Chapter 20 - Menolak

"Ya sudah Kak kalau begitu ayo kita kesana sekarang! hmm Hana, ayo," ajak Renata seraya menarik Hana. Hana pun merasa kesal ketika Renata menariknya itu.

"Ish aku tak ingin membantu," ucap Hana. Meski begitu Renata tetap saja menarik Hana dan Leon hanya berjalan dibelakang mereka.

***

Mereka pun sampai didalam kelas. Tampak dikelas terdapat sekumpulan siswa dan siswi yang kini tengah mengerumuni sesuatu.

Hana, Leon, Renata dan kakak kelas itupun langsung masuk kedalam kelas kemudian mereka berdiri dibelakang kerumunan.

"Hmm bodoh banget bukannya dilerai malah dikerumuni doang seperti ini," ketus Renata. Hana menoleh kearah Renata dengan wajah datarnya. Kemudia iapun berjalan memasuki kerumunan. Melihat hal itu, Leon langsung berlari menyusul Hana.

Beberapa menit kemudian..

Setelah melewati kerumunan siswa dan siswi. Bisa dilihat ada apa sampai-sampai semuanya mengerumuni sesuatu. Dan ternyata...

"Hana, maukah kamu jadi pacarku?" salah seorang kakak kelas menembak Hana dihadapan semuanya. Jadi apa yang dikatakan oleh kakak kelas sebelumnya itu hanya bohong. Dia sengaja berbohong agar bisa menarik Hana ke kelas.

Leon pun menoleh kearah Hana dengan tatapan khawatir karena takut Hana menerimanya. Meski ditembak oleh kakak kelas yang terkenal baik dan cerdas tetapi Hana tetap saja memasang wajah datarnya.

Seluruh siswa dan siswi yang ada disana pun bertepuk tangan sembari menyebutkan kata-kata "Ayo diterima! Ayo diterima! ayo diterima!".

Hana menghela nafas setelah itu...

"Aku menolak," singkat Hana yang membuat semuanya terdiam kecuali Leon. Mendengar hal itu Leon sangatlah senang. Kakak kelas yang menembak Hana itupun merasa terpukul tetapi ia tetap berusaha semaksimal mungkin menguatkan dirinya.

"Hahahaha, Dek? kenapa kakak ditolak? apa masih ada yang kurang dari kakak? kakak terkenal pintar, baik dan tampan. Apalagi yang kurang Dek?" ucap kakak kelas itu. Hana berjalan menghampirinya kemudian ia duduk bersimpuh di samping kanan kakak itu.

"Kamu terlalu lemah," bisik Hana. Setelah itu Hana bangkit berdiri dan menatap kearah Leon yang kini juga menatapnya.

"Asisten, temani aku ke perpustakaan," singkat Hana. Mendengar apa yang dikatakan Hana, Leon langsung menghampiri Hana.

"Ayo!" singkat Leon. Kemudian mereka berdua berjalan keluar dari kelas tersebut. Kakak kelas itu benar-benar sangat terpukul karena Hana menolak cintanya. Saking terpukulnya iapun menangis serta menghancurkan barang-barang di sekelilingnya. Melihat hal itu, Renata langsung berlari keluar dari kelasnya agar tidak jadi korban.

Beberapa menit kemudian...

Tampak Hana dan Leon kini sedang duduk berhadap-hadapan. Sesekali Leon melirik Hana sedangkan Hana fokus membaca bukunya.

"Aku tak menyangka bahwa kamu akan menolak cintanya kakak kelas tadi," ucap Leon. Mendengar ucapan Leon, Hana tertawa kecil lalu menjawabnya.

"Hmm mana mungkin aku menerima cinta orang seperti itu. Justru jika aku menerimanya, aku akan menjadi orang yang bodoh di dunia ini," ujar Hana. Leon yang mendengar itu tersenyum kemudian ia kembali bicara.

"Alasan kamu menolak kakak kelas tadi, apa?" tanya Leon. Ketika Leon bertanya seperti itu, Hana menatapnya.

"Karena dia tidak pantas bersamaku," singkat Hana yang kemudian kembali membaca bukunya. Leon tersenyum senang lalu ia pun berkata...

"Kalau aku? pantas gak menjadi kekasih mu?" tanya Leon. Hana memasang wajah datarnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Leon.

"Tak!" singkat Hana. Leon langsung diam mematung ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Hana. Hana menatap kearah Leon yang kini sedang diam mematung.

"Kenapa kamu malah dia mematung?" tanya Hana dengan wajah datar. Leon memanyunkan bibirnya kemudian menjawab pertanyaan Hana.

"Karena Hana menolak cinta ku," jawab Leon. Hana diam ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Leon tetapi tak lama setelah itu ia tertawa membuat Leon heran.

"Kenapa kamu tertawa, Hana?" tanya Leon dengan wajah polos. Hana menatapnya kemudian menjawabnya.

"Aku hanya bergurau tadi," singkat Hana yang membuat Leon terdiam tetapi setelah itu...

"Berarti kamu menerimaku, Hana?" tanya Leon yang tampaknya gembira. Hana tertawa lalu menjawabnya.

"Ya tetapi ada rintangan yang harus kamu lewati terlebih dahulu. Kalau kamu bisa menghadapinya maka kamu bisa bersamaku," ungkap Hana. Leon menganggukkan kepalanya lalu menjawabnya.

"Demi Hana, aku akan melakukan apapun!" tegas Leon. Hana hanya tersenyum mendengarnya lalu ia kembali membaca bukunya. Ketika sedang asyik-asyiknya membaca...

"Hana!!!" teriak Renata. Renata berlari masuk kedalam perpustakaan. Leon menoleh sedangkan Hana fokus membaca.

"Renata, jangan berteriak dong! ini didalam perpustakaan bukan di hutan!" tegur Leon pada Renata. Renata cengengesan ketika Leon menegurnya.

"Hehehe maaf maaf," ucap Renata. Leon hanya menggelengkan kepalanya.

"Hmm anak kamu tahu gak...." belum sempat menyelesaikan kata-katanya, diwaktu yang sama Hana dan Leon menyebutkan kata-kata yang sama.

"Tak!" ucap Leon dan Hana yang membuat Renata terdiam.

"Ish kalian nih, aku kan belum selesai bicara!" ketus Renata. Hana menghela nafas kemudian menjawabnya.

"Baiklah... baiklah....aku akan mendengarkan," singkat Hana. Mendengar apa yang dikatakan oleh Hana, Renata pun lanjut bercerita.

"Oke jadi begini, kakak kelas yang menembakmu tadi itu mengamuk sekarang di kelas. Dia benar-benar merasa sangat terpukul ketika kamu menolak cintanya," jelas Renata pada Leon dan Hana.

"Ya, terus? kenapa? untungnya saja aku menolaknya. Ternyata perilakunya itu sangat bobrok kan?" ucap Hana dengan wajah tak bersalah.

"Haduhhh kenapa lah aku punya kawan yang tak pernah merasa berdosa seperti ini?! hei Hana, kau nih wakil ketua kelas! seharusnya kamu menenangkan suasana di kelas sekarang!" ujar Renata.

"Aku kan hanya wakil, yang berhak itu ketua kelas," singkat Hana. Renata pun menepuk keningnya ketika mendengar apa yang dilontarkan oleh Hana.

"Ish kau nih benar-benar deh ya! ketua kelas belum datang jadi kamu harus tenangkan sekarang!" tegas Renata. Hana menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah biarkan saja, lagipula disana ada kakak kelas. Paling juga yang tangani ketua OSIS," tutur Hana. Leon menatap kearah Renata yang kini menundukkan kepalanya.

"Sudahlah, Renata. Kamu duduk saja disini, tidak usah pikirkan masalah di kelas," saut Leon yang kasihan dengan Renata. Renata pun menganggukkan kepalanya seraya tersenyum lalu iapun duduk di bangku yang kosong.

Leon menatap kearah Hana yang kini fokus sekali membacanya. Karena melihat Hana yang terlalu fokus membacanya, dengan spontan Leon mengambil bukunya.

Ketika Leon mengambil bukunya, Hana langsung menatap Leon dengan tatapan tajam karena telah mengganggu nya.

"Kenapa kau ambil buku aku?!" tanya Hana dengan tatapan tajam. Leon sedikit takut ketika melihat raut wajah Hana itu.

"Ah habisnya dari tadi kamu sibuk baca, jadi ya aku ambil saja bukunya. Kasihan lho Renata," ujar Leon. Hana pun menoleh kearah Renata sebentar kemudian ia mengambil bukunya yang ada ditangan Leon.