Hana menarik senapannya dari mulut Ace. Setelah itu ia mengelap senapannya seraya berkata...
"Kamu sudah mati," kata Hana. Ace yang ternyata masih hidup itupun langsung bangkit berdiri dan menatap Hana dengan tatapan heran.
"Loh kenapa kamu tidak membunuhku? dan kenapa kamu mengatakan bahwa aku telah mati padahal aku masih hidup," tanya Ace yang heran. Untuk pertama kalinya, Hana tersenyum meskipun hanyalah senyuman tipis.
"Kamu itu selama ini dijadikan budak! kamu sebenarnya lelah dengan kehidupan ku selama ini. Tetapi demi masa depan mu, kamu mengorbankan segalanya kan? sebenarnya kamu itu hanya ditipu oleh mereka. Melihat kelihaian mu dalam bertarung, membuat mereka tertarik sehingga mereka membohongi mu dengan berbagai cara agar bisa memanfaatkan mu," ungkap Hana seraya melipat senapannya lalu meletakkannya kembali di koper.
Leon yang berada di kokpit itupun keluar dari sana dan menemui Hana.
"Lucifer, kini pesawat nya sedang dalam mode...." belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Hana mengangkat tangannya yang bermaksud agar Leon berhenti bicara.
Leon diam ketika Hana mengangkat tangannya, setelah itu Hana pun menurunkan tangannya.
"Begitukah? jadi selama ini aku ditipu oleh organisasi tempatku?" ujar Ace. Hana mengangguk pelan setelah itu ia berjalan menghampiri Ace.
"Mengetahui kamu yang bodoh, mereka semakin lebih mudah memanfaatkan mu. Dan mulai sekarang, kamu bisa hidup dengan bebas karena mereka mengetahui bahwa kamu sudah mati. Aku akan katakan kepada polisi dan orang-orang yang bekerja di hukum lainnya untuk mengatakan di depan umum bahwa kamu telah mati. Dan kamu sekarang memiliki identitas diri yang baru! ku beri nama kamu...." belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Ace duduk bersimpuh lalu memeluk kaki Hana.
"Terimakasih! terimakasih karena kamu mau menolongku, Hana! ucapan mu itu benar! selama ini aku dimanfaatkan oleh mereka para petinggi di organisasi tempatku bekerja. Aku selalu diinjak-injak oleh mereka seperti semut," kata Ace seraya meneteskan air matanya.
Hana mendorong Ace yang memeluk kakinya, setelah itu ia melempar tisu ke Ace.
"Lap lah air matamu! kamu ini pria, aku saja yang wanita tidak pernah menangis," ketus Hana seraya memalingkan wajahnya dari tatapan Ace.
Ace tersenyum, setelah itu ia menangkap tisu yang dilemparkan oleh Hana. Lalu Ace mengelap air matanya yang sempat menetes.
"Oh ya ngomong-ngomong, siapa namaku? bukankah kamu mau memberikan nama untukku, Hana?" tanya Ace. Hana menatap kearah Ace lalu menjawabnya.
"Namamu adalah Ashiya!" singkat Hana. Ace terdiam setelah itu ia pun tersenyum.
"Ashiya, nama yang menarik. Hana, jadikan aku rekanmu! kumohon," Ace berjalan mendekati Hana kemudian berniat memeluknya. Melihat hal tersebut dengan sigap, Leon langsung berdiri dihadapannya agar Ace tidak memeluk Hana.
"Jangan lakukan apapun kepada Hana! aku saja yang asistennya tidak pernah memeluknya!" tegas Leon yang agak-agak kesal dengan Ace. Ace menatap Leon lalu ia tertawa.
"Hahahaha kasihan sekali kamu! asisten macam apa kamu ini?!" Ace menertawakan Leon membuat Leon kesal akan tetapi ia berusaha menutupinya.
"Kalau kamu mau menjadi rekanku, maka ketahuilah terlebih dahulu identitas ku," tutur Hana yang langsung ditatap oleh Leon dan juga Ace yang kini memiliki nama Ashiya.
***
Keesokan harinya...
Hana berjalan memasuki area sekolahannya. Terlihat para siswa dan siswi membicarakannya entah karena apa. Tetapi Hana tidak memperdulikannya karena ia sudah sangat sering melihat pemandangan seperti ini.
Tak lama setelah itu datang Leon yang menghebohkan sekolahan terutama siswi-siswi sekolahan. Mereka pun langsung mengerumuni nya akan tetapi dengan sigap Leon langsung menggandeng tangan Hana sehingga siswi-siswi yang mau mendekatinya itu menghentikan langkahnya.
"Yoo, selamat pagi Hana. Hmm bagaimana? apakah kamu sudah menulis semalam?" tanya Leon dengan ramahnya membuat siswi-siswi yang melihatnya merasa kesal dengan Hana.
"Kamu siapa? kenapa kamu menanyakan hal itu? dan satu lagi, jangan pernah menyentuhku!" ketus Hana seraya melepaskan gandengan tangan Leon. Leon hanya geleng-geleng kepala seraya tersenyum setelah itu ia berucap...
"Kamu itu adalah calon istriku, Hana," singkat Leon yang membuat satu sekolahan semakin gempar. Mendengar hal tersebut, Hana jadi teringat dengan kejadian semalam. Dimana asistennya yang sebenarnya Leon juga, itu menyebutkan bahwa dirinya adalah calon istrinya.
Meskipun teringat dengan kejadian semalam, tetapi bukan berarti Hana menghentikan langkahnya. Hana terus berjalan menuju kelasnya. Leon tersenyum, kemudian ia mengejar Hana dan berjalan disampingnya.
"Oh ya, Hana. Kenapa telapak tangan kananmu dibalut dengan perban? apa yang terjadi? padahal kemarin aku tidak melihat kamu memakai perban," tanya Leon yang berpura-pura tidak tahu padahal sebenarnya ia tahu tangannya Hana diperban karena apa.
"Hmm tanganku diperban oleh asisten ku," jawab Hana yang kemudian memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya. Hati Leon langsung berbunga-bunga mendengar jawaban Hana karena pasalnya Hana mengakui dirinya yang kini menyamar menjadi asisten Hana.
"Wah begitukah? asisten mu cowok ya? tampan gak?" ujar Leon yang bersikap seperti orang kepo. Hana menghela nafas, usai itu...
"Bukankah asisten ku itu adalah kamu, Leon?" kata Hana yang membuat Leon terdiam mendengarnya. Hana menengok kearah Leon yang kini terdiam.
"Kenapa kamu mengawal ku sampai ke sekolahan, asisten ku?" tutur Hana. Leon pun dengan sigap langsung menjawabnya.
"Aku bukanlah asisten mu, Hana! aku tidak tahu apa-apa. Oh apa jangan-jangan karena kita kerja kelompok kemarin ya dan sekarang kamu menganggap ku sebagai asisten mu?" cakap Leon.
"Jangan berusaha menutupi yang sebenarnya, Leon! kamu tidak ingatkah bahwa aku ini siapa?" ucap Hana.
"Terus Hana, apa yang kamu lakukan jika aku ini adalah asisten mu yang semalam? kenapa kamu bisa mengetahuinya?" ujar Leon seraya memanyunkan bibirnya.
"Itu adalah persoalan yang mudah, asisten ku. Aku bisa membongkarnya hanya dengan mendengar suara serta rambut dan matamu. Bahkan anak bayi pun juga bisa tahu," kata Hana.
"Hahahaha Hana, ternyata kamu benar-benar cerdas sekali ya, Hana? pantas saja kamu selalu dapat rank no 1 di kelas, bahkan tak hanya di kelas! di satu sekolahan ini, kamu terkenal dengan kecerdasan mu yang sangat luar biasa," tutur Leon.
"Sepertinya selama ini kamu menyelidiki ku ya sebelum menyamar menjadi anak SMA?" cakap Hana dengan tenang. Lagi-lagi Leon dibuat diam dengan Hana, akan tetapi dengan sigap Leon langsung menjawabnya.
"Ah Hana, kok kamu malah jadi bilang begitu sih? mana mungkin aku begitu! dan aku mengetahui Informasi itu semua dari temanmu si Renata. Temanmu itu mulutnya ember loh," jawab Leon.
Hana tersenyum tipis mendengar jawaban Leon setelah itu ia berkata.
"Hmm begitu ya? hahahaha akan ku bantai tuh anak!" kata Hana yang kemudian kembali memasang wajah datar nan dinginnya. Leon pun tertawa setelah itu ia terdiam.