Beberapa menit kemudian...
Leon kembali dan menemui Shawn yang telah menunggunya. Shawn yang sedang duduk itupun bangkit berdiri dan berjalan mendekati nya.
"Bagaimana, sudah siap adik kelas?" tanya Shawn sambil mengedipkan mata sebelah kanannya. Mendengar pertanyaan Shawn, Leon menganggukkan kepalanya kemudian iapun mengangkat pedang nya.
"Aku siap menghadapi mu, Shawn!" ucap Leon yang kini memegang erat pedangnya. Shawn yang mendengar hal itu tersenyum. Kemudian ia mengambil pedangnya dan mengangkatnya.
"Berani sekali kamu, ya? jangan nangis kalau sampai kalah!" ujar Shawn. Mendengar hal itu, Leon pun tersenyum
"Kupastikan hal itu takkan terjadi," jawab Leon dengan lantang. Shawn tertawa kecil mendengar jawaban Leon. Sebenarnya ia tak yakin bahwa Leon mampu mengalahkannya. Tak berselang lama, pertarungan itupun dimulai.
Leon dan Shawn saling menatap satu sama lain dengan tangannya yang erat memegang pedang. Pertarungan keduanya itupun disaksikan oleh siswa dan siswi yang ikut ekskul alias klub ksatria pedang. Bahkan Hana yang semula sedang bertarung pun terhenti karena teman satu klub nya menariknya untuk menyaksikan pertandingan Leon dengan Shawn.
Ekspresi Hana seketika berubah ketika melihat Leon yang kini sedang bertarung dengan Shawn. Wajahnya yang semula terlihat polos itupun menjadi tak ada ekspresi. Tak hanya itu saja, Hana juga berjalan mundur menjauhi kerumunan yang sedang menonton.
Sedangkan ditempat Leon....
Leon pun menghindari setiap serangannya Shawn. Terlihat Shawn begitu senang sekali menyerang Leon yang tampaknya sedikit kewalahan menghadapinya.
"Ternyata dugaan ku itu benar bahwa anak ini sama lemahnya seperti anak-anak kelas satu yang ada disini. Bedanya dengan dia hanya dari kelasnya saja tetapi kemampuan tetap saja sama," batin Shawn.
Shawn terus menyerang Leon sedangkan Leon hanya menangkis dan menghindari setiap serangannya.
"Bocah sialan! jadi begitu cara kau menyerang? hmm kalau begini sih, sekali tebasan juga langsung KO. Sebaiknya aku menyerangnya saja daripada terus-terusan menangkis dan menghindari nya. Lagipula gerakannya sudah kebaca ini," batin Leon.
Leon tersenyum kemudian ia mengayunkan pedangnya dan langsung menyerang Shawn dengan spontan dan gerakannya begitu kilat bagikan halilintar. Saking kilat dan spontan nya, pedang yang digenggam erat oleh Shawn itu sampai terjatuh kemudian terbelah menjadi dua membuat semuanya yang melihat hal itu terkejut.
Dan tak hanya itu saja, telapak tangan kanan Shawn juga berdarah serta meja-meja yang ada didekat mereka juga terbelah menjadi dua seperti pedang Shawn.
Leon pun menancapkan pedangnya di lantai dan menatapi Shawn yang kini sedang terdiam mematung menatapi semuanya.
Meski begitu justru membuat Shawn murka. Ia mengambil pedang lainnya dan berniat menyerang Leon dengan penuh dendam karena tidak terima bahwa dirinya kalah dengan Leon yang hanya anak kelas dua SMA alias kelas sebelas. Namun pada saat Shawn berlari menuju Leon, tiba-tiba...
Sringgg...
Hana berada tepat dihadapannya dan menahan pedangnya itu menggunakan pedang andalan Hana yang katanya itu adalah pedang murahan.
Seluruh siswa dan siswi di sana dibuat terkejut karena baru kali ini mereka melihat Hana yang menghentikan pertarungan. Tak hanya siswa dan siswi disana, namun Leon yang berdiri tepat dibelakang nya Hana itu juga terkejut melihat aksi Hana yang secara spontan itu.
"Hentikan, Shawn! aku mengetahui tujuan mu yang sebenarnya," ucap Hana sambil menatap Shawn dengan tatapan dingin. Shawn yang melihat hal itu tersenyum kemudian ia menarik pedangnya dan menyerang Hana.
Tetapi dengan mudahnya Hana menangkis setiap serangannya Shawn.
"Hahahaha Hana, ternyata kau itu tak hanya hebat dalam bertarung ya tetapi kamu juga hebat dalam membaca pikiran orang lain," ucap Shawn yang tak berhenti menyerang Hana. Hana hanya terdiam ketika mendengar ucapannya tersebut ia terus menangkis serangannya Shawn hingga akhirnya Hana berbalik menyerang Shawn.
Hanya sekali tebasan, Hana mampu membuat pakaian Shawn dari baju hingga celana terbelah menjadi dua. Tak hanya pakaian luar bahkan pakaian dalamnya juga. Rambut Shawn juga jatuh kemana-mana dan juga benda di sekelilingnya juga terbelah bahkan rok dan celana celana siswa-siswi disana juga ikut terbelah meskipun hanya sedikit. Kecuali pakaian Hana dan Leon.
Leon yang melihat hal itu melongo. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Hana akan sehebat itu.
"Astaga ternyata dia benar-benar wanita yang berbeda!" batin Leon. Lalu Leon pun tersenyum sambil merapihkan rambutnya.
Hana pun menancapkan pedangnya di lantai kemudian ia berjalan mendekati Shawn yang kini berusaha menutupi tubuhnya yang terbuka itu.
Kemudian Hana mengehentikan langkahnya ketika ia benar-benar berada tepat di depan mata Shawn.
"Ku sarankan kau segera keluar dari club ini daripada kamu terus-terusan melakukan berbagai kesalahan seperti sebelumnya. Dan satu lagi, jangan pernah kau sentuh sahabat-sahabat ku dan keluarga ku, paham?!" tegas Hana sambil memegangi wajah Shawn. Kemudian Hana menampar wajah Shawn setelah itu ia membalikkan badannya dan berjalan menuju Leon yang kini sedang menatapnya sambil tersenyum.
Hana pun menghentikan langkahnya ketika ia berada tepat dihadapannya Leon. Setelah itu Hana tersenyum manis yang membuat Leon terpesona dengannya. Baru kali ini Leon melihat Hana tersenyum manis padanya.
Kemudian Hana mengangkat gaunnya, menyilang kakinya lalu ia membungkukkan tubuhnya sambil berkata...
"Selamat datang di club ini," kata Hana. Setelah itu Hana berdiri tegap dan menatap kearah Leon serta tak berhenti tersenyum dengan manis.
"Terimakasih atas sambutannya, Hana," jawab Leon sambil membungkukkan tubuhnya. Hana menganggukkan kepalanya.
"Semoga kamu nyaman berada disini. Kalau ada yang ingin ditanyakan ataupun kamu kesulitan sesuatu, kamu bisa tanyakan pada pengajar atau ke aku ya. Hmm selamat berlatih," tutur Hana.
Setelah itu Hana menarik pedangnya yang ada dibelakangnya kemudian ia berjalan melewati Leon. Leon benar-benar sangat-sangat tak menyangka dengan perilaku Hana sebelumnya.
Sampai-sampai ia memukul wajahnya berkali-kali untuk memastikan bahwa itu bukanlah mimpi.
"Astaga! Hana benar-benar so cute," ucap Leon yang berbunga-bunga. Kemudian Leon menoleh kearah belakang dan melihat Hana yang kini sedang merapihkan rambutnya yang berantakan.
"Hmm kira-kira apa yang disukai oleh Hana ya? aku akan belikan hadiah untuknya sebagai ungkapan terimakasih karena telah menyambut ku dengan baik!" gumam Leon. Ketika Leon sedang bergumam, salah seorang siswi mendekatinya kemudian menepuk bahunya. Ketika siswi tersebut menepuk bahunya, Leon langsung menoleh kebelakang dan melihat siapa yang melakukan hal itu.
Ternyata yang melakukan hal itu adalah Mia. Leon sempat terkejut ketika melihat keberadaan Mia disana.
"Lho Mia, kamu kok disini? apakah kamu ikut club ini juga?" tanya Leon. Mia menganggukkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan Leon.
"Ya, Kak. Aku mengikuti club ini untuk menjaga kak Hana!" jawab Mia.
"Hmm? menjaga Hana? untuk apa menjaga Hana?" tanya Leon yang keheranan itu.