"Gamma, ayo masuk. Motor kamu bawa masuk aja."
Gamma kearah motornya, "Ah enggak usah, Rain. Biarin aja motor aku diluar."
"Eh, jangan Gamma. Bawa masuk aja nggak papa. Sini aku bantuin bawa helmnya." Raina senyum terus nenteng helm punya Gamma dan helm yang tadi dia pakai, "Ayo masuk." ajak cewek itu.
Melihat Raina yang udah berjalan masuk ke pekarangan rumahnya, dengan cepat Gamma menyusul Raina dan cowok itu nggak lupa buat nuntun motor ninjanya.
"Kenapa kamu dorong si, Gamma. Harusnya kamu nyalain aja motor kamu." ucap Raina abis naruh dua helm yang dibawanya tadi diteras rumahnya.
Halaman rumah Raina lumayan luas jadi cewek itu kasian waktu ngeliat Gamma dorong motornya.
"Capek ya?." tanyanya saat melihat Gamma yang ngos-ngosan, "Aku ambilin minum ya, sebentar."
Raina sudah lebih dulu masuk ke dalam rumahnya dan tidak menunggu Gamma menjawab perkataannya.
Sedangkan Gamma nanya bisa menggelengkan kepalanya.
Tapi bener sih apa kata Raina kalau dia capek banget abis dorong motor, meskipun itu salah dia sendiri.
Biasanya juga dinaikin kenapa pakek didorong segala, "Sialan, dasar motor nggak berguna. Bikin malu aja."
Bug
Karena kesel sama motornya, Gamma nendang tuh motor pelan.
"Kayaknya elo emang sengaja mempermalukan gue didepan Raina deh tor (motor), biasanya juga nggak berat-berat amat." Gamma ngusap keringat yang mengalir dipelipisnya.
Emang Gammanya aja yang lemah, masa dorong motor bentar aja udah keringetan kan malu sama mukanya yang super ganteng itu.
Sambil nunggu Raina keluar, Gamma ngeliatin rumah cewek itu dengan seksama.
Visual rumahnya Raina sih biasa aja ya tapi entah kenapa ngebikin Gamma seolah betah dan nyaman berada disana meskipun dia baru pertama kali ini dateng ke rumah Raina.
Iyalah, orang kenalnya juga baru aja.
"Dia ada diluar, Bunda."
Samar-samar Gamma mendengar suara Raina dari dalem rumah, cowok itu langsung berdiri dari posisi awalnya yang duduk.
"Gamma." panggil Raina.
Gamma menoleh dan mendapati Raina beserta seorang wanita yang Gamma yakinin wanita itu adalah ibunya Raina.
Cowok itu senyum sama bundanya Raina.
"As-assalamualaikum tante." ujar Gamma sembari menyalami bundanya Raina.
Raina sama bundanya saling melirik saat mendengar suara Gamma yang terdengar gugup.
"Wa'alaikumsalam, jadi ini yang namanya Gamma."
"Iya tante."
"Raina tadi udah cerita, katanya kamu yang anter dia pulang ya."
Gamma ngangguk, "Iya tante. Ehmm maaf karna Gamma nggak ijin dulu sama tante kalau mau nganterin Raina pulang. Gamma minta maaf udah bikin tante khawatir karna Raina pulang terlambat." setelah itu Gamma menunduk.
Bundanya Raina tersenyum, "Enggak papa, Gamma. Alasan kalian pulang telat karna nyari makan sama ban motor kamu yang bocor kan jadi enggak papa. Justru tante terimakasih sama kamu karna udah mau anterin Raina pulang."
"Iya, tante."
Raina naruh minum untuk Gamma di meja, "Bunda, Gammanya jangan diajak ngobrol mulu. Dia capek abis dorong motor tadi."
"Ehh iya, ayo duduk dulu nak Gamma." Bundanya Raina nyuruh Gamma untuk duduk, "Memangnya Gamma abis dorong motor dari mana sih, Rain."
Cowok itu langsung duduk di kursi yang ada di teras rumah Raina, disusul Raina sama bundanya, "Dari depan aja kok tante, Gamma juga nggak capek-capek banget hehe." jawab Gamma.
"Tapi kamu kayak kecapekan gitu." Sahut Raina.
"Itu karna aku jarang dorong motor jadinya ya gini."
"Raina, kok kamu cuma ngasih air putih sih buat Gamma, kenapa nggak kamu bikinin sirup aja. Bunda udah beli sirupnya tadi pagi."
Cewek itu menepuk keningnya, "Lho, bunda udah beli? Kenapa nggak bilang sih, tau gitu Raina bikinin sirup buat Gamma." Raina membawa minuman yang tadinya untuk Gamma ke dalam sebelum bundanya negur dia, "Eh eh mau kamu bawa kemana itu."
"Mau dituker sama sirup buat Gamma-"
"Raina, nggak perlu repot-repot. Air putih aja nggak papa kok."
"Beneran nggak papa?." Gamma ngangguk guna meyakinkan Raina bahwa ia baik-baik saja jika meminum air putih, "Yaudah kalau gitu, ini." Raina kembali menaruh gelas itu dihadapan Gamma lalu duduk dikursinya.
"Diminum nak, Gamma. Enggak usah malu-malu."
Tau nggak sih kalau tamu digituin malah jadi malu. Wkwkwk.
Tapi itu nggak berlaku sama Gamma krna dia emang dasarnya lagi haus banget, cowok itu langsung minum sampe abis setengah gelas.
"Lho, ini Radennya kemana. Tadi dia dateng kesini nyariin kamu katanya mau ngasih buku kamu yang ketinggalan dikelas, Rain." ujar bunda Iren yang tidak sengaja melihat buku punya anak gadisnya yang dibawa sama Raden tadi diatas meja.
Wanita itu meraih buku milik Raina, "Tadi dia ijin keluar sebentar, emang kamu nggak ketemu sama dia?."
Raina ngelirik Gamma yang lagi ngeliat kearah dia, "Ehmm tadi ketemu didepan kok, Bun. Tapi dia pamit pulang."
"Kok nggak pamit sama bunda?."
Raina ngangkat kedua bahunya, "Enggak tau." Cewek itu ngambil alih buku miliknya, "Raina nggak enak deh bun sama Raden."
Perkataan Raina mengundang atensi Gamma, cowok itu masang telinga buat dengerin apa aja yang mau diucapkan sama Raina soal Raden.
Entah sejak kapan Gamma jadi pengen tau banget tentang kedekatan Raina sama Raden.
"Nggak enak kenapa, hm?."
"Ya, Raina udah banyak nyusahin Raden. Mulai dari nganter Raina pulang, terus setiap ada barang Raina yang ketinggalan dikelas dia selalu nganterin ke rumah. Padahalkan biar disitu aja barang Raina juga nggak bakalan ilang, beneran deh Raina nggak enak sama dia, Bun." Raina membalas tatapan ibunya.
Iren tersenyum lalu mengusap pundak anak gadisnya, "Justru kamu harus bersyukur punya temen yang baik banget kayak Raden. Bunda tau kamu emang nggak minta itu semua ke dia, tapi Raden sendiri yang mau ngelakuin itu ke kamu. Bunda yakin dia ngelakuin itu semua juga ikhlas dan nggak minta balesan apa-apa kok, jadi kamu nggak boleh ngerasa udah ngrepotin dia, oke."
Raina mengangguk lalu Iren menoleh ke Gamma yang dari tadi diam menyimak pembicaraan mereka, "Oh iya, Gamma kenal sama Raden nggak? Bunda tau dari Raina, kalian beda Fakultas. Jadi bunda pikir kalian mungkin enggak saling kenal. Apa bunda salah?."
"Saya kenal sama Raden kok, Tante. Meskipun saya dan Raden bukan temen satu Fakultas tapi kita temen satu band."
"Ohh gitu, keren dong. Dulu ayahnya Raina juga anak band dikampusnya dan kamu pasti taulah Gamma, anak band tuh jadi idola dikampus dan tante beruntung bisa jadi istri ayahnya Raina yang bekas anak band dulu." Bundanya Raina tertawa diakhir kalimatnya.
Raina nyenggol lengan bundanya, "Bunda ih kenapa jadi bahas ayah sih, nggak enak tau sama Gamma."
Cewek itu melirik Gamma yang lagi minum.
"Ya siapa tau kamu juga ketularan bunda."
Raina menatap bundanya dengan alis yang bertaut, "Ketularan apa, Bunda?."
"Ketularan punya suami anak band, keren nggak tuh. Apalagi kayak Gamma gini."
Uhuk uhukk
Mendengar itu Gamma tersedak, dia yang merasa anak band terpanggil oleh perkataan bundanya Raina tadi.