Chereads / True Love : Senior! I Love U / Chapter 12 - DUA BELAS

Chapter 12 - DUA BELAS

Arsen menatap langit mendung yang sedang hujan dari jendela kamarnya, mengabaikan kertas penting yang terbentang di atas ranjang tempat tidurnya, pemuda itu sudah menghela napas berulang kali membuat keberuntungan nya berkurang berkali-kali. Awalnya dia ingin mengajak Elise untuk jalan-jalan ke tugu simpang lima, kado terakhir ulang tahunya dari gadis itu.

Arsen masih melamun berdoa semoga hujan segera berhenti dan langit kembali cerah, Arsen benci hujan karena membuat aktifitasnya terhambat. Arsen kembali menghela napas saat dia akan kembali bergelung di selimut dia melihat Elise sedang berjalan di tengah gerimis.

Seketika Arsen mengambil. Jaket dan berlari keluar dari kamarnya. Di luar kos dia menoleh kiri dan kanan pada jalan raya melihat keberadaan Elise tapi gadis itu tidak terlihat di mana pun.

"Di mana dia?".

Arsen terus mencari dia sudah tidak peduli pada pakaiannya yang basah, dia juga sudah lupa kalau sangat membenci hujan. Tapi demi Elise dia melupakan semuanya.

Araen terus mencari saat dia akan menyeberang jalan tiba-tiba tangannya di pegang oleh seseorang Arsen menoleh dan melihat kalau itu adalah Elise.

"..Elise! Apa yang kau lakukan hingga basah kuyup seperti ini!?". Teriak Arsen marah sambil memasangkan jaketnya pada Elise.

Elise teraenyum "Aku sedang berpikir!".

".. Apakah harus di bawah guyuran hujan?".

"...Hmm. itu membuatku semakin tenang dan cepat menemukan jawaban!".

"..Lalu, apa yang kau pikirkan! Apakah sudah menemukan jawabannya?".

"..Sudah!" jawab Elise sambil mengangguk. Gadis itu menatap Arsen serius dan berkata "Arsen.. Ayo pacaran!".

Arsen melongok, matanya mengerjab, suara Elise berpadu dengan suara air hujan yang jatuh ke atas genteng membuatnya tidak bisa mendengar dengan jelas.

"..Apa? Kau mengatakan sesuatu?".

Masih dengan wajah tenang Elise mengulang kata-katanya membuat Arsen terperangah tidak percaya "..Arsen.. Ayo pacaran!!".

"..Huh."

"Kau tidak mau?".

"Aku mau!" Teriak Arsen "Tapi, kenapa tiba-tiba? Aku pikir kau tidak menyukaiku dan aku harus lebih keras lagi dalam mengejar mu.." ujar Arsen masih tidak percaya, bahkan hujan yang telah membasahi mereka berdua sudah tidak dia pedulikan lagi.

Tiba-tiba Elise bersin dan langsung menyadarkan Arsen.

"Oh! Kau harus pulang dan ganti pakaian! Minum-minuman yang hangat! Ayo.."

Elise menurut bibirnya tersenyum, dia sudah memutuskan menolak dan menghindar terus menerus tidak akan berhasil jika hatinya menginginkan Arsen berada di sisinya. Sekarang dia hanya perlu bahagia.

Sampainya mereka di depan kos Alea sudah menunggu mereka dengan tampang galak. Elise secara naluri bersembunyi di belakang Arsen. Melihat itu Alea tertawa sinis.

"..Hoo!! Jadi sekarang kau bersembunyi di belakangnya! Kau bocah nakal cepat kemari! Apa kau tahu sekarang sedang apa?! Huh? Hujaaaan! Kenapa kau berkeliaran di tengah hujan seperti ini apa kau ingin mati!".

Elise yang bersembunyi di belakang punggung Arsen terkejut di setiap Alea menaikkan nada suaranya.

"Miss Alea, sudahlah.. aku sudah membawanya pulang tolong bawa dia masuk dan mandi air hangat, dia sudah bersin dan batuk-batuk sejak tadi!".

"...Apaaa! Batuk? Bocah nakal ke sini kau! Tubuhmu itu sangat lemah seperti kaca retak dan kau seenaknya melakukan hal berbahaya! Cepat masuk!"

Arsen mengusap punggung tangan Elise dan mengangguk ".Pergilah! Nanti kau sakit! Ingat janjimu untuk menemaniku jalan-jalan masih sisa satu hari lagi.."

Alea berteriak lagi karena kesal "Lihat..Lihat!? Kau langsung mendengar kata-katanya dan mengabaikan kata-kataku! Apa kalian sedang pacaran?!"

Arsen tersenyum malu-malu dan berbalik ke arah kosnya sendiri, sedangkan Elise sudah kabur naik ke kamarnya di lantai dua melewati Alea yang terperangah tidak percaya.

"Apa ini?" tanyanya pada diri sendiri. Sesaat kemudian dia berteriak lagi "..Apa!! Jadi benar mereka pacaran!".

Alea segera berlari menyusul Elise yang sudah lebih dulu naik ke kamarnya. Di kamar Elise sedang tersenyum menatap cermin di tangannya ada handuk kering, lalu pandangannya jatuh pada jaket di bahunya.

Itu jaket Arsen. Dia sendiri tidak percaya melakukan semua itu, seharusnya dia bisa menahan diri tapi lihatlah kecerobohan apa yang telah dia lakukan. Mengajak pemuda umur delapan belas tahun berpacaran?.

Kepala Elise tertunduk dengan helaan napas besar. Alea yang baru muncul bersandar di pintu kamar dengan tangan di silang di dada.

"..Hooo.. Apakah itu puber pertamamu setelah dua puluh empat tahun?".

Elise mendelik pada Alea yang masih mengejeknya. "Puber apa! Kau yang puber!

Alea terkekeh "Yah, aku senang kau akhirnya mau menikmati hidup dengan layak, jatuh cinta, kemudian pacaran.. lanjutkan! Dan sekarang... Kenapa kau masih berdiri di sini seperti orang bodoh! Sana pergi mandi!". Teriak Alea marah.

***

Di tempat Arsen.

Pemuda itu juga sedang menatap cermin dengan handuk kering di atas kepalanya, dia tersenyum seperti orang bodoh. Berulang kali dia membuat wajah sedih tapi tetap saja bibirnya menarik ke atas membuat sebuah senyuman.

"Ah, apakah ini rasanya jatuh cinta dan berpacaran?".

Tori yang sejak tadi menonton kelakuan gila sahabatnya hanya diam tidak memberikan komentar apa pun, selain menjadi penonton yang baik. Tori bahkan berpikir kalau air hujan mungkin sudah masuk ke dalam otak sahabatnya hingga membuatnya menjadi bodoh seperti sekarang.

"Sedang apa dia sekarang.. aku sangat ingin melihatnya.."

Tori yang duduk di ranjang menghela napas. Melihat tingkah Arsen seperti orang gila.

"Tidak! Dia pasti sedang istirahat sekarang, biarkan saja. Besok aku akan menemuinya.. dan mengajaknya sarapan bersama.." kembali Arsen bicara sendiri.

Tori yang tadi ingin meminjam sesuatu di kamar Arsen tidak menemukan sahabatnya selain kertas yang terbentang di atas ranjangnya, saat dia membacanya sahabatnya itu pulang dalam keadaan basah kuyup dan senyum bodoh di bibirnya.

"Jadi? Kau akhirnya pacaran dengannya?". Arsen tidak menjawab dia hanya tersenyum, benar-benar seperti orang bodoh. "..Tapi, bagaimana dengan ini? Aku membacanya dan kau di terima sebagai salah satu siswa penerbangan!".

Senyum bahagia Arsen menghilang seketika. Benar dia harus pergi dan tinggal di asrama selama pendidikan. Lalu, bagaimana dengan hubungannya yang baru saja resmi beberapa menit yang lalu. Apakah Elise sanggup hubungan jarak jauh?

Arsen menggeleng. 'tidak! Elise pasti sanggup menjalani hubungan jarak jauh karena gadis itu memiliki hati dingin seperti es. Yang tidak sanggup adalah dirinya. Dia selalu ingin melihat Elise dalam berbagai kesempatan.

Arsen menatap Tori dan bertanya "Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan! Aku baru saja jadian dengan nya. Dan di sana tertulis tanggal registrasi ulang, hanya sisa satu Minggu. Haruskah aku menundanya setahun lagi?".

Tori langsung berdiri dia menatap Arsen marah "Kau gila! Ini adalah impian mu sejak kecil! Kau sudah menunggunya selama delapan belas tahun dan kau akan melepaskannya begitu saja! Gila!"

Arsen terdiam, rambutnya yang masih basah masih meneteskan air, bahkan pakaiannya belum dia ganti.

"Lalu bagaimana dengan Elise?". Tanya Arsen bingung.

Tori menatap sahabatnya bingung "..Kau adalah siswa paling cerdas di antara kami, kenapa sekarang kau tidak bisa memikirkan solusi yang baik malah bertanya pada orang bodoh sepertiku!".

"Aku tidak bisa berpikir!" gumam Arsen pelan. Pandangannya jatuh pada kertas di atas ranjang, dia tidak tahu kalau Tori akan melihat dan membaca nya.

Padahal dia sudah berencana untuk menyembunyikan semuanya, dan membiarkan semuanya berlalu begitu saja karena dia masih bisa mencoba lagi tahun depan.

"Kau tahu! Berapa banyak orang yang menginginkan pergi ke sana? Banyak Arsen! Dan kau ingin menyia-nyiakan semuanya begitu saja! Apa kau tidak ingin membalas mereka? Orang-orang yang telah menghinamu".