Chapter 3 - TIGA

Suara bisikan kembali terdengar wajah Elise masih kaku datar seperti biasa. Seorang cowok berkulit hitam manis yang Elise ingat namanya adalah Tori mengangkat tangannya "Wajah dan usiamu terlihat tidak sejalan! Aku pikir kau seumuran dengan kami. Jadi, apakah kau sudah punya pacar!?".

"Tidak ada!".

Suara riuh kembali terdengar lebih ribut. Alea yang duduk disamping tertawa cekikikan. Wajah bayi Elise selalu membuatnya ingin tertawa. Jika menyangkut usia banyak orang yang tidak akan percaya karena wajah Elise memang seperti wajah bayi, lembut dan dengan pipi tembemnya.

"Lalu apa kami bisa menjadi teman dekatmu?". Tanya Andy malu-malu. Suara tawa kembali terdengar. Elise mengangguk dengan senyum kecil dibibirnya.

"Tentu saja!"

"Berapa nomor ponselmu!". Tanya Tori lagi.

"Satu!".

Mendengar jawaban Elise suara tawa yang lebih keras pecah seketika. Apalagi Alea sampai memegang perutnya menahan tawa. Tentu saja jawaban Elise tidak salah hanya saja mendengarnya menjawab seperti itu dengan wajah bayi yang polos benar-benar menggelitik hati untuk tertawa. Sangat lucu dan menggemaskan.

"Apakah masih ada yang ingin bertanya? jika tidak ada yang bertanya.. Maka terimakasih banyak!". Elise kembali duduk disamping Alea dengan wajah polos tanpa dosanya membuat Alea tidak tahan untuk menggodanya.

Alea berbisik "Sepertinya akan banyak surat warna pink berdatangan karena wajah bayimu itu!".

"Mereka masih kecil wajar saja melakukan sesuatu yang norak seperti itu". Bisik Elise balik. Lalu perhatiannya kembali serius.

"Kau terlalu kaku! Cerialah sedikit!" bisik Alea dan kemudian berdiri karena itu gilirannya untuk memperkenalkan diri.

Beberapa pasang mata masih mencuri-curi pandang padanya ada juga yang berbisik-bisik tapi Elise tidak peduli.

"Nama saya Taalea Ozora! Lulusan ilmu Hukum strata satu universitas swasta di kota X, juga."

"Ah kalian berasal dari kota yang sama dan lulusan universitas yang sama juga!". Kata seorang gadis cantik berhijab. Elise menatap gadis itu dan dia ingat namanya adalah Nesa.

Alea mengangguk semangat "Ya! Elise saudaraku!".

Suara 'aaaa' saling bersahutan. Cowok berwajah Arab itu mengangkat tangannya membuat Alea tersenyum tipis. 'sepertinya dia akan menjadi orang pertama' bathin Alea.

"Apa aku boleh jadi adik iparmu!".

Alea tertawa terbahak-bahak. Bahkan seluruh orang yang berada didalam ruangan itu juga tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Elise hanya bisa melotot sengit pada cowok tampan itu yang dibalas senyum manis olehnya.

Alea terbatuk meredakan tawanya "Jika kau lulus tes maka kau bisa jadi adik iparku! Tapi ingat aku tidak ingin punya adik ipar cengeng, lemah dan bodoh!". Jawaban sarkastis Alea kembali membuat ruangan itu penuh oleh tawa.

"Arsen sebaiknya kau menyerah! Kau tidak akan bisa lulus tes itu!".

Pria berwajah arab bernama Arsen itu menatap teman berkulit hitam manis bernama Tori yang duduk di sebelahnya dengan senyum tipis "Kita lihat saja nanti!".

"Oke acara memperkenalkan dirinya kita akhiri sampai disini sekarang kita akan membagikan kelasnya". Kata Tutor Ben. Yang biasa dipanggil Mr. Ben.

Satu persatu nama disebutkan Alea berada dikelas A. Sedangkan Elise dikelas C. Melihat pembagian kelas yang sangat tidak adil menurut Alea ia ingin protes tapi tatapan tajam Elise membuatnya berhenti ia tahu kalau Elise sengaja memilih kelas C. Arsen pria blaster Arab itu tersenyum lebar ketika namanya begitu dekat dengan Elise. Ya mereka berada dikelas yang sama.

Elise menatap daftar nama teman sekelasnya sekilas tidak ada reaksi lalu ia beralih ke daftar pelajaran. Dua hari pertama jadwalnya penuh lalu hari selanjutnya hanya diwaktu pagi dan sisanya kelas bersama.

Elise menoleh kiri kanan mencari Alea dan melihat sahabat nya itu sedang ngobrol riang dengan Mr. Ben dan Mr. Al. Alea memang sangat supel dan humble. Berbeda dengannya yang penyendiri dan Introvert.

Elise lalu memutar langkahnya kembali kearah kelas barunya beberapa orang duduk dikelas saling mengenalkan diri dengan teman baru mereka. Dulu Elise juga seperti mereka, sangat bersemangat untuk mengenal orang baru tapi sekarang tidak lagi. Dia hanya diam, jika ada yang tersenyum ia akan balas tersenyum pula. Jika ada yang mengajaknya ngobrol ia akan melayaninya dengan ngobrol pula.

Elise duduk dipojokan memasang Headset ditelinganya dan memutar lagu paforit diponselnya. Sedang asyik mendengarkan lagu dan melihat beberapa status temannya di facebook sebuah nomor baru tertera dilayar. Elise menoleh kiri kanan semua orang asyik mengobrol tidak ada yang memegang ponsel. Dengan sadis ia menekan tombol tolak. Tapi nomor baru itu kembali menelponnya. Berulang kali, Elise pun tidak mau kalah ia kembali menekan tombol tolak namun nomor baru itu tidak menyerah juga. Elise mendengus kesal dan menekan tombol terima, karena ia pakai headset jadi dia bisa mendengar suara orang di ujung telpon tanpa harus meletakkan ponselnya di telinga. Tapi ia hanya diam membiarkan si penelpon bicara lebih dulu.

"Elise! Kau sangat kejam! Kenapa kau menolak panggilanku?!"

Kening Elise berkerut suara cowok rasanya tidak asing dan ia pernah mendengarnya disuatu tempat.

"Elise.. Kenapa kau diam saja!".

Kerutan dikening Elise semakin dalam. Ia ingat suara itu milik Arsen pria blaster Arab itu. Tapi kenapa dia merengek?!.

"Kau! Ada apa!".

Arsen terkekeh "Senang bisa mendengar suaramu!".

"Ada apa!".

"Ya ampun benar kata Alea kau sangat dingin! Meskipun kalian sama-sama dingin tapi, ku pikir kadar dinginmu lebih berat dari Alea! apa kau berasal dari kutub Utara?".

"Lalu kenapa kau yang mengeluh! Hei bocah! Panggil kami kakak!".

Arsen tertawa lagi "Aku tidak mau! memanggilmu kakak membuatku semakin jauh denganmu! Jadi Elise apa kau mau pergi makan siang denganku! Jangan menolak Alea juga ikut. Sekarang kau bisa menemui kami diluar di bawah pohon mangga! Lagi pula kelasnya belum dimulai juga!".

Elise diam. Sebenarnya ia tidak ingin pergi tapi Kak Rafael dan Alea telah berusaha menghiburnya dengan liburan ini jadi ia tidak ingin membuat mereka cemas dan sedih sebaiknya ia ikut saja dan menerima ajakan dari bocah menyebalkan itu.

"Hei! Elise.. Kenapa diam.? Buruan keluar.. kami menunggumu di sini!"

Elise merengut kesal "Iya!"Jawabnya ketus lalu mematikan panggilan begitu saja!.

Elise berjalan menuju tempat yang disebutkan Arsen ada banyak orang disana dan Arsen dikelilingi oleh para gadis. Elise mendengus dasar bocah suka pamer!.

Elise mendekati Alea tapi sahabatnya itu terlihat linglung. "Alea.. Kau kenapa?".

"Ha.. Uh.. Apa! Kenapa! Siapa!". Jawab Alea kacau.

Elise merengut lagi dan tidak ingin bertanya lagi "Bocah itu bilang mau ngajak kita makan siang tapi kenapa dia masih-.."

"Masih apa?! Aku udah disini dari tadi!" Kata Arsen yang berdiri tepat disebelah Elise.

Elise melotot kesal "Dasar bocah menyebalkan!". Elise menarik tangan Alea dan pergi lebih dulu. Sedangkan sebelah tangannya mengelus dada kirinya tidak lupa di selingi dengan tarikan napas teratur berulang kali.

"Hei! Elise! Tunggu aku!".

"Kau bocah lelet tidak usah pergi! Dan panggil kami kakak".

"Tapi aku yang akan mentraktir kalian! Dan aku tidak mau memanggilmu kakak tapi kalau untuk Alea aku akan memanggilnya Miss saja!".

"Tidak perlu!" jawab Elise ketus..

"Itu perlu!".

"Kenapa, apakah harus memangnya kau siapa!".

"Aku calon adik ipar Miss.Alea dan calon pacar masa depan sehidup sematimu!"

Langkah Elise terhenti wajahnya memucat giginya menggeretak menahan emosi. Alea yang berdiri disamping Elise cekikikan menahan tawa. Dan pelaku yang berhasil membuat Elise kesal hanya tersenyum seperti orang bodoh. Alea mengacungkan jempol tersembunyi pada Arsen yang membuat cowok itu semakin tersenyum lebar.

Alea berbisik "Lanjutkan..."

****