"Hmm iya sih aku ini calon suaminya akan tetapi Hana tetap bersikap dingin padaku!" gumam Leon yang membuat Aquila geleng-geleng kepala mendengar gumaman nya.
"Ngomong-ngomong, satu sekolahan itu sebenarnya ingin mengungkap jati diri Hana yang sebenarnya apalagi melihat Hana yang setiap harinya pasti selalu saja ada luka. Ya seperti contohnya beberapa hari ini. Sebelum kamu masuk sekolah, ia baik-baik saja dan ketika hari dimana kamu masuk sekolah, wajahnya dipenuhi plester. Dan yang kedua adalah hari ini, sekarang tangannya di perban entah karena apa. Aku pun jadinya penasaran dengan Hana apa yang dilakukannya setiap malam," cakap panjang lebar Aquila.
"Hmm begitu ya? aku pun juga tidak tahu apa yang dilakukannya di malam hari," singkat Leon yang berpura-pura tidak tahu padahal ia selama ini selalu mengawasi gerak-gerik Hana setiap malamnya.
Ketika mereka diam sejenak dan ingin kembali melanjutkan obrolan, tiba-tiba...
"Jadi sedari tadi kalian disini?" tanya Hana dengan dinginnya.
"Kenapa kalian berdua disini? apa yang kalian lakukan?" tanya Renata yang berdiri tepat disampingnya Hana.
Leon dan Aquila begitu terkejut melihat Hana dan Renata yang ada di samping mereka padahal beberapa detik lalu mereka berdua masih berada di dalam lapangan.
"Ah anu, tadi aku cuma numpang lewat aja. Lagipula aku ini adalah anak baru jadi ya harus tahu mengenai lingkungan sekolah," ungkap Leon tetapi Hana dan Renata tahu bahwa itu hanyalah alasan basi Leon.
Kini keduanya menatap kearah Aquila secara bersamaan. Tatapan keduanya begitu tajam sehingga membuat Aquila sempat terkejut ketika melihat mereka berdua. Setelah itu iapun menjawab pertanyaan mereka berdua sebelumnya.
"Kalau aku sih karena habis dari perpustakaan. Kalian tahu sendiri kan bahwa aku sering lewat sini asal dari perpustakaan? ya tadi kebetulan aku lewat dan justru bertemu dengan Leon. Kita berkenalan kemudian ngobrol banyak! benarkan, Leon?" ucap Aquila. Leon mengangguk pelan.
Tetapi Hana yang mengetahui bahwa itu hanyalah alasan pun memutuskan untuk tidak memperdulikan mereka berdua dan kemudian iapun pergi bersama Renata menuju kelas.
Leon dan Aquila saling bertatapan kemudian keduanya menghela nafas ketika Hana bersama Renata pergi kembali ke kelas.
"Hu selamat. Aku pikir, aku akan diapa-apain dengan Hana ternyata tidak! syukurlah," ucap Aquila seraya mengelap keringat yang menetes.
"Iya, aku pun juga ketar-ketir ketika dia bicara. Entah kenapa, Hana itu menyeramkan juga ya kalau seperti tadi?" ujar Leon seraya geleng-geleng kepala.
"Hmm iya, Renata pun juga begitu. Kupikir dia selalu terlihat manis tetapi ternyata dia juga ada sisi menyeramkan nya," kata Aquila.
Mereka berdua kembali bertatapan kemudian dengan kompaknya mereka pun berjalan dan memutuskan untuk kembali ke kelas.
***
Ketika jam pelajaran sedang berlangsung, terlihat Leon yang sedari tadi terus melirik Hana yang kini sedang fokus-fokusnya mendengarkan penjelasan guru. Sesekali juga Hana mencatat beberapa penjelasan dari gurunya itu.
Ketika sedang serius-serius nya mendengarkan, tiba-tiba saja pulpen yang dipakai Hana jatuh. Melihat hal tersebut, Leon pun langsung bertindak karena ia ingin terjadi adegan romantis diantaranya dengan Hana.
Leon mendorong kursinya setelah itu iapun membungkuk dan mengambil pulpen milik Hana. Tetapi dugaannya salah, ia pikir Hana juga akan mengambil pulpen itu tetapi ternyata Hana justru menginjak pulpen itu hingga hancur di depan mata Leon.
Melihat hal tersebut, Leon pun merasa gagal total rencana nya. Padahal ia sudah begitu senang ketika melihat pulpen Hana yang terjatuh. Leon kembali duduk di bangkunya dengan benar.
Raut wajahnya tampak sedih karena ia gagal ingin menciptakan adegan romantis. Melihat Leon yang sedih, Hana pun bertanya.
"Kenapa sedih? apakah kamu dijahili oleh siswa atau siswi disini? atau dari kelas lain?" tanya Hana yang membuat Leon langsung strong lagi.
Leon menoleh kearah Hana kemudian iapun menjawab pertanyaan Hana yang dilontarkan sebelumnya.
"Ah aku baik-baik saja, Hana. Terimakasih karena telah mengkhawatirkan ku," jawab Leon dengan hati yang begitu berbunga-bunga.
Melihat tingkah lakunya Leon membuat Hana merasa kesal dan iapun memutuskan untuk tidak memperdulikan Leon yang baginya sangatlah aneh.
Pelajaran terus berlangsung hingga....
Brakkkkk....
Tiba-tiba saja pintu kelas dibuka dengan kencang oleh seseorang. Membuat satu kelas itu pun penasaran siapa yang membuka pintu kelas dengan kencang. Sedangkan Hana justru memutuskan untuk menulis ketika sedang ada kejadian tersebut.
Melihat Hana yang justru menulis, Leon pun bertanya pada Hana.
"Apakah kamu tidak penasaran apa yang sebenarnya terjadi? setahuku kan detektif itu orangnya penasaran akan setiap suatu hal," tanya Leon.
"Aku bukanlah detektif murahan! aku tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu," ketus Hana yang kini sedang menulis cerita di buku tulisnya. Mendengar jawabannya Hana, Leon pun geleng-geleng kepala seraya menepuk jidatnya.
"Apakah seanti sosial itu, Hana? hmm melihat wataknya Hana, aku jadi greget sendiri. Dinginnya itu lebih-lebih dari dinginnya cuaca di kutub Utara," batin Leon.
Ketika Leon sedang geleng-geleng kepala akibat melihat sikap Hana yang begitu dingin, tiba-tiba saja...
"Woy! dasar cewek keparat! berani-beraninya Lo menghina gw! gw udah sabar menunggu balasan chat Lo tetapi sampai sekarang Lo gak bales dan malah ngejatuhin gw!" teriak seorang siswa dari kelas sebelah seraya menggebrak meja Hana.
Melihat hal tersebut membuat Leon merasa kesal. Ia tidak terima ada yang marah-marah seperti ini apalagi sampai mengeluarkan kata-kata kotor. Dengan santainya, Leon menampar wajah siswa itu dengan kencang dihadapan teman-temannya dan juga Hana.
"Jika kamu mau macam-macam dengan Hana, maka lewati aku dulu!" singkat Leon yang terus menampar bolak-balik siswa tersebut.
Melihat pemandangan itu, siswa-siswi yang satu kelas dengan Leon pun tertawa. Karena bagi mereka, aksi yang dilakukan oleh Leon sekarang terhadap siswa kelas sebelah itu sangatlah lucu.
Sedangkan Hana, ia berfokus pada buku tulisnya dan terus menulis cerita meski suasananya sedang tegang.
Renata pun melihat Hana yang tidak memperdulikan kondisi disekitarnya. Iapun mencubit lengan Hana yang membuat Hana langsung menatapnya.
"Kenapa?" tanya Hana dengan tatapan tajam yang membuat Renata agak takut melihatnya tetapi ia mencoba untuk tetap tenang.
"Perhatikan sedikit apa yang terjadi di sekitar mu, Hana! jangan justru tidak peduli seperti ini. Lihat! calon suamimu sedang melakukan pelajaran pada orang yang mau mencoba cari gara-gara denganmu," bisik Renata.
Sekilas Hana melirik kearah Leon yang kini sedang menampar bolak-balik siswa dari kelas sebelah. Tetapi setelah itu Hana menatap kearah sang sahabat yang kini juga sedang menatapnya.
"Terus? kenapa? biarkan saja dia melakukan apapun sesuka hatinya. Dan ku beritahu satu lagi, dia bukanlah siapa-siapa ku dan aku juga bukan siapa-siapa nya. Paham?!" tegas Hana yang mengambil pulpen barunya di atas meja dan lanjut menulis cerita.