"Gamma, sekali lagi makasih ya karna udah mau barengin aku ke kampus." ucap Raina setelah turun dari atas motor Gamma.
Gamma langsung buka helm fullfacenya dan menaruhnya diatas tangki motornya, cowok itu menengok ke arah Raina, "Bisa enggak?" tanya Gamma waktu ngeliat Raina sedikit kesulitan waktu buka helmnya.
Niat hati ingin menolong namun sepertinya Tuhan hari ini lagi enggak berpihak sama Gamma, karna Raina berhasil ngelepas helmnya tanpa bantuan Gamma.
"Bisa kok, nih. Makasih ya."
Gamma mengambil alih helm yang tadi dipakai sama Raina lalu menaruhnya di kaca spion motornya, "Mau langsung ke kelas?" tanya Gamma.
Raina mengangguk sembari melihat arloji dipergelangan tangannya, "Kayaknya iya deh, soalnya aku ada janji sama Raden buat ngerjain makalah bareng buat dikumpulin besok."
"Kalau dikumpulin besok kenapa baru dikerjainnya sekarang?"
Entah kenapa tiba-tiba Gamma menjadi kesal sendiri waktu cewek didepannya ini nyebut nama Raden.
Ngeliat cowok itu yang kemarin natap penuh kebencian kearahnya waktu nganter Raina pulang, membuat Gamma sedikit kesal sama Raden.
Kalau mau bersaing harus sportif, enggak boleh marah-marah nggak jelas gitu, nggak gentle. Kalau kata Gamma mah.
Kalau mau deketin cewek mah enggak ada hubungannya siapa yang kenal duluan, tapi kalau mau deketin cewek mah jurusnya ngebuat tuh cewek nyaman. Menurut Gamma nih ya guys.
"Itu karena ada banyak tugas lain yang numpuk jadi aku sama Raden sepakat buat ngerjain makalahnya hari ini."
"Cuma berdua?"
"Iya, pak dosennya ngasih tugas buat dibikin secara berkelompok yang isi setiap kelompoknya dua orang."
"Kenapa harus sama Raden?"
"Emangnya kenapa kalau aku sekelompok sama Raden, kok kamu keliatan enggak suka gitu?"
Nah loh! Gamma bingung sekarang.
Emangnya kenapa kalau Raina satu kelompok sama Raden?
Apa yang ngebuat Gamma nanya kayak gitu sama Raina?
Sebelum Gamma kenal sama Raina, mereka berdua udah sahabatan. Maksud Gamma tuh Raina sama Raden yang udah sahabatan.
Gamma mah aneh! Pertanyaannya mengandung keposesifan seorang Gamma Christian Kalyan pada seorang Raina Dewi Malik nggak sih?
Atau cuma author aja yang merasakannya? Wkwkwk.
"Bukannya enggak suka, Rain. Ya tapi kayak enggak ada temen yang lain aja, Carissa kan ada kenapa enggak sama dia aja?"
"Raden sih yang ngajak aku duluan buat satu kelompok sama dia-"
"Terus kamu mau gitu?" Timpal Gamma.
Cewek itu mengangguk, "Iya. Lagian aku enggak ada alasan juga buat nolak ajakan dia, waktu itu aku memang belum dapet temen kelompok."
Gamma menghela napasnya, lagian dia juga enggak bisa ngapa-ngapain lagi karna Raina udah terlanjur satu kelompok sama Raden dan Gamma telat mengetahui akan hal itu.
"Kalau kamu, mau langsung ke kelas atau mau pergi kemana dulu?"
"Aku mau ke warungnya bang Samad dulu, masih setengah jam lagi masuk kelasnya jadi santai." Jawab Gamma sembari turun dari atas motornya.
"Oh, yaudah kalau gitu aku ke kelas dulu ya? Enggak papa kan?"
Gamma mengangguk.
"Yaudah. Assalamu'alaikum Gamma, sekali lagi makasih."
"Wa'alaikumsalam."
Raina mulai berjalan meninggalkan Gamma yang masih berdiri mematung disamping motornya.
Jujur Gamma sedikit enggak rela sih ngeliat Raina deket Raden, ya tapi mau gimana lagi orang Gamma nya yang telat kenal sama Raina.
Jadi Gamma harus berjuang biar bisa deket sama Raina kayak Raden dan Haidar, tapi kayaknya Gamma enggak bakalan bisa deh kalahin Haidar soalnya cowok itu temen kecilnya Raina.
Tapi enggak papa setidaknya Gamma bisa ngalahin Raden nantinya.
"Raina!" Panggil Gamma setengah berteriak.
Takut nggak denger kan ya karna Raina udah jalan lumayan jauh dari Gamma.
Cewek itu noleh bersamaan dengan Gamma yang berlari kecil menyusul Raina, "Ada apa? Manggilnya sambil teriak gitu." Ucap Raina saat Gamma udah berdiri didepannya.
Cowok itu nyengir kuda sambil ngusap tengkuknya, "Hehe takut kamu enggak denger. Ada yang mau aku tanyain sama kamu, takut lupa."
Raina memegang tali tas punggungnya, "Mau nanya apa sih?"
"Ehmmm... Kemarin Raden gimana?"
"Gimana apanya?"
"Dia marah enggak waktu kemarin lihat kamu pulang bareng aku?"
Raina menggelengkan kepalanya, "Enggak marah sih tapi kayaknya dia cuma kesel sama aku karna aku nggak sempet ngabarin dia kalau pulangnya bareng kamu."
"Ohh jadi dia enggak marah?" Raina menggeleng, "Syukurlah kalau Raden enggak marah soalnya kemarin kan dia keliatan marah, tatapannya sinis banget ke aku."
Sontak Raina tertawa, "Kamu takut kalau Raden beneran marah?"
"Enggaklah, ngapain juga aku mesti takut sama dia. Lagian lebih galakan aku kalau marah."
"Oh ya?"
"Enggak hehe, aku enggak pernah marah-marah soalnya." Gamma tersenyum lalu melirik Raina yang juga lagi ngeliat kearah dia, "Tapi bener kan Raden enggak marah sama kamu?" Tanyanya lagi guna memastikan bahwa Raden beneran enggak marah sama Raina.
Soalnya kalau cowok itu marah sama Raina, Gamma yang bakalan maju buat marahin Raden yang udah berani marahin Raina yang jelas-jelas enggak salah.
Kalau Raden sampai marah sama Raina berarti Raden bodoh, orang yang ngajak pulang bareng tuh si Gamma tapi kenapa marahnya sama Raina.
Marahin aja tuh Gamma karna dia yang nawarin buat nganter Raina pulang.
Emang dasarnya Raina orangnya baik jadi ya nerima tawaran Gamma.
Raina tersenyum dan mengangguk, "Iya, bener. Kamu enggak usah khawatir."
"Iya deh."
"Rain!"
Raina sama Gamma menoleh kearah sumber suara secara bersamaan.
Cowok yang memakai kaos polos berwarna putih dilapisi dengan trucker jacket dua warna yaitu hitam dan coklat dibagian lengannya, serta celana jeans berwarna hitam dilengkapi dengan sneakers berwarna coklat dan putih itu terlihat berjalan mendekati Raina dan Gamma.
Cowok itu sempet ngelemparin senyum tipis ke Gamma sebelum akhirnya melihat ke Raina, "Hai, Rain."
"Hai Raden."
"Baru dateng?" Tanya Raden sembari mencuri pandang pada Gamma.
Sebenernya Raden sempet kaget waktu ngeliat Raina lagi ngobrol sama Gamma.
"Pagi-pagi udah ngobrol berdua, atau jangan-jangan Raina berangkat bareng Gamma?" Tanya cowok itu dalam hati, "Enggak-enggak, gue nggak boleh berburuk sangka sama mereka berdua. Bisa aja mereka nggak sengaja ketemu terus ngobrol." Pikir Raden.
"Iya nih, aku baru aja dateng. Aku kira kamu udah nunggu di kelas eh taunya... Kamu baru dateng atau udah dari tadi?"
"Baru dateng juga sih." Jawab Raden, "Berangkat dianter siapa, Rain.?
Raina melirik kearah Gamma begitu juga Gamma yang ngelirik Raina lewat ekor matanya.
"Aku berangkat bareng Gamma." Jawab Raina dengan jujur, pasalnya Raina enggak mau kalau harus ngebohongin Raden karna dia emang bener-bener berangkat bareng Gamma.
Kalau dia bohong itu sama aja Raina nyakitin hati Gamma yang udah baik baik nebengin dia sampai kampus tapi apa Raina enggak sadar kalau kejujurannya itu membuat Raden sakit hati.
Rasa kecewa Raden yang kemarin aja belum hilang, ini malah ditambah lagi.
"Oh gitu. Gamma, thanks ya karna lo udah mau nebengin Raina jadi gue enggak khawatir Raina berangkat bareng siapa." ucap Raden sembari menepuk pundak Gamma.
Reaksi Raden yang keliatan biasa aja itu justru membuat Raina dan Gamma keheranan.
Kenapa Raden biasa aja waktu tau Raina berangkat bareng Gamma?
Kenapa Raden enggak marah-marah kayak kemarin?
Atau jangan-jangan Raden udah mulai nerima Gamma sebagai musuhnya dalam mendapatkan hati Raina?