Hari ini Haya melakukan pekerjaan rumahan membantu ibunya. Ayahnya, Brick, pergi untuk melakukan pekerjaan sebagai pedagang. Waktu berlalu seperti biasa hingga datang sore hari.
Brick pulang lebih awal dan dia membawa Virelin. Clarissa sudah berada di halaman untuk menyambut mereka. Clarissa memanggil Haya keluar.
"Haya, mari latihan." panggil Ibunya.
"Oke." Haya berjalan menuju keluar rumah.
Dia melihat Clarissa bersama Brick yang pulang lebih awal dan juga Virelin.
"Halo, Kak Virelin" salam Haya.
"Halo juga, Haya." balas Virelin
Menoleh ke ibunya, terlihat bahwa ibunya tersenyum. Menoleh lagi ke ayahnya, ayahnya juga tersenyum. Tidak tahu apa-apa dengan keanehan ini, dia menjadi penasaran dan bertanya.
"Ada apa ini?" Haya menyerah dan bertanya.
"Tentu saja latihan." jawab Clarissa.
Melihat ke arah Brick dan Virelin, dia mulai paham dengan apa yang terjadi.
"Oh, begitu." Haya menganggukkan kepalanya sedikit.
Dia berjalan mengambil peralatan kayunya. Melakukan persiapan seperti biasa.
"Kau tau?" tanya Clarissa.
"Sudahlah, ayo kita mulai." Haya bersiap-siap dengan kuda-kudanya.
3 orang termasuk Clarissa berada di sisi lain halaman rumah. Berdiri dengan Clarissa berada di tengah memegang belati di kedua tangannya.
"Seperti yang sebelumnya, aku akan melempar koin. Dan tenang saja, aku sudah menjelaskan aturan mulai kepada mereka." Penjelasan Clarissa tepat sebelum mulai.
"Baik." balas Haya singkat.
Clarissa melemparkan koin ke atas dengan jempolnya. Koin melayang tinggi di angkasa hingga hampir tak terlihat jika tidak fokus. Haya menoleh sedikit ke atas dan mengganti fokusnya ke arah Clarissa dan yang lain.
Kali ini Clarissa membuat kuda-kuda. Seperti dia akan lebih serius menghadapi Haya. Melihat ibunya yang berbeda hari ini, dia meningkatkan kewaspadaannya. Jika sebelumnya dia fokus dengan jatuhnya koin, sekarang dia lebih fokus dengan partner latihan yang ada di depannya.
Sekilas terlihat koin yang jatuh ke tanah di depan mata Haya. Dia tidak memedulikan koin tersebut. Asalkan koin sudah sampai tanah, latihan bisa dimulai kapan saja. Berdasarkan pengalamannya, dia harus fokus ke ibunya yang bergerak cepat. Namun, kali ini ibunya lebih diuntungkan, karena memiliki 2 pendukung yaitu, Brick dan Virelin.
Dengan pendukung, pertarungan akan menjadi lebih merepotkan. Fokusnya akan terbagi dengan ibunya yang menyerang langsung dengan ayahnya dan Virelin yang menembakkan sihir. Sambil memikirkan kemungkinan itu, Koin jatuh di depan mata Haya.
Seketika koin telah diam di tanah. Tanpa basa-basi, Haya menendang tanah dan bergerak maju dengan cepat. Tujuannya adalah salah satu pendukung. Tentu saja mengincar mereka tidak mudah. Clarissa melihat Haya yang memilih menyerang duluan. Haya memilih menyerang Virelin terlebih dahulu. Namun, serangannya dihalau oleh ibunya.
"Pemikiran yang bagus." Clarissa memuji Haya yang memilih menyerang pendukung terlebih dahulu.
Dia melompat mundur untuk menjaga jarak. Haya mengetahui kalau dia tidak bisa menyerang Virelin ataupun Brick. Memanfaatkan celah itu, Clarissa bergerak maju. Brick dan Virelin menembakkan sihir [Stone Shoot] ke arah Haya. Haya menghindari peluru batu yang ditembakkan bersamaan.
Sambil menghindari sihir itu, dia melihat Clarissa menggunakan [Strengthen]. Clarissa melancarkan serangan yang cepat. Serangan datang dari sisi kanan Haya. Haya berhasil menahannya, tetapi karena perbedaan kekuatan, dia tidak bisa menahannya. Tiba-tiba Haya terkena tendangan lutut di perutnya. Haya terbang ke belakang.
Dia terbatuk-batuk akibat tendangan itu. Merasa tidak ada pilihan lain, dia juga menggunakan [Strengthen]. Tiba-tiba muncul dinding tanah [Earth Wall] di depannya. Dinding tanah itu menyebabkan Haya tidak bisa melihat di depannya.
Haya melihat Brick dan Virelin yang berada di sebelah kanan dan kiri. Menembakkan [Stone Shoot] lagi dari 2 arah yang berbeda. Haya menghindarinya dan sekali-kali menangkis serangan itu. Karena terlalu fokus, dia telat menyadari keberadaan ibunya yang berada di belakangnya. Clarissa menjulurkan belatinya di belakang Haya.
Haya bergerak sedikit ke samping berhasil menghindari serangan ibunya. Sekilas ibunya kagum dengan Haya yang dapat menghindarinya. Haya membalas dengan menyerang sekaligus memutarbalikkan badannya ke arah ibunya.
Clarissa menahan serangan itu dengan kedua belatinya. Haya melihat tanah dibawah kakinya berubah bentuk. Sadar dengan hal itu, dia melompat mundur. Giliran Clarissa menyerang Haya bertubi-tubi. Haya bergantian menangkis dan menghindari serangan Haya. Dia juga menghindari peluru batu dari 2 arah.
Serangan Clarissa semakin cepat, begitu juga dengan Haya. Brick dan Virelin berhenti membantu Clarissa, karena hal itu tidak berguna. Merek takjub melihat pertarungan Clarissa dan Haya yang sengit.
"Benar-benar tidak ada celah untuk membantunya." ucap Virelin takjub.
"Kita hanya bisa diam. Dari sini kita tidak berguna, kecuali kita bisa menggunakan sihir pendukung." Brick memutuskan untuk tidak membantu Clarissa.
Pertarungan sudah berjalan beberapa menit dan masih berlanjut dengan sengit. Clarissa menyerang Haya dan Haya membalas menyerang Clarissa. Merasa belatinya tidak akan bisa mengenai Haya, dia menyerang menggunakan sikunya. Haya menahan siku ibunya dengan tangan kirinya. Haya mengarahkan belati ibunya ke bawah sehingga dia berhasil terlepas dari belati itu.
Terdapat jarak lagi diantara mereka. Kali ini Clarissa melempar belatinya. Haya yang sudah siap menangkisnya, terkejut melihat belati tersebut menghindari pedang Haya. Belati tersebut mengincar kepalanya. Haya berhasil menghindari belati itu dengan jarak yang sempit.
Clarissa maju dengan cepat. Menggunakan belatinya yang tinggal satu menyerang Haya.
"Kena kau." ucap Clarissa yang tersenyum.
Haya lebih memilih menghindari serangan ibunya, karena dia tahu ada belati yang terbang mengarah ke dia dari belakang.
"Jadi kau sudah tau." Clarissa terkejut melihat Haya yang memilih menghindar.
Haya hanya tersenyum dalam diamnya. Belati terbang kembali ke tangan Clarissa, sehingga dia memegang 2 belati lagi.
Giliran Haya yang maju menyerang Clarissa. Serangan Haya ditahan dengan kedua belati milik Clarissa. Namun, Haya melemahkan pegangan terhadap pedangnya, sehingga pedangnya melemah dan membuatnya terlepas dari kedua belati. Sambil maju selangkah, Haya memperkuat pegangan pedangnya, dimana itu membuat Clarissa tidak memiliki pertahanan apapun. Serangan Haya berhenti di depan leher Clarissa.
Clarissa menyerah dan melepaskan kedua belatinya.
"Aku menyerah." ucap Clarissa.
Haya menurunkan pedangnya dari leher Clarissa.
"Aku kalah. Hah, itu benar-benar pertarungan yang seru. Brick dan Virelin, terima kasih bantuannya tadi." Clarissa menyatakan kekalahannya dan berterima kasih kepada Brick dan Virelin.
Haya mengembalikan peralatan ke tempatnya. Lalu dia berjalan kembali ke teras rumah dimana Brick, Clarissa, dan Virelin duduk.
"Bahkan dengan kita bertiga masih tidak mampu mengalahkan Haya." ucap Brick.
"Dia sudah semakin kuat." Clarissa sadar akan kemampuan Haya yang meningkat.
"Benar." Virelin menganggukkan kepalanya, setuju dengan mereka.
"Aku juga dibuat kerepotan oleh kalian." Haya mencari pembelaan.
"Kau juga belum menggunakan sihir kan? Itu tandanya kau belum serius." Brick memegang dahinya, memikirkan Haya yang bahkan belum serius.
"Benar sekali." Clarissa menganggukkan kepalanya, setuju dengan Brick.
"Iya-iya, aku memang belum serius." Putus asa menghadapi mereka, Haya menyerah.
Pembicaraan berlanjut hingga matahari hampir terbenam. Haya, Brick, dan Clarissa kembali ke dalam rumah, sedangkan Virelin pulang ke rumahnya.