Gamma sama Raina baru aja sampai di warung bakso dan mie ayam langganan Gamma yang katanya enak banget sampe cowok itu bilang bakalan nyesel kalo Raina sampe nggak nyobain tuh mie ayam langganannya.
"Beneran ini, Rain. Kamu bakalan nyesel kalo sampe nggak sempet nyobain mie ayam disini."
Raina terkekeh pelan, "Iya-iya, lagian kamu udah berapa kali sih bilang kayak gitu sama aku, dari tadi dijalan ngomongnya gitu terus. Matiin motornya dulu, ini kita udah sampai loh." omel Raina pada Gamma yang nggak berhenti nyerocos.
Gamma memukul kepalanya sendiri lalu mematikan mesin motornya dan membuka helm fullface nya.
Begitu motor Gamma berhenti dan terparkir dengan sempurna, Raina baru turun dari atas motor ninjanya Gamma.
"Mbak mau dibantu ngebukain helmnya nggak, keliatannya pacarnya nggak peka tuh." celetuk tukang parkir saat Raina keliatan kesusahan membuka pengait helm itu dengan satu tangannya.
Mendengar itu Gamma langsung memberi tatapan tajamnya membuat tukang parkir itu pergi, "Mck, lain kali minta tolong kenapa sih Rain."
Tanpa menunggu aba-aba Gamma langsung melepas pengait helm itu dan membebaskan kepala Raina dari helm tersebut, "Udah."
"Makasih."
Raina sempat membenarkan kerudungnya lewat kaca spion motornya Gamma membuat cowok itu menggelengkan kepalanya, "Kamu udah cantik, Rain."
Ditolehnya wajah Gamma, "Kamu apaan sih aku cuma benerin kerudung aku aja siapa tahu nggak rapi karna baru aja lepas helm."
Gamma hanya bisa menganggukkan kepalanya karena dia nggak tau permasalah cewek itu dimana, kalo di mata dia bagus belum tentu di mata Raina bagus juga jadi Gamma milih untuk diam dan turun dari atas motornya.
"Tempatnya lumayan rame nih, kamu nggak papa?."
"Nggak papa kok."
Gamma paham kalo sebenernya Raina kurang nyaman dengan tempat rame seperti ini tapi dia berusaha ngebuat Raina nyaman.
"Kamu duduk disana gih." tunjuk Gamma di tempat duduk yang alhamdulillah nya kosong, "Biar aku yang pesen, kamu mau makan apa? Bakso, mie ayam atau mie bakso?."
Raina melirik menu yang tertera di MMT yang lumayan besar itu, "Ehm aku mau mie ayam aja deh."
"Okey. Minumnya?."
"Ehmm es jeruk."
"Okey cantik, kamu tunggu disana ya biar tempatnya nggak keburu ditempatin orang lain."
Raina langsung menuju ke tempat duduk yang ditunjuk sama Gamma tadi.
Sambil menunggu Gamma selesai memesan makanan, diam-diam Raina mencuri pandang kearah Gamma yang terlihat sabar banget nunggu antrian.
Meskipun awalnya tidak nyaman karena tempatnya rame ditambah Gamma yang berpenampilan seperti artis Korea membuat para cewek-cewek disana memekik kesenangan, namun Raina sedikit demi sedikit bisa menyesuaikan diri dengan keramaian itu.
Diliriknya Gamma yang ternyata juga sedang melihat kearahnya, cowok itu tersenyum, "Tunggu sebentar ya, lagi antri." begitulah yang bisa Raina tangkep dari gerakan bibir Gamma.
Raina tersenyum lalu mengangguk.
"Ternyata Gamma orangnya baik juga ya, kenapa Haidar nggak pernah ngenalin aku sama dia padahalkan Haidar sering banget cerita soal Gamma." pikir Raina.
Tidak lama kemudian Gamma dateng dan duduk di depan Raina lalu menaruh ponsel serta kunci motornya diatas meja, "Ehmm maaf lama karena antrinya banyak banget tuh padahal cuma mau pesen doang." ujar cowok itu.
Raina tersenyum tipis menanggapi perkataan Gamma, "Iya nggak papa. Oh iya, kamu emang udah biasa kesini ya?."
"Kan aku tadi udah bilang kalau warung mie ayam ini warung langganan aku sejak lama jadi ya aku udah biasa kesini dan asal kamu tau aja ya, Rain. Warung ini tuh nggak pernah sepi pembeli setiap aku dateng."
Cewek itu mengangguk-anggukkan kepalanya sendiri, "Ya berarti makanan disini enak-enak maka nya banyak pembelinya."
Gamma mengangguk setuju lalu membuka topi hitamnya menampilkan rambut hijau terangnya ngebuat cewek-cewek disana semakin berteriak histeris.
"Sebenernya Raden juga pernah sih mau ngajak aku makan disini tapi nggak jadi karena waktu itu disini rame banget sampe pada lesehan didepan sana." tunjuk Raina kearah depan warung.
Mendengar itu Gamma langsung mendongakkan kepalanya karena setelah melepas topinya tadi cowok itu sibuk merapikan rambutnya, "Oh gitu, tapi kenapa giliran sama aku kamunya mau padahal sekarang warungnya juga lagi rame loh?." Gamma mengerlingkan matanya berniat menggoda Raina.
"Itu karena aku laper."
"Pfffttt. Kamu nggak malu apa ngomong kayak gitu didepan cowok?."
"Emangnya aku ngomong apa?."
"Biasanya cewek paling anti kalo ngomong laper didepan cowok."
Raina langsung menggelengkan kepalanya, "Kalo aku nggak gitu, kenapa harus malu kalau kita beneran laper. Lagipula makan kebutuhan manusia kan jadi wajar kalo kita laper."
Gamma mengulas senyum tampannya mendengar cewek di depannya ini ternyata banyak bicara dan terkesan cerewet namun Gamma suka.
Awalnya dia ngira kalo Raina orangnya irit ngomong gitu terus susah diajak ngobrol karena Raina terlihat tertutup banget orangnya jadi Gamma harus hati-hati kalo mau deket sama Raina.
"Oh iya, kok Haidar bisa nitipin surat ijinnya ke kamu sih emang rumah kalian satu komplek atau gimana?." tanya Gamma penasaran.
Raina mengetuk-ngetuk buku paket yang sekarang dia taruh diatas meja itu dengan jari jemarinya "Rumah aku sama Haidar tuh sebelahan jadi ya deket banget gitu."
Brakk
Raina tersentak karena Gamma tiba-tiba menggebrak meja itu pelan, "Kenapa?." tanyanya bingung.
"Bisa-bisanya Haidar nggak ngenalin kamu sama aku padahal kalian udah temenan dari kecil di tambah lagi rumah kalian yang bersebelahan... Hwahhh keterlaluan si Haidar."
"Aku juga heran, padahal waktu itu Haidar ngenalin aku sama Kenzo eh?! Raden sih yang ngenalin aku sama Kenzo bukan Haidar. Maaf - maaf salah sebut tadi."
"Eh tapi bentar deh." perkataan Gamma mengundang atensi Raina, "Kamu beneran nggak tau aku siapa?."
Sontak Raina menggelengkan kepalanya, "Kamu Gamma kan-"
"Nggak - nggak, bukan itu maksud aku. Maksud aku kamu nggak tau siapa aku di kampus ini?."
Lagi-lagi Raina menggelengkan kepalanya seolah benar-benar tidak mengenal Gamma sebelumnya, "Emang kamu siapa si, bukannya kamu Gamma ya."
Cowok itu menghela napasnya kasar, "Hwahhh keterlaluan si kalau kamu sampe nggak tau aku ini siapa padahal pihak kampus secara khusus merekrut aku sebagai vokalis di band andalan kampus." gumamnya yang dapat didengar langsung sama Raina.
"Maaf kalo aku nggak tau kamu adalah vokalis grub band dikampus kita, soalnya aku jarang ikut event-event musik kayak gitu."
"Terus kegiatan kamu apa di kampus selain belajar?."
"Kalo lagi ada event musik gitu aku emang jarang nonton, aku milih buat baca novel kalo nggak ya nerusin hafalan."
Gamma menaikkan salah satu alisnya, "Nerusin hafalan, maksudnya?"
"Baca Al-Qur'an di masjid bareng sama temen-temen yang lain juga."
Mulut Gamma terbuka lebar lalu manggut-manggut sendirian, "Oh gitu."
Gamma sangat tahu apa itu Al-Qur'an, setahu dia Al-Qur'an adalah semacem buku yang tulisannya huruf Arab dan ada terjemahannya. Dia sering ngeliat Raden baca Al-Qur'an pas selesai sholat.
"Aku juga sering ngeliat Raden baca Al-Qur'an sehabis selesai sholat."
"Iya, Raden emang rajin banget sih baca Al-Qur'an. Aku aja sampe iri karena hafalan dia udah banyak." ujar Raina sambil menekuk wajahnya sebal membuat Gamma justru tersenyum gemas.
"Hafalan aku juga udah banyak." celetuk cowok itu.
"Oh iya, sampai juz berapa?."
"Ehmm 30 mungkin?."
Raina menutup mulutnya, "MasyaAllah, itu berarti kamu udah khatam!"
Gamma hanya bisa tersenyum kikuk sambil menggaruk kepalanya, "Maafkan aku Tuhan."