Dua puluh menit kemudian....
Tampak pesawat sudah lepas landas dari landasan pacu. Kemudian salah seorang pramugara menghampiri Hana dan Leon yang kini tidak sedang melakukan apapun.
Pramugara tersebut menjatuhkan sebuah kertas di paha Hana lalu ia berjalan kearah toilet. Melihat kertas yang kini ada diatas pahanya, Hana pun mengambil kertas itu lalu membacanya.
Sekilas Leon menoleh kearah Hana. Melihat Hana yang kini sedang membaca sebuah kalimat di kertas, Leon pun menjadi penasaran. Ia agak cemburu karena berpikir kertas itu berasal dari pria yang menyukai Hana.
Leon tampaknya begitu penasaran dengan isi kertas tersebut, hingga....
"Baiklah, kita jalankan tugas ini sekarang!" ucap Hana. Kemudian Hana bangkit berdiri, begitupun dengan Leon.
Hana pun berjalan menuju tempat duduk penumpang pesawat yang berada di paling depan alias yang berdekatan dengan Kokpit.
Terlihat di tempat duduk penumpang yang berada di paling depan, tidak ada satupun penumpang disana. Hampir semua penumpang berada di tempat duduk penumpang bagian tengah dan belakang.
"Kenapa disini sepi sekali? kalau begitu, seharusnya kita duduk di kursi penumpang paling depan saja," ucap Leon. Hana tidak menanggapi ucapan Leon, akan tetapi tiba-tiba saja Hana menghentikan langkahnya membuat Leon agak terkejut dan hampir menabrak Hana.
"Hana, apa yang...." belum sempat menyelesaikan kata-katanya tiba-tiba saja muncul seorang pria berjas hitam keluar dari kokpit pesawat.
"Hmm jadi ini orang yang mau berhadapan denganku ya? seorang wanita! hmm bodoh, bukankah wanita itu...." ketika pria berjas hitam itu sedang bicara, Hana berlari dengan kilatnya menuju pria tersebut. Hanya tiga puluh detik, ia sudah berada dihadapan pria berjas hitam itu membuat pria tersebut dan juga Leon terkejut melihatnya.
"Apakah kamu mau bilang bahwa wanita itu lemah?" tanya Hana dengan wajah datar nan dinginnya.
"Hmm bukankah begitu?" jawab pria berjas hitam itu yang berusaha untuk tetap santai meski sebenarnya ia agak takut dengan Hana.
"Apa mau mu? kenapa kamu mau membajak pesawat ini?" ucap Hana seraya duduk di salah satu kursi penumpang pesawat.
Leon diam saja ditempatnya, akan tetapi ia tak berhenti menatap kearah Hana untuk berjaga-jaga.
"Hmm sepertinya kamu terlalu santai ya, Lucifer?" ujar pria tersebut sembari tersenyum.
"Tidak, aku tidak santai. Aku hanya sedang memanfaatkan tenagaku! aku tidak ingin membuang tenaga ku dengan sia-sia," jawab Hana dengan kedua mata terpejam.
"Sepertinya, organisasi detektif mu itu memiliki kualitas buruk ya? mereka memperkerjakan orang-orang malas dan bodoh seperti mu," kata pria berjas hitam itu.
"Hmm, dengar ya! aku ini bukan seorang detektif tapi pembunuh bayaran," singkat Hana seraya menatap tajam pria itu.
"Apa?! kamu seorang pembunuh bayaran?!" ujar pria tersebut. Hana yang semula duduk bangkit berdiri lalu ia diam tak melakukan apapun. Tampak pria tersebut tertawa setelah itu membuat Leon jengkel melihatnya sedangkan Hana tampak santai saja seperti tidak terjadi apapun.
"Serius? wanita lemah sepertimu, adalah seorang pembunuh bayaran? hahahaha sepertinya kamu lebih pantas menjadi..." belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Hana mendorong pria itu hanya dengan menggunakan dua jarinya yakni jari telunjuk dan jari tengah.
Meski kelihatannya sepele, pria itu terpental cukup jauh dan membentur dinding pesawat dengan kencang hingga rusak. Leon sampai melongo melihat hal itu karena itu sangatlah sepele. Bayi pun bisa melakukannya dengan mudah.
Hana yang berdiri kembali duduk di kursi sebelumnya. Ia merogoh saku celananya lalu mengunyah permen karet yang dibawanya.
Pria berjas yang memiliki nama Ace itu tidak terima. Iapun bangkit berdiri lalu berlari menghampiri Hana yang kini sedang memejamkan kedua matanya. Melihat hal tersebut membuat Leon khawatir.
Iapun berteriak agar Hana segera menghindari atau menangkis serangan Ace tersebut. Akan tetapi usahanya sia-sia karena Hana tidak melakukan apapun, ia diam saja.
Ketika Ace sudah ada disampingnya Hana dan berniat memukulnya, Hana menoleh dengan kedua mata masih terpejam lalu ia menahan pukulan Ace yang cukup keras itu.
"Caldwell, kalau kamu bisa mengendarai pesawat, kendarai lah pesawat karena pilot dan co-pilot nya telah diserang oleh Ace," pinta Hana.
Awalnya Leon tidak mau karena ia melindungi Hana. Akan tetapi dia itu adalah asisten Hana yang harus menuruti perintah bosnya.
Leon pun berlari melewati Hana dan Ace yang kini sedang saling bertatap-tatapan meski Hana memejamkan kedua matanya.
Leon masuk kedalam kokpit dan melihat pilot dan co-pilot yang kini sedang tak sadarkan diri. Ia berjalan menuju kursi pilot lalu duduk disana.
Leon tersenyum melihat hal tersebut karena mengingat dirinya yang sebenarnya seorang pilot profesional yang dikagumi banyak orang apalagi di kalangan pilot-pilot.
"Baiklah, ayo kita kendarai pesawat ini demi calon istriku!" ucap Leon yang kemudian ambil alih mengendarai pesawat.
Sedangkan ditempat Hana....
Hana yang semula memejamkan kedua matanya itu membuka matanya lalu ia menatap kearah Ace.
"Kalau di game, pasti kamu belum ada level nih," ucap Hana dengan tenang.
"Apa maksudmu?! apakah kamu menghinaku?! dengar ya! aku itu adalah orang penting di organisasi ku dan aku yang terhebat! tidak sepertimu yang hanya seekor semut," ujar Ace.
"Hmm benarkah? apakah kamu bisa melawan musuh mu ini hanya dengan satu jentikan?" kata Hana.
"Satu jentikan? bagaimana bisa? itukan sama sekali tidak menyentuh musuh," tutur Ace yang heran dengan perkataannya Hana.
"Baiklah, biar aku contohkan ya," singkat Hana seraya tersenyum. Lalu Hana menjentikkan jarinya. Hanya dengan satu jentikan, Ace kembali terpental dan membentur dinding pesawat dengan keras. Membuat pesawat sedikit terguncang akibat benturan keras itu.
"Semoga Hana baik-baik saja," gumam Leon yang kini sedang mengendarai pesawat nya.
Kembali lagi ditempat Hana. Hana yang duduk pun berdiri, usai itu ia berjalan menghampiri Ace yang sedang meringis kesakitan.
Hana berjongkok lalu menatap kearah Ace, setelah itu ia menyeletuk.
"Lemah!" celetuk Hana dengan wajah dinginnya itu. Membuat Ace langsung menatapnya dengan tatapan tajam. Hana yang berjongkok itupun berdiri lalu menoleh kearah ruang kokpit.
"Untungnya aku bersama asisten ku, kalau tidak ada dia. Pasti kamu akan mati disini," ujar Hana yang kemudian menatap kearah Ace.
"Kenapa kamu tidak membunuhku? bukankah misi mu itu adalah membunuhku? ayo cepat bunuh aku dan setelah itu misi mu kelar," ucap Ace.
Hana tersenyum mendengar ucapannya Ace, setelah itu ia mengambil tas koper yang dibawanya sebelumnya. Hana membuka tas koper itu yang ternyata berisi senapan.
"Baiklah kalau itu keinginan mu, akan akan melakukannya," ujar Hana yang menyiapkan senapan nya. Setelah itu Hana mengacungkan senapan nya pada Ace dan memasukkan ujung senapan nya kedalam mulut Ace. Dan setelah itu...
Dor....