Hampir satu hari penuh perjalanan. Akhirnya mereka sampai tepat jam delapan malam. Sepanjang jalan suasana malam sangat semarak. Banyak warung-warung kecil di emperan jalan. Mobil yang mereka tumpangi berhenti didepan sebuah bangunan bertingkat dua. Elise turun lebih dulu sedangkan Alea menguap dengan lebar dibelakangnya.
Ketenangan Elise berbanding terbalik dengan Alea yang pecicilan dan keras kepala.
"Sepertinya ini akan jadi tempat tinggal kita selama tiga bulan!". Kata Elise sambil menatap bangunan bertingkat di hadapannya.
Diseberang jalan ada warung kecil yang sangat ramai disebelahnya ada gerobak penjual nasi goreng. Elise tanpa sadar menoleh kearah Alea yang menatap gerobak nasi goreng penuh minat seperti air liurnya akan menetes. Dengan menahan tawa Elise berkata "Jika kau lapar pergilah! Biar aku yang membawa barangnya masuk".
Mata Alea melebar senang lalu mencubit pipi Elise" Kau sangat baik! Aku akan cepat dan membungkusnya untukmu juga!".
Melihat Alea yang melompat kegirangan seperti anak kecil Elise hanya bisa menggelengkan kepala. Alea selalu ceria bertindak sesuai keinginannya, keras kepala, dan selalu ingin tahu. Sedangkan ia sendiri pendiam, tidak banyak keinginan dan terlalu banyak tekanan. Elise menghela nafas berat dan menyeret koper besar mereka masuk kedalam rumah. Didalam rumah ia sudah ditunggu oleh pemilik kosan.
"Selamat datang dan selamat malam! Ini pasti Elise dan yang disana Alea, dan kenalkan nama ibu Sarah.. kalian bisa memanggil ibu bulek saja". Sapa pemilik kos ramah. Elise mengangguk ramah dengan senyum lembut. "Rafael sudah menjelaskan semuanya pada ibu kalian bisa langsung naik ke lantai atas kamar no 2. Istirahatlah.. Ibu tidak akan menahan kalian terlalu lama disini".
Mendengar candaan ibu pemilik kos Elise tertawa lembut dan mengangguk. Sambil menyeret kopernya kembali bersiap untuk naik tangga.
"Elise.. Biarkan kopernya disana nanti ibu akan meminta seseorang untuk mengantarnya keatas". Elise mengangguk senang karena kedua koper itu sangat berat ia juga lelah sudah tidak punya tenaga lagi ia hanya ingin cepat ke kamar dan tidur . Entah apa yang dimasukkan Alea kedalam koper itu hingga sangat berat.
"Baiklah! Tapi bulek, kopernya sangat berat?!".
"Jangan khawatir! Orang suruhan bulek sangat kuat. Kebetulan dia juga baru sampai satu minggu lalu kamarnya itu dibangunan sebelah". Tunjuk bulek Sarah pada bangunan yang sama bentuknya disebelah tempat tinggalnya.
"Baiklah! Terimakasih banyak sebelumnya bulek! Maaf merepotkan!".
Bulek Sarah tersenyum lebar "Tidak perlu sungkan... Kalau kau perlu sesuatu jangan segan katakan saja pada bulek!". Elise mengangguk "Baiklah sana naik!".
Elise meninggalkan kopernya didekat tangga dan ia naik sendiri dengan langkah berat. Dilantai dua terlihat sebuah lorong dengan kamar dikiri dan kanan. Elise menoleh kiri kanan mencari kamar mereka sampai diujung dekat beranda ia akhirnya menemukan kamar mereka. Kamar no 2. Elise tidak langsung masuk melainkan menuju beranda dan duduk disofa dengan kepala bersandar sambil menatap langit penuh bintang.
"Langit nya sangat indah!"Gumamnya tanpa sadar. Sebelah tangan Elise terangkat kearah atas seakan menggapai bintang di langit, namun tindakan itu terhenti. Elise menoleh kebawah ia merasa seseorang menatapnya sejak mereka turun dari mobil tapi ia tidak bisa menemukan siapa orang yang telah menatapnya tersebut. Ia hanya bisa melihat Alea tersenyum lebar ngobrol dengan penjual nasi goreng. Elise kembali mencari diantara banyak orang diwarung samping penjual nasi goreng. Tapi ia masih tidak bisa menemukan siapa orang yang telah menatapnya meskipun perasaan itu datang dari arah warung tersebut.
"Mungkin hanya perasaanku saja! Sebaiknya aku masuk kekamar dan istirahat besok kelas akan dimulai!" ya mereka sebenarnya liburan sambil belajar. Rafael sangat tahu mencari tempat yang cocok untuknya.
Sebelum masuk ke kemar Elise sekali lagi menatap kearah warung yang cukup ramai. Kemudian beralih melanjutkan langkahnya dan masuk kedalam kamar.
***
Jam tujuh pagi. Elise dan Alea telah siap untuk berangkat kekelas meskipun ia masih belum tahu tempatnya tapi seseorang akan mengantar mereka kesana. Semalam ia tidak tahu siapa yang telah mengantar koper mereka naik. Karena ia sudah tertidur sangat lelap bahkan ia lupa meminum obatnya. Yang Elise tahu saat ia bangun adalah ada selimut hangat yang menutupi tubuhnya dan ia yakin selimut itu bukan miliknya maupun milik Alea.
"Kau sungguh tidak tahu siapa yang mengantar koper itu naik?". Tanya Elise.
Alea menggeleng masih dengan wajah bantal meskipun ia telah dandan dan siap untuk pergi "Saat aku sampai keatas, koper itu telah berada disana kau bahkan tidur sangat nyenyak dengan selimut itu?".
Elise mengerut kening heran "Selimut itu.. Sangat lembut dan hangat". Bisik Elise "Tapi aku mencium parfum cowok disana! Meskipun kata bulek beliau yang memintanya melakukan itu tapi tetap saja aku belum berterimakasih secara langsung dengannya".
"Sudahlah, nanti juga bisa sebaiknya kita cepat! Orang yang akan mengantar kita telah menunggu dipersimpangan sana!". Kata Alea sambil melihat Ponselnya.
"Kau terlihat sangat bersemangat!" ujar Elise sambil senyum.
Alea "Tentu saja tempat ini seperti yang disampaikan kak Rafael sempurna. Oh dia disana! Ayo, Elise.. Cepat!". tunjuk Alea pada orang yang akan mengantar mereka ke tempat kursusnya.
Elise hanya bisa pasrah ketika ia diseret lagi dan lagi. Sampainya mereka ditempat kursus mata Alea dan Elise berbinar senang. Tempat belajarnya tidak harus didalam ruangan tapi boleh dimana saja asalkan bersih dan aman. Ditengah sawahpun bisa asalkan ada papan tulis dan tempat duduknya.
"Ini sangat sempurna!"Alea menatap Elise penuh semangat "Elise, kalau kita tidak ditawarkan kerja dimanapun bagaimana kalau kita buka tempat kursus seperti ini dirumah! Taman rumah yang baru kau beli itu sangat cocok terletak dipinggiran kota dan penduduknya juga sedikit".
Elise menggeleng melihat pikiran bisnis sahabat baiknya "Tidak! Tempat itu hanya kau dan aku yang tahu bahkan kak Rafael tidak tahu kalau aku membeli rumah itu! Diam dan ini rahasia kita! Anggap saja itu tempat persembunyian kita!". Elise berdiri bingung perasaan ditatap seperti semalam kembali terasa. Ia menoleh kiri kanan tidak ada siapapun yang menatapnya mereka semua sibuk masing-masing.
"Kau kenapa? Cari siapa?" tanya Alea.
Elise menggeleng "Aku merasa ada yang menatapku dan perasaan itu ku rasakan sejak kemaren malam.."
Alea juga mengikuti Elise menoleh kiri dan kanan namun ia sendiri tidak menemukan apa pun.
Seorang cewek betubuh kecil datang dan meminta mereka berkumpul disebuah ruangan. Elise memilih yang terakhir masuk dan duduk dekat pintu, ruangan itu tidak ada kursi hanya ada karpet jadi mereka hanya bisa duduk lesehan saja. Baru saja Elise duduk Ia kembali merasakan tatapan yang sama seperti semalam, Elise melihat sekeliling sampai matanya terkunci pada tatapan seorang pria tampan.
…Akhirnya. Gumam Elise lirih.
Mata mereka saling terkunci cukup lama, Elise ingin mengakhiri tatapan mata mereka tapi matanya seakan tidak mengikuti keinginannya, Elise bahkan bisa melihat senyum tipis pemuda itu, Elise akhirnya menemukan orang yang menatapnya sejak semalam. Dan itu artinya orang yang selalu menatapnya juga ada didalam ruangan yang sama dengannya.
"Siapa dia?"lirih Elise.
Seorang lelaki tinggi bertubuh sedikit gemuk berdiri ditengah-tengah ruangan sambil memperkenalkan diri. Dia adalah pemilik tempat kursus Universal English itu sekaligus tutor yang akan mengajar mereka. Sekarang giliran kami yang akan memperkenalkan diri satu persatu. Mulai dari nama asal, pendidikan terakhir, hobby dan apapun yang akan ditanyakan mereka. Harus di jawab.
Sampai giliran seorang cowok dia sangat tampan, tinggi, putih, wajahnya mirip orang arab dengan hidung mancung dan mata sayunya. Ia berdiri dan mulai memperkenalkan diri tanpa sadar tatapan mata Elise dan pemuda itu kembali bertemu.
Pemuda itu bernama Arsen.
Elise menahan nafas akhirnya ia mulai terbiasa dari mana tatapan panas yang di rasakan sejak ia menginjakkan kaki dikota pare kampung inggris ini. Ternyata itu datang dari cowok tampan berwajah arab yang bernama Arsen. Dan lebih parahnya lagi dia baru lulusan SMA. Ya ampun…Elise menunduk sambil memijat keningnya.
Akhirnya tiba giliran Elise untuk memperkenalkan diri. Ia makin gugup ketika ditatap begitu banyak pasang mata. Elise menatap cowok yang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa di mengerti oleh Elise. Ia menarik nafas lalu memperkenalkan diri.
"Baiklah! Nama saya Elizabeth kalian bisa memanggilku Elise, lulusan ilmu hukum strata satu univeritas swasta dikota X. Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan!"
Seorang cowok dengan wajah kekanakan, bernama Andy mengangkat tangannya "Boleh tahu berapa usiamu sekarang!"
"24 Tahun!"