peduli kayak gini ngebuat gue kasian sama Raden." Carissa melirik Raina menggunakan ekor matanya, "Kalo emang lo nggak suka sama Ajun jangan pernah kasih dia harapan, kasian Radennya."
"I-iya."
Carissa mengulas senyumnya, "Yaudah sana, udah ditungguin sama Gamma tuh." cewek itu melirik kearah luar untuk memastikan kalo Gamma masih ada disana atau nggak dan ternyata cowok itu masih di depan gerbang sambil duduk di atas motornya.
"Aku pulang dulu ya, kamu hati-hati pulangnya."
Carissa hanya menanggapinya dengan senyuman membuat Raina langsung undur dari hadapannya untuk segera menemui Gamma.
"Andai lo tau gimana sakitnya jadi gue, Raina."
>>>
"Hai Raina>" sapa Gamma begitu ngeliat Raina lagi jalan ke arahnya.
"Hai juga, Gamma. Kelas kamu beneran udah selesai?."
Gamma yang masih duduk diatas motornya hanya bisa mengangguk, "Iya, jadi ayo aku anter kamu pulang."
Raina tersenyum lalu berdiri dihadapan Gamma, "Kamu nggak keberatan kan nganter aku pulang sampai depan rumah."
"Nggak keberatan sama sekali kok, jangankan didepan rumah sampai didepan orang tua kamu juga aku berani." ujarnya mantap mendapat pukulan ringan dari Raina pada lengannya.
"Kamu ini ada-ada aja sih."
Gamma meraih helm pink yang dia colong diparkiran tadi dan memberikannya pada Raina, "Ini pakek dulu helmnya biar aman."
Raina langsung menerimanya dengan kanannya karena tangan kirinya buat membawa bukunya.
Cewek itu sedikit kesulitan saat ingin mengaitkan pengait helmnya karena hanya menggunakan satu tangan saja dan itu tidak luput dari pandangan seorang Gamma, cowok itu langsung mengambil alih buku ditangan Raina dan meletakkannya di tangki motornya lalu membantu mengaitkannya.
Mata keduanya bertemu dengan jarak yang ehmm lumayan dekat.
Walaupun seluruh wajah Gamma tertutup helm fullface yang hanya menyisakan matanya saja namun cowok itu menatap Raina dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.
"Entah kenapa gue selalu susah buat ngalihin pandangan gue dari lo, pandangan mata lo itu seakan nenggelemin gue dilautan yang dalem banget ngebuat gue nggak bisa balik ke permukaan, Rain." ujar Gamma dalam hatinya sambil menyusuri setiap inci wajah cantik Raina.
Klik.
Helm sudah terkunci dengan sempurna atas bantuan Gamma, Raina segera menjauhkan wajahnya dari cowok itu dan mengambil kembali bukunya yang tadi sempat diambil alih sama Gamma, "Makasih ya."
Gamma tersenyum lalu menepuk pelan kepala Raina yang udah dipakein helm itu, "Karena gue nggak boleh nyentuh lo secara terang-terangan, jadi hanya ini yang bisa gue lakuin, Rain." ucap Gamma lagi dalam hatinya.
Mendapat perlakuan manis dari Gamma membuat Raina tertegun, meskipun baru mengenal Gamma tapi Raina udah ngerasa nyaman didekat Gamma ya karena dilihat dari sikapnya aja udah keliatan kalo Gamma emang jagonya bikin orang nyaman. Eyaaa.
Gamma mengangkat standar motornya lalu memutar tubuhnya yang sedari tadi menyamping menghadap Raina kini sudah berbalik ke depan dengan sempurna, "Yaudah ayo naik, jangan bengong terus." ujarnya pada Raina.
"I-iya."
"Ehmm Gamma."
"Ya? Ada apa?."
Gamma noleh dengan pandangan bingungnya yang ngeliat Raina diem, "Kenapa, Rain?."
"Gimana caranya aku naik motor kamu?."
Gamma langsung terkekeh dan menepuk pundaknya, "Naiknya pelan-pelan sambil pegang pundak aku." suruhnya.
"Enggak papa aku pegang pundak kamu?."
"It's okay, Rain. Enggak papa." ucap lelaki itu sambil tersenyum.
Gamma langsung masang pundak tegapnya saat Raina berpegangan pada kedua pundaknya waktu mau naik keatas motornya, "Hati-hati, Rain. Pelan-pelan aja naiknya."
Tidak lama kemudian Raina udah berhasil duduk di atas motor Gamma, "Udah."
Ditolehnya Raina yang udah ada di boncengannya membuat Gamma tersenyum senang, "Kita berangkat sekarang ya." Raina mengangguk.
"Eh tapi bentar deh, aku boleh nggak sih nyentuh kamu?."
Sontak kedua mata Gamma melebar, "H-hah?!."
"Maksud aku gini nih." Raina menyingkirkan poni rambut Gamma yang hendak menusuk mata itu kesamping, membuat kedua mata Gamma terlihat jelas dan tidak tertutupi oleh poni yang menganggu itu, "Aku mau nyingkirin poni rambut kamu biar nggak nusuk mata." ujar Raina sambil menjauhkan jarinya dari wajah Gamma.
Jangan tanya apa yang sekarang berkecamuk didalam hati seorang Gamma Christian Killian, rasa senang, bahagia, kaget bercampur dari satu. Gamma tidak menyangka jika Raina orangnya sweet banget meskipun yang dia lakuin tuh sederhana banget tapi Gamma suka itu.
"Kok malah bengong?." cewek itu mengibaskan tangannya didepan wajah Gamma.
"Eh enggak kok, kita pulang sekarang?."
"Iya."
Gamma segera menjalankan motornya meninggalkan area kampus untuk menuju ke rumah Raina.
"Tuhan, kenapa hari ini perasaan gue ngerasa seneng banget. Sebelumnya gue belum pernah ngerasain hati gue sebahagia ini." gumam Gamma yang tidak dapat didengar oleh Raina yang duduk di belakangnya.
Ciiiiiiit.
"Oh shit!." umpat Gamma waktu ada kucing lewat didepannya tanpa permisi membuat dia langsung ngerem mendadak.
"Awhh!." pekik Raina saat kepalanya yang dibungkus helm itu tidak sengaja membentur kepala Gamma.
Sontak Gamma menengok ke belakang dan wajahnya sangat dekat dengan Raina bahkan ujung hidung mereka hampir bersentuhan andai saja Raina tidak reflek menjauhkan wajahnya terlebih dulu.
Bukannya Gamma ingin mencuri kesempatan namun dia juga kaget dengan wajah Raina yang tepat berada dibelakang pundaknya membuat Gamma tertegun sampai lupa menjauhkan wajahnya.
"Maaf Rain, tadi ada kucing lewat jadinya aku ngerem mendadak takut nabrak." ujar Gamma jujur.
"Enggak papa kok, aku tadi cuma kaget aja. Kamu nggak papa kan?."
Hati Gamma menghangat mendapat perhatian kecil dari Raina, "Aku baik-baik aja kok, justru aku yang seharusnya nanya ke kamu, Rain. Kamu nggak papa kan, ehm maksud aku kepala kamu, tadi kan ngebentur kepala aku."
"Oh enggak papa kok kan aku pakek helm jadi nggak akan sakit."
Lagi-lagi senyum bahagia terukir dibibir Gamma ngebuat tulang pipi cowok itu pegal karena kebanyakan senyum hari ini, "Tapi meluk aku gini bukan reflek kan?." tanya Gamma sedikit menggoda.
Raina yang sadar tengah memeluk Gamma pun segera melepasnya, "Ehmm maaf tadi aku reflek juga, maaf ya."
Gamma terkekeh, "Yailah nggak papa, ayo peluk lagi jangan dilepas dong biar aman nanti kalo aku tiba-tiba ngebut biar kamu nggak kejengkang ke belakang karena nggak pegangan."
Raina menepuk tas punggung Gamma sedikit kencang, "Ya makanya jangan ngebut biar aku nggak jatoh."
"Ya makanya pegangan."
Raina langsung pegangan pada tas punggung Gamma membuat cowok itu tersenyum gemas, "Pegangan yang kenceng ya." cewek itu mengangguk dan Gamma kembali menjalankan motornya.
"Oh iya, Rain. Gimana kalo kita cari makan dulu, aku laper banget tau tadi pas break aku belum sempet makan."
"Apa?."
Wajar aja nggak sih kalo Raina nggak ngedenger ucapan Gamma karena mereka lagi dijalan ditambah lagi helm Gamma yang tutup seluruh muka cowok itu dan hanya menyisakan kedua matanya saja membuat suaranya tidak terdengar jelas.
"Aku mau ajak kamu makan dulu sebelum pulang, aku laper banget. Kamu mau kan?." tanya Gamma sedikit lebih keras dari sebelumya.
"Dimana?."
Gamma tersenyum karena Raina bisa ngedenger suaranya, "Di warung mie ayam langganan aku, kamu mau kan?."
"Mau kok, kebetulan aku juga laper karena tadi belum makan."
Tanpa menjawab apapun Gamma langsung menjalankan motornya ke tujuan pertamanya sebelum kerumah Raina, melainkan ke warung makan langganannya untuk mengisi perutnya kosong.