"Raina, kamu udah sarapan belum?" tanya Gamma sembari memberikan helm yang dibawanya dari rumah pada Raina.
"Aduh jadi ngerepotin nih, seharusnya kamu nggak usah bawa helm dari rumah karna aku ada helm kok di dalem." ujarnya sambil menerima uluran helm dari Gamma.
"Enggak ngerepotin, cuma helm doang enggak berat kok, Rain." Gamma tersenyum lalu menunggu Raina yang lagi pakai helmnya, "Udah?" tanya Gamma ketika melihat Raina berhasil mengunci kait helmnya agar tidak lepas.
Raina mengangguk dan tersenyum, "Udah."
Gamma menepuk tempat dibelakangnya, "Yaudah naik, kita berangkat sekarang."
Tanpa ragu, Raina langsung naik keatas motor Gamma, "Jadi gimana, kamu udah sarapan belum?" tanya cowok itu.
"Udah kok. Kamu sendiri udah makan belum?"
"Udah." Bohong Gamma.
Sebenernya Gamma sengaja tidak sarapan karena dia ingin mengajak Raina buat sarapan bareng maka dari itu, semalem Gamma sengaja bilang sama Raina lewat chat kalau dia bakalan jemput jam enam pagi.
"Kita berangkat sekarang?" imbuh Gamma.
"Iya. Tapi kamu bawa motornya pelan-pelan aja karna ini masih pagi jadi nggak perlu buru-buru."
Gamma terkekeh, "Aku nggak bisa bawa motor kali, Rain. Berat. Aku bisanya cuma ngejalanin aja biar nggak nabrak." ucapnya sembari melirik ke belakang, "Bilang aja kamu nyuruh aku jalanin motornya pelan biar kita lama kan sampe kampusnya? Kamu nggak rela kalau cuma sebentar naik motor sama aku?" imbuhnya sembari tersenyum jail.
Menggoda Raina dipagi hari tidak ada salahnya bukan? Pikir Gamma.
Cewek yang berada dibelakang justru menekuk wajahnya kesal, "Ih bukan itu maksud aku, Gamma. Maksud aku tuh gini... Kan ini masih pagi jadi kamu nggak perlu buru-buru buat sampai kampus, kelas aku mulai jam 7 kok." ucap Raina mencoba memberi penjelasan yang berbeda dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Gamma.
"Jujur aja, Rain. Kamu masih mau lama-lama sama aku kan?"
"Gamma, ini masih pagi jangan buat aku kesel yah." ujarnya memberi peringatan pada cowok yang duduk di depannya itu.
"Iyaaa. Aku cuma bercanda kalik, Rain."
Gamma sontak menoleh ketika Raina tidak menggubris perkataannya, "Loh kok mukanya cemberut sih, masih pagi juga. Kasian tuh langitnya mendung liat muka kamu ditekuk gitu, beri celah sang mentari buat liat senyum cantik kamu, Rain." ucap Gamma sedikit memberi gombalan pada Raina sembari menunjuk langit, "Jangan cemberut, nanti kalau hujan gimana?"
"Apa hubungannya." tanya Raina datar, cewek itu nampaknya masih kesel sama Gamma.
"Mungkin langitnya merasa kasian ngeliat aku dicuekin sama kamu maka dari itu, dia nangis dan jadilah hujan."
"Gamma, beneran deh kata-kata kamu tadi enggak nyambung sama sekali. Katanya anak Fakultas Seni, masa nggak pinter bersajak sih."
Gamma hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dibalik helm fullfacenya, "Jadi mau berangkat sekarang atau nanti?"
"Kalau aku bilang nanti berarti aku harus turun dari atas motor kamu gitu?"
Tawa renyah Gamma langsung menyembur, "Aku nggak nyangka kalau cewek yang awalnya aku kira nggak banyak omong ternyata setelah kita kenal kamu cukup bawel ya, Rain."
"Jadi kamu nyesel kenal sama aku?"
"Ya enggaklah." sanggah Gamma dengan cepat, "Jangan mikir aneh-aneh deh, Rain. Baru kemarin kita kenal masa udah marahan si."
Gamma bener-bener takut kalau Raina marah dan nggak mau ketemu sama dia setelah ini.
Masa belum sempet dia ngeluarin jurus buat deketin Raina, dianya udah ditolak duluan?
Kayaknya Gamma harus tanya sama Haidar gimana cara deketin Raina, secara temennya itu kan sahabat kecilnya Raina jadi Haidar pasti tahu semuanya tentang cewek itu.
Tapi sayangnya Gamma enggak bisa tahu tentang Raina secepat itu karna Haidar masih ada di Bandung dan sampai kapan Gamma nggak tahu, tapi tadi malam Gamma di telfon sama cowok itu dan Haidar bilang kalau dia bakalan pulang lusa.
Semalam Haidar memang menelfon Gamma karna ingin bertanya tentang kronologi Gamma bisa pulang bareng Raina, cowok itu sama sekali nggak keliatan marah atau ngomel karna udah pulang bareng sahabatnya tanpa ijin.
Berbeda sama Raden yang langsung marah waktu ngeliat Gamma nganterin Raina.
Haidar itu beda sama Raden, karna Raden emang udah suka sama Raina dari dulu. Pikir Gamma.
"Siapa yang marah?" timpal Raina, "Aku enggak marah cuma kesel aja sama kamu." imbuh cewek itu.
Suara Raina berhasil membuyarkan lamunan Gamma tentang sikap Haidar dan Raden yang sangat berbeda itu.
"Yaudah sekarang dimaafin apa enggak nih karna aku udah bikin kamu kesel pagi-pagi."
Raina melirik Gamma sekilas, "Dimaafin kok."
"Kok kedengerannya enggak ikhlas gitu sih, Rain. Aku sedih nih." Gamma memasang wajah sedihnya meskipun tertutup helm fullfacenya.
Tetapi Raina bisa mengetaui kalau cowok itu hanya berakting sedih membuat Raina tersenyum, "Iya-iya, aku maafin kok."
Senyuman Raina seolah menghipnotis Gamma buat ikutan tersenyum lalu menepuk pahanya sendiri, "Nah gitu dong dimaafin." ucapnya senang, "Kan enggak lucu kalau kamu marah sama aku, nanti bunda kamu ngira aku udah jahatin kamu lagi."
"Hehe, aku enggak marah kok."
Raina dan Gamma kini terjebak dengan keadaan yang saling bertukar pandang satu sama lain.
Rasanya tidak adil ketika wajah Raina sudah mulai terlihat berubah warna menjadi merah padam ketika Gamma terus saja melihat kearahnya, sedangkan wajah cowok itu tertutup oleh helm membuat Raina tidak dapat melihat apakah Gamma juga tersipu mau seperti dirinya atau tidak.
Tidak ingin Gamma melihatnya yang tengah salah tingkah, Raina langsung membuang pandangannya ke jalanan aspal, "K-kenapa diem aja, ayok buruan jalan nanti keburu macet."
Tahu jika Raina tengah tersipu malu setelah ditatapnya selama beberapa detik membuat Gamma tersenyum gemas, "Andai nyentuh kamu nggak dosa, aku pasti udah nyubit pipi kamu karna gemes, Rain." ucapnya dalam hati.
Bola mata Raina bergulir melirik Gamma lewat ekor matanya, "Kenapa kamu malah senyum-senyum sendiri."
"Kamu gemesin banget sih Rain kalau lagi salah tingkah kayak gini."
Kedua bola mata Raina langsung membola ketika Gamma menyadari dirinya tengah salah tingkah didepan cowok itu, "Aku nggak salting, lagian apa yang buat aku salting. Ada-ada aja sih kamu, udah cepetan jalan keburu macet." sanggah Raina.
"Bantahan kamu justru membuat aku semakin yakin kalau kamu salting waktu aku liatin tadi."
"Gamma bisa diem nggak." ucap Raina setengah kesal, "Enggak liat apa aku lagi nahan malu karna kepergok sama kamu, ditambah lagi jantungku yang debarnya kenceng banget." imbuhnya dalam hati.
"Hahaha iya-iya, yang baru aja ketahuan salting mah bawaannya sewot mulu. Gamma yang ganteng diem aja deh daripada kena semprot."
Setelah itu Gamma menghadap ke depan membuat Raina yang duduk dibelakangnya bernapas lega, setidaknya Gamma tidak mengajaknya berbicara karna jika cowok itu terus mengajaknya berbicara maka Raina akan semakin malu.
Pemandangan itu tidak luput dari obsidan milik Gamma yang melihat bagaimana reaksi Raina setelah dirinya menghadap depan lewat kaca spion.
Cowok itu menghela napas sembari mengelus dadanya, "Hufft, jantung gue debarnya kenceng banget, Tuhan. Gila, deg-degan banget waktu tatapan sama Raina kayak tadi."
"Kira-kira Raina rasain hal yang sama nggak ya kayak gue?" Gamma kembali mencuri pandang pada Raina melalui kaca spionnya, "Tapi kayaknya iya deh wkwkwk."