Disuatu malam yang gelap....
Seorang gadis berpakaian seperti ninja sedang berkelahi dengan beberapa pria berbadan besar didalam sebuah gudang.
"Hahahaha ternyata kamu kuat juga ya," ucap Zee, salah satu dari orang yang berbadan besar tersebut.
Gadis berpakaian ninja itu membuka jubah yang semula dikenakannya. Gadis itu menatap tajam kearah pria-pria berbadan besar tersebut.
"Dimana adik dan bundaku?" tanya Hana.
"Hmm Hana, kamu rela datang kesini hanya untuk menyelamatkan keluarga kecilmu yang terkadang menyakiti hatimu itu?" Zee mendekati Hana.
"Aku tanya sekali lagi! dimana adik dan bundaku?!" tegas Hana.
"Baiklah, akan kubawa mereka keluar," singkat Zee. Kemudian Zee bertepuk tangan, ia memberi kode ke anak buahnya untuk membawa Bunda dan adik Hana. Tak lama orang yang dicari Hana pun hadir, bunda dan adik Hana terlihat tersiksa berada di sana.
"Ini orang yang kamu cari, jangan lupa ya! kamu juga harus memberikan apa yang ku minta sesuai dengan janji kita sebelumnya," ucap Zee. Hana tidak menjawab, kemudian ia melempar sebuah koper berisi barang berharga. Dan anak buahnya Zee, mereka mendorong Bunda dan adik Hana kearah Hana.
Hana membuka tali yang mengikat tangan bunda dan adiknya. Ia juga membuka lakban hitam yang menempel di bibir mereka.
"Kakak," adik Hana memeluk tubuh sang kakak, ia bernama Lavender. Terkadang Lavender membuat Hana sakit hati meski begitu Hana berusaha melindunginya.
"Nak, kamu gak apa-apa kan?" tanya ibu Hana, ia bernama nyonya Liliy. Hana mengangguk pelan, kemudian ia memerintah dengan wajah datar dan nada suaranya yang dingin.
"Kalian berdiri dibelakangku dulu, masih ada yang harus ku tangani," ujar Hana yang diikuti oleh Bunda dan adiknya.
Kemudian Hana berjalan mendekati Zee. Lalu ia menendang perut Zee dengan kencang sehingga saat Zee terpental, koper yang sempat dibawa Hana pun kembali berada digenggaman Hana.
"Hmm kalian terlalu bodoh!" cibir Hana pada Zee serta anak buahnya Zee.
Zee pun bangkit dan menatap kearah Hana yang memegang tas koper sekaligus pisau.
"Hmm ternyata kamu secerdik itu ya? kamu ini sebenarnya apa sih?" kata Zee. Hana tersenyum, setelah itu ia menyerang Zee berserta anak buahnya dengan gerakan yang begitu cepat. Bahkan saking cepatnya, Hana terlihat seperti bayangan hitam.
Setelah itu iapun kembali berdiri diposisi semulanya. Tampak Zee dan anak buahnya, baju mereka robek-robek serta tubuh mereka mendapati luka baru.
"Aku adalah anak SMA," kata Hana seraya memegang erat pisaunya. Kemudian Hana menatap kearah Lavender dan melemparkan koper tersebut kearah Lavender. Beruntung, Lavender bisa menangkapnya dengan cepat.
"Lebih baik, kalian berdua segera tinggalkan tempat ini! aku akan pulang belakangan," pinta Hana.
"Tapi, Nak..." Liliy menatap anaknya yang telah menyelamatkannya.
"Sudah kubilang! aku masih ada urusan, cepat pergi dari sini!" teriak Hana. Zee tersenyum, setelah itu ia berjalan menuju Hana seraya bicara.
"Hana, sudah kubilang! ikuti saja ucapan bos kami. Lagipula bos kami itu adalah ayahmu, untuk apa kau terus melawan?" tutur Zee.
"Dia bukanlah ayahku! di dunia ini, aku tidak mengenal yang namanya AYAH!" tegas Hana dengan nada dingin.
"Watak anak muda jaman sekarang sangat berbeda dengan watak mu," ujar Zee.
"Hmm aku sudah bosan bicara denganmu terus-menerus. Lebih baik kita selesaikan ini!" kini Hana bersiap di posisi. Ketika dia mau menyerang Zee, tiba-tiba saja...
"Ahhhhhhhh kakak!" Lavender berteriak membuat Hana lengah. Hana menengok kearah Lavender dan Liliy. Terlihat Liliy diacungkan pisau tepat di bagian leher nya. Sedikit saja pisau itu bergerak, nyawa Liliy melayang. Hana yang lengah pun langsung dihajar oleh Zee secara diam meski begitu Hana tetap bisa bangkit dan kini berfokus kepada orang yang menyandera bundanya.
"Lepaskan dia!" pinta Hana.
"Jika kamu tidak menuruti keinginan kami, nyawa wanita yang kamu sayangi ini akan melayang! sekarang tentukan pilihanmu, menuruti keinginan kami, dia akan selamat! jika kamu tidak menuruti keinginan kami, maka nyawa dia akan melayang!" ancam anak buah Zee.
Hana berpikir keras, apa yang harus dilakukan. Hana menundukkan kepalanya sembari mengepal tangannya. Selang beberapa menit, Hana mendongak dan menatap kearah Zee lalu kearah anak buahnya Zee.
"Aku tidak akan menuruti keinginanmu jadi habisi saja dia!" kata Hana yang telah memberikan jawabannya. Satu gudang itu terkejut mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Hana.
"Kak? kamu sebenci itu dengan bunda?" lirih Lavender seraya meneteskan air matanya.
Anak buah yang kini menyandera Liliy, tersenyum. Kemudian iapun menempelkan pisau yang dipegangnya semakin dekat ke leher Liliy, dan....
Sringgggg....
Brukkk....
Semuanya melongo melihat apa yang terjadi. Hana tersenyum melihat pemandangan saat ini.
"Tidak mungkin! secepat itu dia menyerang anak buahku?!" gumam Zee sambil melirik kearah kepala anak buahnya yang telah dipenggal oleh Hana. Lavender berlari kearah Lily yang selamat, iapun memeluk sang ibu dengan erat sambil menangis dengan keras.
"Sebenarnya kamu itu siapa?" Zee menatap kearah Hana. Hana pun menatap kearah Zee dan menjawab.
"Aku hanya anak SMA," jawab Hana. Setelah itu Hana kembali beraksi.
Beberapa menit kemudian...
Kini digudang tersebut hanya tersisa Hana, Liliy, dan Lavender yang masih hidup. Sedangkan yang lainnya sudah mati karena dihabisi oleh Hana dalam waktu yang terbilang singkat. Bahkan Zee pun juga mati ditangan Hana.
"Hana, wajahmu terdapat beberapa luka. Nanti saat pulang ke rumah, bunda akan mengobatimu," ujar Lily. Hana tidak menjawab. Wajahnya tetap saja datar dihadapan Liliy dan Lavender. Setelah itu mereka bertiga berjalan keluar dari gudang itu.
"Kakak benar-benar hebat!" kata Lavender yang menuji Hana tapi Hana tidak gembira mendengar itu, ia tetap bersikap biasa saja.
Dari kejauhan, tampak seorang pria berwajah tampan sedang mengawasi Hana sejak Hana pergi ke gudang itu. Pria itu tersenyum setelah ia melihat aksi yang Hana lakukan untuk menyelamatkan keluarganya. Padahal hari-hari biasanya Hana pendiam dan tidak memiliki teman disekolah nya, hanya satu orang saja yang mau menjadi sahabatnya. Tapi dibalik itu semua, ternyata Hana begitu hebat.
"Gadis SMA itu membuatku semakin tertarik dengannya. Aku harus bisa mendapatkan hatinya bagaimanapun caranya!" ucap pria itu.
Keesokan harinya...
Hana pun masuk kedalam kelasnya dengan plester yang ada dipipi kanan dan di dahi kirinya. Iapun duduk di bangkunya. Tampak siswa kelasnya yang sudah datang lebih dulu darinya, langsung membicarakannya. Karena melihat penampilan Hana yang tidak seperti biasanya. Namun Hana tidak mempedulikan mereka semua.
"Hana? lo terluka lagi? habis ngapain memangnya semalam?" tanya Renata, sahabat Hana. Renata langsung mendekati sahabatnya ketika melihat sahabatnya telah datang, ya memang itu aktivitasnya setiap hari.
"Hmm ya begitu deh," singkat Hana.
"Hmm Lo habis ribut lagi ya dengan orang? oh iya gw baru ingat kan nyokap dan adik lo di culik kan? pasti lo ngelawan orang-orang yang menyekap nyokap dan adik lo!" kata Renata.
"Iya, aku melawan orang-orang yang menyekap bunda dan adikku," ketus Hana. Ketika Hana sedang bicara, tiba-tiba saja datang gurunya.
"Selamat pagi anak-anak," sapa guru yang mengajar di kelas Hana. Seluruh siswa pun langsung bersikap serius ketika gurunya telah masuk kelas.
"Hmm baiklah, saya tidak mau membuang banyak waktu. Kita kedatangan murid baru, mari kita sambut dia!" kata guru Hana. Tak lama, datang seorang pria yang sepertinya ia adalah anak baru yang dimaksud.