Mendengar apa yang dikatakan oleh Hana membuat Leon terdiam. Iapun menghela nafas kemudian menjawabnya.
"Lebih baik sekarang kamu diam saja, Hana," singkat Leon. Hana menatap Leon dengan wajah tanpa ekspresi. Setelah itu Hana menatap kearah Renata dan menarik Renata pergi dari sana. Mereka berdua meninggalkan Leon sendirian disana.
"Hmm dasar, Hana!" gumam Leon. Sekilas Leon menatap kearah ketiga kakak kelas yang kini sudah pergi dari sana.
***
Bel sekolah berbunyi. Para siswa maupun siswi SMA keluar dari kelasnya dan mereka masuk kedalam kelas ekskul nya masing-masing. Ada yang basket, bahasa asing dan lainnya.
Leon keluar dari kelasnya. Ketika keluar, ia melihat Hana yang berjalan menaiki tangga lantai dua. Melihat hal itu, Leon pun mengikutinya karena ia penasaran dengan ekskul yang diikuti oleh Hana.
Sesampainya dilantai dua, Hana masuk kedalam suatu kelas. Kelas itu seperti kelas kosong karena dari luar terlihat seperti kelas tak terawat. Ditambah, di pintu kelas juga tertulis "Dilarang masuk". Tetapi karena Leon orangnya kepoan maka dia terpaksa menerobos masuk meskipun dirinya akan dimarahi oleh Hana.
Setelah masuk kedalam kelas, Leon melihat ada sepuluh orang siswa dan siswi sedang berlatih tarung menggunakan pedang. Tak hanya bertarung dengan menghindar dan menyerang balik , tetapi mereka juga melompat bahkan menusuk dari belakang.
Tetapi setiap siswa dan siswi yang mengikuti ekskul tersebut sudah diberi baju pelindung yang dilapisi oleh pakaian sehingga jika tertusuk pedang, mereka aman saja.
Di paling belakang, terlihat Hana yang kini sedang duduk membelakangi siswa dan siswi yang sedang berlatih. Ia kini menggunakan gaun dan juga sarung tangan padahal seharusnya Hana menggunakan baju seragam tapi sudah didalamnya sudah terdapat baju pelindung yang dipakai.
Hana kini sedang menguncir rambutnya menggunakan tali pita berwarna merah. Melihat keberadaan Hana, Leon langsung bergegas menghampirinya tetapi pada saat ia melangkahkan kakinya, Leon dicegat oleh seorang pria yang sepertinya pengajar/guru dari ekskul tersebut.
"Hentikan! kamu, bagaimana bisa ada disini? kamu dari ekskul apa?" tanya pria itu. Leon menghentikan langkahnya dan menatap kearah pria tersebut.
"Apakah siswi itu ikut ekskul ini?" tanya Leon seraya menunjuk kearah Leon. Pria itu terdiam kemudian ia menganggukkan kepalanya. Mendengar hal itu, Leon kembali bicara disaat pria itu mau bicara.
"Izinkan saya ikut ekskul ini!" tegas Leon. Pria itu terdiam kemudian ia mengambil selembar kertas dan sebuah pulpen lalu memberikannya pada Leon.
"Isi formulir ini dulu. Nanti setelah pulang dari ekskul, kamu berikan ini ke tempat pendaftaran. Oke?" singkat pria itu. Leon pun tanpa banyak bicara langsung mengambil kedua benda itu dan mengisi semuanya dengan rapi dan lengkap hanya dengan waktu satu menit.
Setelah itu iapun meletakkan kertas formulir itu didalam tasnya dan mengembalikan pulpen pada pria pengajar itu.
"Ah ngomong-ngomong, boleh saya bertanya?" tanya Leon.
"Nak, sebaiknya kamu tanya saja teman-teman yang lagi istirahat ya karena saya mau melatih salah satu anggota ekskul ini sebentar," tegas pria itu. Leon menganggukkan kepalanya kemudian pria itu pergi meninggalkannya.
Leon berjalan mendekati Hana yang kini sedang duduk dan menunggu sesuatu. Iapun tersenyum kemudian menepuk bahu Hana yang membuat Hana menoleh kearah nya.
Hana sangatlah terkejut ketika melihat keberadaan Leon yang muncul secara tiba-tiba itu.
"Leon, bagaimana kamu bisa ada disini?" tanya Hana.
"Ah aku kan ikut ekskul ini. Memangnya kenapa?" tanya balik Leon sambil tersenyum.
"Enggak apa-apa. Selamat bergabung dan semoga nyaman disini," singkat Hana sembari menundukkan tubuhnya. Setelah itu ia berjalan menuju pengajar ekskul tersebut. Leon memanyunkan bibirnya ketika melihat Hana pergi.
Pada saat Leon sedang menatapi Hana pergi, tiba-tiba salah seorang kakak kelas mendekatinya kemudian merangkulnya membuat Leon hampir saja terjatuh.
"Siapa nya Hana kamu itu?" tanya Shawn, kakak kelas yang ikut bergabung di ekskul itu.
"Ah saya calon suaminya," jawab Leon dengan wajah polos yang membuat Shawn terkejut ketika mendengarnya.
"Serius kamu? sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan Hana?" tanya Shawn seraya berdiri berjarak dengan Leon.
"Ah belum terlalu lama sih," singkat Leon.
"Hmm aku tak menyangka bahwa kstaria mengerikan sudah mempunyai calon suaminya saja. Pantas saja dia dingin terhadap semua pria," tutur kakak kelas itu.
"Kstaria? bukankah harusnya calon ksatria ya?" tanya Leon dengan wajah polos. Kakak Shawn pun langsung terdiam ketika mendengar pertanyaan Leon.
"Enggak dia itu kstaria! kenapa dia disebut kstaria? karena dia berani menghadapi apapun bahkan pengajar kami! sewaktu dia pertama kali masuk ke sekolah ini, Hana langsung masuk kedalam kelas ekskul ini dan dengan mudahnya kakak-kakak kelas dia hadapi termasuk teman-teman ku. Nah terus Hana dengan berani menantang pengajar kami! dulu pengajar ada dua orang tetapi sekarang tinggal satu akibat kalah melawan Hana!" ungkap Shawn.
"Serius? Hana mengalahkan guru pengajar?" kata Leon dengan ekspresi wajah terkejut. Shawn menganggukkan kepalanya.
"Ya, padahal pedang yang dia pilih itu adalah pedang yang lemah tetapi semuanya mampu dikalahkan hingga mereka tidak bisa melawan lagi. Nah karena Hana menantang pengajar kami, akhirnya kedua pengajar kami melawannya dong. Hanya butuh waktu lima menit, Hana mampu membuat mereka tak bisa berdiri lagi dan ditubuhnya itu tidak ada goresan sedikitpun meskipun gaunnya sedikit robek itupun cuma sedikit," jelas Shawn.
"Wah Hana sehebat itu ya?" cakap Leon.
"Iya makanya semenjak itu disebut kstaria bergaun. Karena sejak pertama kali dia mengikuti ekskul, Hana selalu mengenakan gaun itu. Dan kini Hana menjadi tangan pengajar kami," cerita Shawn. Mendengar hal itu Leon langsung menatap kearah Hana kemudian ia menundukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Pantas saja dia jago bertarung menggunakan pedang waktu itu, ternyata saking jagonya dia mampu mengalahkan pengajar nya yang sudah resmi menjadi kstaria," batin Leon.
"Ah ngomong-ngomong, namaku Shawn. Kamu siapa?" tanya Shawn.
"Leon. Namaku Leon," singkat Leon sambil menundukkan tubuhnya. Shawn menganggukkan kepalanya.
"Oh ya ngomong-ngomong, kamu mau memilih pedang yang mana?" tanya Shawn seraya menunjukkan empat pedang yang digenggamnya. Leon menatapinya kemudian ia mengambil pedang yang berwarna biru.
"Ini saja. Terus apa yang akan ku lakukan?" ucap Leon.
"Kamu ke ruang ganti dan kenakan pakaian pelindung. Setelah itu kamu hadapi aku!" singkat Shawn. Leon pun meletakkan tasnya ditempat duduk Hana kemudian iapun mengikuti arahan yang diberikan oleh Shawn.
Sedangkan Shawn berjalan menghampiri Hana yang kini sedang bertarung melawan lima siswa-siswi yang mengikuti ekskul itu.
"Ayo, semangat Hana! kamu pasti bisa mengalahkan para kerucil-kerucil itu," teriak Shawn yang memberikan semangat pada Hana tetapi mendengar hal itu, Hana biasa saja dan ia terus bertarung menghadapi mereka semua hingga kalah.