Seseorang pria berpakaian jas mendorong Renata masuk kedalam mobil yang ada didepan Renata. Setelah itu pria tersebut masuk kedalam mobil dan mobil itu segera pergi dari sana.
***
Renata tersadar karena sebelumnya ia sempat tak sadarkan diri akibat diberi obat bius pada saat didalam mobil.
Ia menatap sekelilingnya yang kini gelap dan juga sepi. Akan tetapi, tak lama setelah itu, pintu ruangan tersebut terbuka dan masuk satu orang pria. Pria itu menghampiri Renata kemudian duduk berjongkok dihadapan Renata. Btw sebelumnya pintu ruangannya itu kembali ditutup setelah pria itu masuk ya.
"Siapa kamu?! kenapa aku ada disini?" tanya Renata dengan nada marah. Pria itu tertawa kemudian ia membelai rambut Renata.
"Hahaha perkenalkan, aku ini adalah suamimu, honey," jawab pria itu. Mendengar jawaban pria itu, membuat Renata merasa jijik.
"Suami? suami apaan?! Lo tahu gak gw masih umur berapa????" teriak Renata dengan kencang. Pria itu hanya tersenyum ketika Renata berteriak.
"Tahu! umur mu itu sekitar empat belas tahun sampai lima belas tahun, kan?" cakap pria itu dengan santainya membuat Renata terdiam tak berkata apapun. Melihat Renata yang diam saja, pria itupun akhirnya bertindak.
"Sudahlah, daripada menunggu lama-lama lagi lebih baik kita mulai saja pertunjukannya," ucap pria itu seraya bangkit berdiri.
"A...A...apa yang akan kamu lakukan padaku?!" lirih Renata yang tampak khawatir. Pria itu tersenyum bak seorang psikopat, lalu ia mendorong kursi Renata dengan kencang dan menibai tubuh Renata.
"Karena tanganmu terikat, jadi akan aku bantu lepaskan," singkat pria itu yang mau membuka kancing baju Renata. Renata pun berteriak meminta tolong.
"Tolong aku! tolong!!! tolong!!!" teriaknya sedangkan pria yang ada dihadapannya itu tertawa gembira. Hingga semuanya berubah ketika....
Prakkkk....
Dinding ruangan tersebut hancur secara tiba-tiba membuat pria cabul itu menghentikan niatnya. Pria cabul itu menatap kearah dinding ruangan yang rusak.
Tak lama setelah itu, muncul Hana dari reruntuhan dinding yang hancur. Iapun menatap kearah pria cabul dan juga kearah Renata.
"Siapa kamu?! kenapa kamu berani-beraninya masuk kedalam sini?!" teriak pria cabul itu yang tampaknya begitu kesal melihat kehadiran Hana. Hana tersenyum setelah itu menjawabnya.
"Anu, aku mau mengembalikan gelang ini pada Renata. Ini kan milk Renata," jawab Hana seraya menunjukkan gelang persahabatan milik Renata. Kedua mata Renata pun berkaca-kaca, setelah itu Renata meminta tolong kepada Hana.
"Hana, tolong aku!" lirih Renata dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Hana menoleh kearah pria cabul yang kini sedang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Apa yang telah kamu lakukan pada sahabatku hingga sahabatku menangis?" tanya Hana dengan tenang sembari berjalan menghampiri pria cabul.
"Diam kamu! lebih baik kamu tidak usah ikut campur, dasar bocah!" ketus pria cabul itu. Hana menghentikan langkahnya ketika mendengar pria itu mengatai nya bocah.
"Bocah? kau bilang bocah ya? ckckck kau salah. Aku ini adalah siswi SMP!" Hana melepas ikat rambut nya dan bersiap di posisi untuk menghajar pria cabul itu.
"Oh jadi kamu menantang ku ya, Nak? baiklah akan ku hadapi. Jika kamu kalah maka kamu harus menuruti perintah ku dan sebaliknya. Jika kamu yang menang maka aku akan menuruti semua perintah mu," tantang pria cabul itu.
"Wah jadi aku diberi tantangan nih? baiklah, berhubung hari ini aku tidak menulis jadi aku akan menerima tantangan konyol mu itu," cakap Hana dengan tenang nya. Pria cabul itupun mengeluarkan dua pisau yang digenggam di tangan kanan serta kiri nya.
Melihat hal tersebut, Hana tidak mau kalah. Iapun juga mengeluarkan senjata andalannya. Hana melepas jepit rambut yang dikenakannya. Kemudian di jepit rambut itu terdapat tombol rahasia yang langsung di klik oleh Hana.
Ketika tombol itu di klik, jepit rambut yang kecil itu berubah menjadi pistol yang menyeramkan dan berbahaya.
"Ayo kita mulai pertarungannya, Om," jawab Hana dengan dingin. Kemudian pertarungan sengit pun terjadi diantara keduanya.
Keduanya sama-sama sekali memiliki kemampuan bertarung yang hebat sehingga mereka berdua sama-sama susah untuk saling mengalahkan satu sama lain. Sedangkan Renata, disaat itu ia berusaha melepaskan diri agar bisa membantu Hana.
Bagaimanapun Hana itu adalah sahabatnya yang selalu setia dengannya. Renata tak mungkin meninggalkan Hana yang bertarung sendirian padahal Hana melakukan itu untuk menyelamatkannya.
Baru sepuluh menit bertarung, Hana maupun pria cabul itu sudah mendapatkan luka yang cukup banyak dari pertarungan sengit mereka.
"Kurang ajar! bocah seperti mu bisa-bisanya melukai ku!" ketus pria cabul itu. Hana tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia terus saja menyerang pria cabul tanpa hentinya. Mula-mula Hana terlihat seperti baik-baik saja hingga...
Satu jam kemudian...
Brakkkkk...
Hana pun tergeletak dilantai setelah dibanting dengan kencang oleh pria cabul. Kini Hana berusaha bangkit, akan tetapi karena banyak luka yang didapatnya membuatnya susah untuk bangkit berdiri.
Pria cabul itu tertawa melihat Hana yang sepertinya tidak ada kesempatan untuk menang dan justru Hana mungkin akan mati disana apalagi melihat kondisi Hana yang sangat mengenaskan.
"Hmm lihat tuh, sepertinya temanmu itu tidak akan sanggup mengalahkan ku hahahaha! sudahlah, lebih baik kita lanjutkan saja pertunjukannya. Aku sudah sangat puas bermain dengan sahabat mu, kini giliran dengan mu, Renata!" tutur pria cabul sambil berjalan menuju Renata.
Ketika ia mau memegang tubuh Renata...
"Salah! sekarang bukan giliran dia," Hana yang semula kewalahan kini kembali bangkit dan bersiap untuk menghajar pria cabul. Pria cabul itu menoleh kearah Hana ketika mendengar suara Hana. Hana menatap tajam kearah pria cabul itu kemudian melanjutkan kata-katanya.
"Sekarang giliran kau! rasakan, tembakan penghabisan!" lanjut Hana yang kemudian menembak kearah pria cabul itu. Peluru tersebut melayang dengan cepatnya menuju pria cabul itu. Bahkan tak sampai dua detik, peluru itu berhasil menembus otak pria cabul dan pria cabul itu pun mati setelah beberapa detik berlalu.
Kerika pria cabul tewas, Renata berhasil terlepas dari tali yang sedari tadi mengikatnya. Iapun berdiri menatapi Hana yang telah berjuang menyelamatkannya. Begitupun dengan Hana yang kini juga menatap kearah Renata, usai bertarung dengan pria cabul.
Hana tersenyum dengan manis seraya menatap Renata yang kini meneteskan air matanya. Kemudian Renata berlari kearah Hana dan memeluk tubuh Hana dengan erat.
"Hana, maafkan aku," ucap Renata. Hana tersenyum lalu mengelus-elus punggung Renata.
"Tidak apa-apa, yang penting kamu selamat. Aku berjanji akan terus melindungi mu hingga akhir hayat ku!" ujar Hana.
#Flashback off#
Kedua mata Renata terlihat berkaca-kaca setelah menceritakan panjang lebar tentang kejadian di masa lalu. Begitupun dengan Leon yang sangat terharu mendengar cerita masa lalu Hana dan Renata.
"Huaaa kenapa ceritanya sangat mengharukan sekali sih?" ucap Leon.