"Gamma, maafin bunda aku ya." ucap Raina sembari ngasihin helm ke Gamma yang baru aja naik ke atas motornya.
Raina emang harus minta maaf sama omongan bundanya tadi, dia takut Gamma jadi nggak nyaman karena hal itu.
Cowok itu tersenyum sambil nerima uluran helm dari Raina, "Enggak papa, Rain. Santai aja kali. Apa yang dibilang bundamu bener kok kalau anak band itu keren hehe, siapa tau nanti kamu punya suami anak band kan." ucapnya.
Raina hanya bisa tersenyum canggung, pasalnya yang bundanya maksud tadi ya cowok yang ada didepannya ini.
"Ternyata bundamu orangnya baik banget ya, aku kira bundamu bakal marah besar karna aku udah bawa pergi anaknya tanpa bilang dulu eh taunya enggak. Pantes sih kalau kamu punya sikap lemah lembut gini pasti nurun dari bunda kamu." kata Gamma lagi selesai dirinya memakai helm.
"Mungkin iya, banyak yang bilang gitu soalnya."
"Yaudah kalau gitu aku balik ya."
Raina mengangguk, "Iya. Makasih udah anterin aku pulang ya."
"Iya. Kapan-kapan kalau mau pulang bareng bilang aja, Rain. Kita kan sekarang temen."
Cewek itu terkekeh, "Iya deh."
Gamma mulai nyalain mesin motornya namun sedetik kemudian cowok itu mematikan mesin motornya lagi ngebuat Raina bingung, "Kok dimatiin lagi, ada yang ketinggalan ya?."
"Iya." Gamma noleh ke Raina, "Aku lupa minta nomor whattshap kamu."
"Yaallah, aku kirain apa."
"Boleh nggak nih?." tanya Gamma sambil menaikkan salah satu alisnya.
"Boleh kok, siniin hp kamu biar aku tulis nomor akunya."
Dengan cepat Gamma ngerogoh saku celananya dan ngeluarin ponsel miliknya, "Nih."
Raina langsung nulis nomornya dihp Gamma dan tidak lupa menyimpannya, pergerakan Raina sedari tadi tidak luput dari pandangan Gamma.
Entah kenapa liatin muka Raina yang lagi fokus gini ngebuat Gamma terpukau sesaat.
"Kenapa baru sekarang sih gue deket sama Raina, tau si Haidar punya temen secantik Raina gini udah gue deketin dari dulu." batin Gamma.
"Ini Gamma, udah aku save nomornya pakek nama aku ya."
Gamma langsung ngambil hpnya dari tangan Raina terus senyum waktu liat beberapa digit nomor WAnya Raina, "Makasih ya, Rain."
"Sama-sama."
"Aku bener-bener mau pulang ni."
Raina terkekeh, "Hehe, iya. Hati-hati dijalan ya."
"Siap, nanti aku kabarin kalau udah sampai rumah." ucap Gamma dengan pedenya, ngerasa banget kalau nanti Raina nungguin chat dari dia wkwkwk.
Rainanya aja heran denger Gamma ngomong kayak gitu, seharusnya kan dia yang bilang gitu tapi Gammanya yang duluan.
Syukurlah kalau Gamma peka, soalnya Raina juga nggak enak kalau mau nyuruh cowok itu ngabarin dia kalau udah sampai rumah.
Mereka bahkan baru kenal dan belum jadi temen deket jadi ya Raina nggak enak aja.
Haidar sama Raden yang udah deket sama dia aja nggak pernah digituin apalagi ini sama Gamma yang itungannya baru kenal.
"Ini aku boleh chat kamu kan, Rain?." tanya Gamma karna Raina nggak memberi respon apapun terhadap perkataanya.
"Ya bolehlah, kalau nggak boleh aku nggak mungkin kasih nomor aku ke kamu." setelah itu Raina menggelengkan kepalanya, "Kamu ini ada-ada aja."
Gamma tersenyum lagi abis itu nyalain mesin motornya, "Aku pulang ya, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam." Raina belum masuk kedalam rumah sampai motor Gamma bener-bener hilang dari pandanganya.
Setelah motor Gamma bener-bener udah nggak keliatan lagi, Raina berbalik dan jalan masuk kedalam rumahnya.
"Mbak Raina!."
Raina noleh dan mendapati adeknya yang lagi ngayuh sepeda kearahnya , "Astaghfirullah, Zayyan. Kamu ngagetin aja sih."
Zayyan langsung lompat dari sepeda dan biarin sepedanya itu jalan sendiri dan akhirnya ambruk karna nabrak dinding.
Brukkk!
"Zayyan ih, kenapa grasak grusuk gitu sih. Kalau sepeda kamu rusak gimana, dimarahin bunda nanti." kesal Raina, "Kok kamu baru pulang?." tanya Raina yang melihat adeknya masih pakek seragam sekolah, "Mbak kira kamu lagi tidur dikamar."
"Mbak diem deh." Raina kaget waktu disuruh diem sama adeknya, "Itu tadi siapa yang baru aja keluar dari rumah kita naik motor ninja warna merah kayak boy di sinetron anak jalanan? Kayaknya orang itu tadi cowok deh, nggak mungkin juga cewek naik motor begituan ya meskipun ada disinetron kayak Reva. Itu tadi temennya mbak ya? Kok Zayyan baru liat temen mbak yang itu atau jangan-jangan itu pac-"
"Ssssttt." Raina nempelin jari telunjuk pada bibirnya mengisyaratkan agar adeknya itu diem, "Yaallah, nanyanya satu-satu, Dek. Gimana mbak mau jawab kalau kamu nyerocos terus."
Zayyan langsung pegang dua tangan kakaknya, "Itu karna Zayyan penasaran siapa orang yang tadi baru aja dari rumah kita, mana cowok lagi. Kan Zayyan orangnya kepoan jadi cepet jelasin."
"Iya-iya, mbak jelasin tapi kamu parkirin sepeda kamu dulu yang bener. Mbak nggak mau kamu kena marah sama bunda karna naruh sepeda sembarangan."
Zayyan noleh ke sepedanya, "Tapi abis itu mbak harus ceritain ke Zayyan tentang cowok itu tadi ya."
Ngeliat kakaknya yang mengangguk, Zayyan langsung parkirin sepeda miliknya ditempat biasanya, "Udah. Sekarang mbak jelasin ke aku siapa cowok tadi." tuntut Zayyan pada Raina setelah tugasnya selesai.
"Kita bicaranya sambil duduk aja, biar enak."
Cowok itu langsung duduk dengan tatatapannya yang tidak lepas dari Raina.
"Kamu kenapa ngeliatin mbak kayak gitu."
Zayyan berdecak.
Ayolah, kenapa kakaknya ini nggak peka banget sama dia yang pengen banget tau tentang cowok yang tadi ketemu sama dia dideket rumahnya.
Ya seharusnya Zayyan nggak sekaget itu waktu tau ada cowok yang dateng ke rumahnya, bisa aja itu temen kakaknya.
Tapi yang buat Zayyan kepo, cowok itu tadi ngeliat dia tajem banget pas tau Zayyan belokin sepeda ke rumahnya.
Zayyan ini udah mulai dewasa jadi tau tentang tatapan itu, kayak tatapan posesif gitu.
"Mbak, cepet jelasin ke Zayyan siapa cowok tadi."
"Dia mas Gamma, temennya mbak."
"Gamma? Kayaknya aku baru denger mbak punya temen yang namanya Gamma deh."
"Iyalah, mbak aja baru kenal sama dia."
Zayyan langsung liat Raina, "Baru kenal kok udah berani dateng ke rumah?."
"Ya karna tadi dia nganter mbak pulang jadi ya sekalian mampir."
"Uwoooww katanya baru kenal udah berani nganter pulang dan namu di rumah kita? Wahhh gede banget nyali tuh orang."
"Kok kamu ngomongnya gitu."
Tatapan Zayyan sama sekali belum beralih dari Raina, "Zayyan cuma nggak mau mbak kenal sama sembarangan cowok, cukup mas Haidar sama mas Raden yang Zayyan percaya bisa jaga mbak dengan baik. Lagian aku nggak percaya si Gamma itu cowok yang baik, nyatanya dia berani ngajak mbak pulang bareng padahal baru kenal dan anehnya lagi mbak langsung mau dan ngijinin dia mampir ke rumah kita. Zayyan kecewa sama mbak."
Setelah ngomong panjang lebar, Zayyan masuk kedalem rumah ninggalin Raina yang masih mencerna perkataannya.
Sungguh kata-kata Zayyan tadi menohok hati Raina, selama ini adek laki-lakinya itu nggak pernah bilang kecewa sama dia tapi kali ini Zayyan bilang kayak gitu.
"Zayyan kecewa sama aku, tapi kenapa? Apa aku salah nerima kebaikan orang lain?." tanya Raina pada dirinya sendiri.