Chapter 7 - TUJUH

Tiba-tiba mata yang tadinya terpejam perlahan terbuka, ia melirik ke kiri dan ke kanan lalu menghela napas, "Kali ini berapa lama!" tanya Elise antusias hingga mendapatkan pukulan di keningnya "Aduh! Sakit Al.."

"Itu untukmu yang selalu membuatku khawatir dan masih sempatnya untuk bertanya berapa lama! kau tahu! Itu yang paling parah! Kalau saja Arsen tidak menolongmu dan memberi napas buatan aku mungkin sudah mengirim Tori untuk menemani mu menyeberangi jembatan ke akhirat" gerutu Alea.

"Saat tenggelam tadi aku benar-benar merasa takut!"

"Kau akhirnya tahu apa itu takut!" Alea melipat tangannya di dada menatap garang pada Elise. "Ku rasa Arsen benar-benar suka deh sama kamu, El."

"Dia masih kecil! Aku bukan pedofil, Al.." kata Elise merubah posisi berbaringnya menjadi menyamping hingga membelakangi Alea.

"Hei! Kau sangat tidak sopan!"

"Aku mengantuk! Dan posisi telentang membuat punggungku mati rasa."

"Ya sudah tidurlah! Tapi kenapa kau tidak histeris! Kau baru saja kehilangan ciuman pertamamu pada Arsen!"

"Itu bukan ciuman tapi napas buatan!" Elise mengelak.

"Ciuman!"

"Bukan!"

"Iya!"

"Tidak!"

***

Malam menjelang. Jarum pendek jam menunjukkan angka tujuh lewat dua belas menit. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar, kemudian terdengar pintu di buka. Alea menoleh kearah suara, gadis itu pikir yang datang adalah Arsen dan teman-temannya tapi ternyata tidak. Itu adalah pemuda yang tadi membantunya menelpon taksi.

Alea menatap pemuda itu bingung "…Kau.."

Pemuda itu tersenyum dan berdiri di ujung ranjang dekat dengan kaki Elise yang tertutup selimut.

"Kenalkan namaku Hanzen.."

Mata Alea mengerjap sekarang dia baru sadar pemuda itu bukan asli Indonesia, karena terlihat jelas saat dia bicara logat asingnya masih kental. Tapi kenapa dia bisa tahu kalau Elise di rawat di rumah sakit ini? Alea harus hati-hati karena banyak orang yang pura-pura baik mendekati Elise hanya untuk mencelakainya.

"Ya, namaku Alea! Terimakasih untuk bantuanmu tadi siang!"

Hanzen mengangguk "Tidak masalah, bagaimana keadaannya?"

Alea menatap Elise yang masih tertidur, anak itu bahkan tidak menutup mulutnya tidur dengan posisi seperti tokek yang menempel di dinding, Alea merasa malu untuk Elise.

"Seperti yang kau lihat! dia baik-baik saja!" Alea memperbaiki posisi tidur Elise tapi gadis itu tidak mau menurut bahkan dia melempar selimutnya kelantai.

Alea menggeram kesal "Anak ini! benar-benar!"

Hanzen yang melihat pergulatan Alea tertawa kecil "Tidak apa-apa! Aku hanya datang menjenguk! Dan ini ada sedikit buah-buahan tolong di terima! Aku akan pergi sekarang!"

Alea terpaku tangannya mengambil keranjang parcel berisi buah-buahan segar melataknya di atas meja "Terimakasih lagi! maaf sudah merepotkan!"

"Tidak masalah! Selamat malam dan selamat beritirahat!"

Hanzen kemudian pergi dengan menutup pintu sangat pelan takut membuat Elise yang tertidur lelap terbangun. Alea yang melihat tindakan hati-hati Hanzen bingung dengan kening berkerut "Ada apa dengan orang itu! datang tak di undang pergi pun tak di antar seperti jelangkung saja!"

***

"Siapa yang seperti jelangkung, Miss Alea?!"

Kali ini Alea hampir terjengkang dari kursi, gadis itu mendelik kesal pada Arsen yang baru datang bersama beberapa teman. Alea melihat barang yang di pegang Arsen seketika dia melirik ke atas meja, bentuknya sama, mungkin mereka membelinya di tempat yang sama. Bathin Alea.

Tapi berbeda dengan Arsen saat dia akan meletakkan keranjang parcel buah-buahan-nya dia melihat ada keranjang buah lain yang telah mendahuluinya. Mata Arsen berubah tajam.

"Siapa yang datang?" tanyanya dengan suara dingin.

"Teman!" jawab Alea singkat. Karena tidak ingin membahas pemuda yang bernama Hanzen itu.

Tiba-tiba Elise terbangun dia melihat banyak orang di ruangannya "Lho kalian datang? Seharusnya tidak perlu.."

Arsen meletakkan keranjang buahnya di atas meja di samping keranjang buah yang di bawa oleh Hanzen sebelumnya, kemudian dia mendekati Elise membantu gadis itu untuk duduk bersandar di tempat tidur beralaskan bantal di punggungnya.

"Nyaman?" tanya Arsen lembut.

"Hmm.. terimakasih.." bisik Elise.

Kemudian Arsen dan Alea duduk di sofa untuk pengunjung yang berada di kamar tersebut, Alea membuka beberapa potong apel membentuknya seperti kelinci, sedangkan Arsen menatap tajam pada keranjang buah yang telah mendahuluinya itu. rasanya dia tidak rela jika menjadi yang kedua.

Tori yang sangat merasa bersalah meminta maaf pada Elise karena kecerobohannya hampir membunuh Elise. Tapi Elise hanya menjawabnya santai gadis itu tidak ingin melihat Tori yang jahil menjadi pendiam dan pasif. Setelah mendengar jawaban Elise yang menenangkan akhirnya Tori bisa kembali bernapas lega dan mulai melakukan kejahilan lagi, tapi kali ini targetnya bukan Elise.

***

Dua hari di rawat akhirnya Elise di izinkan pulang sebenarnya dokter memintanya untuk melakukan cek up lagi tapi Elise menolaknya, karena dia sangat tahu tentang kondisi tubuhnya.

Pagi itu Arsen dan Alea pergi makan siang bersama meninggalkan Elise yang sedang tertidur nyenyak di kamar. Dan saat itu pula seorang pemuda datang ke kosan bulek, pemuda itu terlihat sangat akrab dengan rumah bulek bahkan dia sekarang sedang makan siang sambil nonton tv. Jika Alea melihat pemuda itu gadis itu mungkin akan menjerit karena terkejut.

Ada sebuah warung makan padang di depan rumah bulek, bukanya mulai dari jam sebelas siang sampai jam sepuluh malam. karena kebanyakan orang di sini kalau pagi-pagi mereka sarapan dengan lontong, bubur putih dan bubur ayam.

Arsen memesan nasi putih dengan lauk rendang yang terbuat dari sapi,yang di bumbui berbagai macam bumbu dapur di tambah santan dan di aduk sampai berjam-jam hingga warnanya berubah kecoklatan, sedangkan Alea memesan nasi putih dengan lauk dendeng batokok, hidangan yang merupakan daging tipis yang di goreng kering dan di bumbui dengan sambal cabai merah. Sangat menggugah selera.

Di lantai atas kosan tepatnya di balkon Elise duduk dengan kepala bersandar di teralis pembatas sambil menatap sedih ke warung makan, sesekali menelan ludah.

"Dasar tidak adil!" gerutunya. Elise bisa saja pergi tapi ketika dia akan turun dari tangga dia melihat pemuda asing sedang nonton tv akhirnya dia kembali naik ke lantai atas.minta di belikan nasi juga tapi Alea dengan kejamnya meninggalkan ponselnya.

Arsen dan Alea sedang makan enak. Sesekali Arsen menatap kelantai dua dengan senyum bodohnya dan seketika matanya melebar kaget "Elise..."

Alea yang mendengar Arsen menyebut nama Elise juga menoleh seketika Alea tertawa melihat ekpresi Elise yang menurutnya sangat lucu. Elise seperti anak hilang yang di telantarkan.

"Elise pasti lapar juga!"

"Aku akan membungkus satu untuk nya!" kata Alea cepat "Nah, Arsen apa cita-cita mu?"

"Pilot!"

"Luar biasa! kenapa kau ingin jadi Pilot?!"

"Aku suka langit!"

"Okey.. kau suka langit! Selain itu?"

Arsen terdiam cowok itu melirik sekilas ke balkon tempat Elise duduk sebelumnya "Aku sudah berjanji pada seseorang!"

"Siapa?"

Arsen tidak menjawab dia hanya terdiam dengan senyum misteriusnya.