"Rain, kayaknya kita enggak bisa selesaiin makalahnya sekarang deh." Ucap Raden setelah nutup buku yang dari tadi dia pakai buat nyari materi keperluan bikin makalah.
"Loh kenapa?"
Raden memiringkan kepalanya melihat Raina lalu cowok itu mengetuk jam tangan miliknya, "Waktunya enggak cukup, bentar lagi kita masuk kelas-"
"Ya terus gimana?" Timpal Raina.
"Kita lanjutin nanti pulang dari kampus aja ya, sekalian ke perpustakaan kota soalnya di perpustakaan kampus ini bukunya enggak lengkap."
Raina ngeberesin barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam tas, "Oh gitu, yaudah deh nanti kita lanjutin setelah pulang kampus aja. Terus mau ngerjainnya dimana, di perpustakaan kota juga?"
Kebetulan di perpustakaan kota yang sering dikunjungi sama Raina dan Raden tuh ada tempat khusus buat belajar jadi ya bisa sekalian ngerjain tugas disana sambil minjem buku.
"Enggg aku sih maunya gitu, tapi kan nanti kita pulang kampusnya siang nah biasanya tuh perpustakaan kota penuh sama anak-anak SMA di jam-jam segitu."
"Terus gimana, kalau tempatnya penuh kita nggak bisa ngerjain sambil cari materi disana dong."
Raden mengangguk setuju, "Iya juga sih, kita cuma bisa pinjem bukunya aja itupun kalau materinya ada kalau enggak gimana? Kita kan harus bolak-balik kesana buat nyari buku yang cocok."
"Bener juga, terus enaknya gimana biar kita bisa kerjain makalahnya dengan tenang terus kita juga nggak harus bolak-balik buat nyari buku yang cocok."
Cowok berdarah China-Jogja itu mengetuk dagunya dengan jari telunjuknya seraya berpikir, "Kalau kamu nggak keberatan nih ya, gimana kalau ngerjain makalahnya di rumah aku aja. Kita ke perpustakaan buat pinjem buku aja terus nanti kita bawa ke rumah aku."
"Kalau buku yang kita pinjem ternyata materinya enggak komplit gimana, emang kamu mau bolak-balik dari rumah ke perpustakaan kota."
"Mau dong demi makalah yang harus kelar besok."
Raina sontak tertawa, "Ya kalau gitu kenapa kita nggak ngerjainnya didepan perpustakaan kota aja biar kalau materinya nggak komplit kita bisa masuk dan cari buku lain." usul cewek itu.
"Nih ya Rain aku jelasin, aku nny sih enggak papa kalau ngerjainnya di depan perpustakaan kota tapi aku kasian sama kamu nanti kepanasan. Depan perpustakaan kota kan terik banget apalagi depannya jalan raya beuhh pasti panas banget deh dan kita nggak bisa fokus kalau mau ngerjain makalah disana, Rain. Ketimbang kita panas-panasan dan ngerjain makalahnya berantakan karena nggak konsen lebih baik kita ngerjainnya di rumah aku." ucap Raden yang tak mau kalah dengan perkataan Raina.
Raden sendiri sebenernya enggak enak gini sama Raina, kesannya Raden kayak maksa Raina buat ke rumahnya nggak sih?
Alah udah deh meskipun Raden dikatain maksa Raina juga cowok itu nggak peduli yang penting Raina mau ke rumahnya hehe.
"Sekalian bunda juga pengen ketemu kamu, katanya bunda kangen sama kamu makanya dia minta aku buat ngajak kamu main ke rumah aku. Sebenernya bunda udah nyuruh aku buat ngajak kamu ke rumah dari satu minggu yang lalu tapi aku baru berani ngajak kamu sekarang, mumpung kita ada tugas ngerjain makalah jadi aku mau ngajak kamu ngerjainnya dirumah aku aja. Kamu juga udah lama enggak main ke rumah aku kan ya?" setelah berbicara panjang lebar Raden mengusap tengkuknya sembari tersenyum kikuk saat Raina menoleh padanya.
Raina menatap Raden yang tengah tersenyum, "Gimana? Kamu mau ngerjain tugas dirumah aku, enggak? Kalau enggak mau kita bisa kerjain di perpustakaan kota aja kok. Nanti kalau tempat duduknya penuh aku suruh mereka buat pergi, tapi aku nyuruh pergi sama orang yang sekiranya enggak galak-galak banget kalau galak aku nggak berani lah, Rain. " Tanya Raden lagi guna memastikan kemauan cewek itu.
Meskipun Raden ngebeeeet banget pengen Raina datang ke rumahnya tapi tetep aja dia nggak boleh maksa kemauan Raina nanti cewek itu malah nggak nyaman dan nggak mau temanan lagi sama Raden karna dia suka memaksa kemauan orang lain.
Ayolah, Raden masih proses PDkt nih jadi setidaknya jangan buat Raina ilfeel karena tau sifat asli Raden yang suka maksa.
Mendengar ucapan lucu Raden, Raina tertawa sebentar lalu membuang pandangannya kearah tas pinggang miliknya yang cewek itu taruh diatas meja, "Eumm jadi bunda kamu kangen sama aku?" Raden mengangguk, "Kenapa kamu baru bilang sih tau gitu aku udah main ke rumah kamu kalau tau bundamu kangen sama aku."
Raden menatap Raina penuh binar, cowok itu nggak nyangka kalau respon Raina akan seperti ini. Dia pikir Raina bakalan marah karena ajakan dia buat ngerjain makalah di rumahnya karena modus cowok itu aja.
"Yaudah kalau gitu kerjain makalahnya di rumah kamu aja, mumpung nanti selesai kelasnya agak siangan jadi aku bisa temu kangen sama bunda kamu lama. Aku juga kangen sama bunda tapi aku nunggu kamu buat ngajak aku ke rumah kamu, Den."
"Kenapa kamu nggak bilang kalau mau main ke rumah?"
"Kan satu minggu ini kita bener-bener sibuk sama tugas yang dikasih dosen maka dari itu aku juga nggak berani bilang kalau aku pengen main ke rumah kamu."
Raden tersenyum lalu menggendong tasnya dengan semangat setelah itu menganggukkan kepalanya, "Kalau gitu nanti pulang sekolah kita ke perpustakaan kota abis itu ke rumah aku. Aku juga udah ijin sama bunda Iren kok jadi kamu nggak usah takut kalau bundamu akan khawatir karna kamu pulang telat."
"Kapan kamu minta ijin sama bunda aku?"
"Tadi waktu kamu ambil buku, aku chat bunda Iren terus minta ijin deh mau ngajak kamu ngerjain tugas bareng di rumah aku."
"Oh jadi ini alesan kamu kenapa ngerjain makalahnya males-malesan dari tadi karena kamu emang udah niat buat ngajakin aku ngerjain makalahnya di rumah kamu gitu?" tebak Raina.
Cowok yang pakai trucker jacket dua warna yaitu hitam dan coklat dibagian lengannya terlihat gugup melihat Raina yang udah tau niat baiknya hehe.
Raden emang dari tadi ngerjain makalahnya males-malesan seperti apa yang di bilang sama Raina tadi karena ya dia nggak mau buru-buru ngerjain di tambah lagi dia mau modus buat ngajak Raina ke rumahnya.
Raden sebel setiap bundanya nanyain Raina kapan main ke rumahnya, nah mumpung ada kesempatan nih jadinya Raden ajak tuh cewek buat ketemu bundanya.
"Ya Allah, enggak Raina astagfirullahalazim kamu kenapa nuduh aku kayak gitu sih. Yah aku emang ngerjain makalahnya males-malesan ya itu karena materinya nggak ada di buku-buku ini Rain jadi kan aku males." Raden nunjuk buku-buku perpustakaan yang dipinjemya tadi, "Jalan satu-satunya itu kita harus pinjem buku dulu di perpustakaan kota abis itu kerjain makalahnya di rumah aku."
"Kan emang itu rencana kita Raden Ajun Yihua Jayantaka."
"Kamu lama-lama kayak Haidar deh."
"Emang aku sama Haidar kenapa?"
"Kalau lagi sebel sama orang suka manggil orang itu pakek nama panjangnya, haha. Haidar juga sering kayak kamu barusan."
Raina menggendong tas punggungnya lalu buku yang tadi ditumpuk diatas meja udah ada didalam dekapan cewek itu, "Aku enggak tau deh sejak kapan kamu semenyebalkan ini." cewek itu jalan duluan ninggalin Raden yang masih ketawa-ketiwi sendirian.
Menurut Raden, Raina mukanya gemesin kalau lagi kesel.