"Apa dia baru saja mengabaikanku?"
Waktu istirahat yang digunakan Zara dan kedua sahabatnya menuju kantin. Belum sampai ke tempat tujuannya, dia berpapasan dengan laki-laki yang kemarin bersama dengannya. Tapi, yang baru saja Zara lihat itu adalah diamnya Bara. Benar-benar berbeda dengan apa yang kemarin mereka berdua lakukan. Sedikitpun laki-laki itu tidak meliriknya.
"Kau barusan berkata apa?" tanya Cleo.
Gadis itu hanya menggeleng dan mengalihkan perhatian Cleo jika mereka bertiga sudah sampai pada salah satu tempat kantin yang akan mereka datangi. Zara tak ingin jika kedua temannya itu membahas tentang dirinya dan juga Bara. Apalagi ketika hari itu dimana Bara menghampiri kelasnya demi mengambil jaketnya.
Tadinya, tiga gadis itu berniat untuk mencari meja mereka sendiri, tapi suara laki-laki sudah menyeruak ke dalam rungu Annette. Pasti sudah tahu, siapa pemilik dari suara itu. Yup! Dia adalah Yohan, kekasih Annette. Eits, tunggu dulu, Yohan tidak sendiri, dia bersama ketiga sahabatnya. Mereka adalah Sadam, Tantra, dan Kafka. Keempat laki-laki itu sudah terduduk disana.
Annette adalah satu-satunya gadis yang paling semangat, hingga menarik kedua pergelangan tangan Zara dan juga Cleo. Sampai dimeja ketiga laki-laki itu, Zara dan Cleo mulai kebingungan, lantaran sisa kursi disana hanya ada satu dan itu juga sudah dikuasai Annette lebih dulu. Zara sampai kesal, mentang-mentang ada kekasihnya, Annette melupakan dirinya dan juga Cleo.
Mendadak Sadam bangkit, dia menarik tangan kanan Zara untuk duduk diatas kursi yang tadi dia duduki. Bahkan, laki-laki itu juga menarik dua kursi dari tempat lain, untuknya dan juga Cleo. Ya ampun, melihat tindakan laki-laki itu membuat Zara tersenyum senang. Rupanya masih ada laki-laki yang mendahulukan perempuan. Zara semakin suka dengan Sadam. Eh, tidak! Zara menyukai tampannya dia saja.
"Han, tolong ajari Annette bagaimana ingat dengan sahabatnya. Jangan hanya mengingat dirimu saja," kesal Zara bersamaan dengan melipat kedua tangannya didepan dada. Dia juga memutar kedua bola matanya jengah.
"Tapi aku menyukai gadisku yang seperti ini," balas Yohan yang malah merangkul Annette.
Ingin sekali rasanya Zara enyah dari hadapan kedua orang itu. Dan ketika rasa kesalnya masih mengikat tubuhnya, Zara merasakan sebuah telapak tangan besar yang menyentuh kepalanya. Sontak saja Zara terpaku, ketika merasakan kepalanya goyah akibat gerakan dari telapak tangan Sadam. Ingin salah tingkah, tapi Zara itu masih ingat jika dia ini adalah gadis yang petakilan. Tidak! Dia tidak boleh terlihat salah tingkah dihadapan Sadam. Astaga, tolong dinginkan kedua pipinya saat ini, panas sekali rasanya.
"Kau kemarin pergi kemana saat pergi?" tanya Sadam.
Mengingat hari kemarin, Zara menjawab sembari membayangkan kegiatannya bersama Bara. "Aku hanya mengunjungi temanku. Aku lupa jika sudah memiliki janji terlebih dahulu dengannya," jelas gadis itu dengan jujur, walaupun dia tak menyebut siapa nama temannya itu.
Sepuluh menit awal mereka berkumpul, beberapa dari mereka sudah menyelesaikan makanannya, salah satunya Yohan. Laki-laki itu memang sangat, menyukai makan, untung saja dia pemain basket, jadi Yohan juga tak terlalu takut akan berat badannya yang akan bertambah. Sedang meminum minumannya, pupil mata Yohan itu bergerak, seperti sedang melihat sesuatu yang bergerak. Dan orang yang pertama kali melihatnya adalah Tantra.
"Ada apa?" tanyanya.
"Kalian lihat, dia," tunjuk Yohan dengan dagunya. "Entah kenapa, aku sama sekali tidak menyukainya. Semua teman satu kelasku menganggap jika dia itu bisu dan tidak waras," ucap Yohan.
Enam pasang mata seketika menoleh ke arah presensi yang baru saja Yohan deskripsikan. Hanya ada satu orang yang terkejut ketika melihat orang yang dimaksud oleh Yohan. Itu adalah Bara. Rasanya Zara tidak terima, ketika Yohan mengatakan hal seperti itu tentang Bara. Dia yang jelas-jelas pergi bersama laki-laki itu saja, merasa Bara adalah laki-laki yang jauh lebih baik daripada kekasih Annette itu.
"Tapi dia tampan," celetuk Cleo.
"Cleo, semua laki-laki pasti akan kau anggap tampan," Annette memberi jeda ucapannya, dia menunjuk dua laki-laki yang berada disana. "Kafka dan Tantra pun juga kau bilang tampan," lanjutnya.
"Tapi Yohan tidak tampan," jawab Cleo dengan amat polos.
Sontak saja, Zara adalah satu-satunya yang tertawa cukup keras. Dia bangga dengan ucapan Cleo itu, akhirnya ada yang sepemikiran dengannya selama ini. Sedangkan laki-laki yang baru saja diledek oleh Cleo, menatap gadis itu dengan tatapan yang datar.
"Hati-hati," ucap Sadam yang menahan kursi Zara yang hampir terjengkang ke belakang.
Gadis itu langsung menoleh ke arah Sadam dengan mata mereka yang saling bertemu dan diterjang keheningan sejenak, sampai akhirnya Zara mengeluarkan suaranya. "Kau yang harus hati-hati dengan tatapan itu. Akan mudah memikat hati wanita," ucapnya yang langsung memutus pandangan keduanya.
Isi dari kepala Zara sampai saat ini masih membayangkan bagaimana tadi Yohan mengatai Bara sebagai laki-laki yang bisu dan tidak waras. Entahlah, Zara sedikit tidak suka saja dengan ucapan kekasih Annette itu. Memangnya tidak bisa menghargai bagaimana sifat bawaan dari orang itu? Bisanya hanya mencela saja. Dan sekarang dia malah terdiam tanpa bertingkah sedikitpun.
Sedangkan laki-laki yang sedang bersebelahan dengan Zara itu menarik senyumnya tipis setelah mendengar perkataan Zara. Dia baru mengetahui ada wanita yang bisa berbicara sesantai seperti ini. Tangannya terulur dengan sendirinya ke arah pucuk kepala Zara, mengacak rambut gadis itu seraya berkata.
"Iya, aku akan menjaga pandanganku,"
Dua gadis lainnya dan juga Yohan seketika membola dengan keberanian Sadam. "Zara, sebentar lagi status sendirimu itu akan berubah," celetuk Annette yang diabaikan oleh Zara.
Tantra dan Kafka pun langsung melontarkan sorakan dan juga tepuk tangan kecil pada Sadam. Ah, mereka semua jadi bisa menebak, jika kapten tim basket itu sudah jatuh cinta pada gadis tengil ini. Baiklah, baiklah, mereka semua akan menunggu berita baik dari Zara dan juga Sadam. Yang disoraki pun juga memberikan tarikan ditiap sudut bibir mereka.
"Ya sudah," celetuk Zara tiba-tiba yang berdiri dari kursi. "Aku ingin kembali ke kelas saja. Kalian terlalu banyak bicara. Aku lelah mendengarnya," ucapnya lagi.
"Kenapa buru-buru?" Annette bertanya.
"Sudah kubilang, kalian terlalu banyak bicara,"
Baru beberapa langkah meninggalkan meja, Zara merasakan tangan seseorang memegang pundaknya. Itu adalah Sadam. Laki-laki bertubuh tinggi itu menatapnya dengan sebuah senyuman. Jujur, Zara minder didekatnya, kepalanya terlalu mendongak untuk membalas tatapan yang Sadam berikan. Dia mendorong tubuh Sadam agar menjauh darinya.
"Astaga, tolong menjauh sedikit. Aku kesulitan melihatmu. Kepalaku pegal,"
Sadam pun hanya terkekeh, membuat matanya tenggelam karena tarikan kedua pipinya. Ditambah, dua lubang yang menempel pada kedua pipinya. "Ayo, aku juga ingin ke kelas," kata Sadam yang tidak menimpali ucapan Zara.
Kelas Zara dan Sadam itu bersebelahan, Zara berada dikelas IPA satu. Sedangkan Sadam, berada dikelas IPA dua. Kelas mereka terletak paling jauh dari kantin, bahkan harus melewati seluruh kelas tiga. Melelahkan, tapi sudah takdirnya mendapatkan kelas paling jauh. Saat keduanya berjalan melewati kelas IPS, presensi Bara kembali muncul. Tapi tetap saja, dia tidak melihat sedikitpun ke arah Zara.
Memangnya aku ini tak kasat mata?—batin gadis itu dengan kedua alis yang bertautan.