Dimata pelajaran ini seluruh siswa dari kelas sebelas IPA satu diharuskan meminjam buku bacaan di perpustakaan sekolah. Jika meminjam buku bacaan sudah pasti tugas ini datang dari guru Bahasa Indonesia. Tugas ini juga menjadi salah satu tugas yang tidak disukai kebanyakan siswa dan siswi, lantaran mengharuskan mereka untuk membaca ratusan halaman. Sudah membaca banyak, ditambah otak harus bekerja untuk merangkum, serta tangan yang harus menulis.
Ini bukan kegiatan mencari pakaian di pusat perbelanjaan, tapi seluruh siswa dan siswi itu nampak serius memindai setiap rak yang berjajar rapi di dalam perpustakaan itu. Seperti tidak ingin salah dalam memilih buku yang bagus, padahal yang dipilih saja belum tentu dibaca seutuhnya.
Jari berkuku panjang itu juga sedang menunjuk satu persatu buku yang tertata. Ada banyak warna dan judul buku, sayangnya masih belum ada satupun buku yang menarik perhatian Zara. Apa ini karena kurangnya minat baca dalam diri Zara? Sebenarnya tidak juga, pada kenyataannya Zara unggul dalam menyusun dan menulis cerita. Mungkin memang dirinya saja yang terlalu banyak memilih. Dia tidak ingin tugasnya tidak sesuai dengan keinginannya, apalagi Zara sangat diuntungkan disini.
Sampai pada akhirnya jari itu terhenti pada sebuah buku yang sudah berhasil menarik perhatiannya. Bukan hanya karena ia tertarik pada judul buku itu, hanya saja dia penasaran dengan isi buku bergenre romansa. Ia selalu menghindar karena semua ceritanya pasti akan mudah ditebak. Namun, untuk kali ini saja dia ingin membacanya. Buku itu diputar guna membaca bagian sinopsisnya tepat disampul belakang. "Mau seburuk apapun kehidupanmu, kau tetap akan bersama laki-laki itu," komentarnya setelah membaca sinopsis buku itu.
Ya meskipun beberapa detik lalu Zara sudah bisa menebak akhir dari buku yang ia bawa, Zara tetap menjadikan buku itu sebagai bahan untuk mengerjakan tugasnya. Lagipula dia malas jika harus mencari ulang buku yang lain. Lantas sembari menunggu semua temannya mengantri di depan meja petugas perpustakaan, dirinya membuka halaman pertama. Itu baru bagian prolog, tapi dia seperti sudah tak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Sedikitpun kedua maniknya tak beralih dari lembaran itu. Seperti sudah terhipnotis akan isi prolog, Zara mulai membuka kembali lembaran berikutnya.
"Zara, ayo cepat," ucap Cleo yang sudah siap untuk meninggalkan perpustakaan.
Yang baru saja menyadari, segera mendatakan bukunya pada petugas di perpustakaan dan menyusul Cleo di depan pintu. Untuk saat ini, otak Zara hanya dipenuhi oleh cerita dari bukunya itu. Dia jadi penasaran, apa setiap orang yang membaca novel romansa itu akan seperti Zara saat ini? Sekilas melihat Cleo yang baru saja memasukkan permen ke dalam mulutnya, sejauh yang Zara tahu, Cleo itu sering menonton drama bergenre romansa.
"Cleo," panggil Zara.
Lantaran merasa namanya dipanggil, Cleo menoleh ke sumber suara, melihat Zara yang sudah menatapnya dengan mata bulat yang lucu sama seperti milik anjing peliharaannya. "Ada apa?"
"Aku ingin bertanya, bagaimana perasaanmu ketika pertama kali menonton drama romantis?"
Dua gadis itu baru saja meletakkan bantalan duduk mereka pada kursi kelas, posisi duduk Zara masih menyamping guna menunggu jawaban dari Cleo. Zara itu sedikit geregetan karena Cleo tak kunjung memberi jawaban, dia sadar jika Cleo itu memang lamban, tapi tolong, keburu guru mereka kembali memasuki kelas. Dan Zara hanya bisa mengatur nafasnya melihat Cleo.
"Tentu saja, perasaanku dipermainankan oleh mereka. Apalagi jika kau bisa memposisikan dirimu sebagai pemeran wanita yang selalu mendapat sikap manis dari pemeran pria, rasanya seperti kau yang berada di posisi itu," Cleo mengambil nafasnya panjang sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Bagiku, drama romantis itu adalah gambaran masa depan yang diinginkan semua gadis ketika memiliki pasangan nantinya," sambung Cleo.
-
-
-
Tak pernah terpikirkan untuk benar-benar membaca novel ini hingga selesai, tapi Zara sudah menyelesaikan separuh dari jumlah halamannya. Sulit untuk dipercaya, seorang Zara akan menyelesaikan dalam waktu semalam. Jika begini, tugas Zara bisa selesai hanya dalam waktu satu malam, dan bisa mendapatkan nilai tambahan karena mampu menjadi pengumpul tugas tercepat dikelasnya. Tidak, tidak, lupakan itu sebentar saja, ada sedikit perbedaan yang terpampang di wajah gadis itu saat ini.
Dia memang belum menyelesaikan kegiatan membacanya, tapi ia sudah menutup novelnya dan diletakkan disisi ranjangnya yang kosong. Bantalnya ia gunakan sebagai sandaran punggungnya, pandangannya juga diedarkan ke seluruh ruangan. Setelah beberapa detik keheningan yang ada, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, dua pipinya juga terasa panas saat membayangkan salah satu adegan yang tertulis di novel yang ia baca.
"Tangan besar itu tidak hanya memberikan kehangatan pada telapak tangan sang wanita, bahkan kedua pipi wanita itu pun turut terasa terbakar sehingga menimbulkan semburat merahnya," kata Zara yang mengingat salah satu kalimat disana. "Aish, aku bisa gila jika seperti ini," ucapnya lagi sambil menggigit ujung jari gulingnya. Ditengah malam seperti ini, ingin sekali Zara berteriak saat membaca kalimat yang menjelaskan tokoh pria melakukan hal manis untuk tokoh wanita.
"Baru tulisan saja sudah membuat kewarasanku hilang, bagaimana jika aku melihat versi dramanya?"
Beberapa kali mengatur nafasnya, Zara kembali mengambil dan membuka novel itu. Tenang, dia masih ingat halaman berapa yang terakhir dibaca. Berdeham singkat sebelum kembali menelusuri semua kalimat disana. Waktu terus berjalan, tanpa ia sadari dan rasakan, semakin larut malam menunjukkan pukul satu dini hari. Tapi sungguh, novel yang ia baca belum selesai.
"Astaga, ini sudah pukul satu. Aku akan terlambat jika tidak segera tidur," dia menaruh bantal yang tadi digunakan sebagai sandaran, menutup novelnya dan meletakkannya diatas meja. "Lebih baik, novel itu akan aku bawa. Sekalian saja tugasku aku kerjakan besok. Mumpung seluruh alur ceritanya masih aku ingat," ucapnya lagi yang sudah bergerak dan siap untuk tidur.
Ketika kedua mata itu tertutup, untuk membuatnya bisa tidur dengan cepat, Zara mengingat seluruh alurnya dari awal ia baca. Dan beberapa bagian masih saja membuatnya tersenyum ketika dibayangkan. Ternyata tidak buruk juga membaca novel romansa, dan benar apa yang dikatakan Cleo, Zara merasa jika dirinya lah yang menjadi tokoh wanita didalam cerita itu. Mungkin besok pagi, Zara akan meminta rekomendasi drama yang bergenre seperti ini juga, ia ingin tahu bagaimana jika menonton versi dari dramanya.
Dari novel ini, Zara juga sudah mengubah cara berpikirnya tentang semua novel romansa. Walaupun akhir dari ceritanya memang mudah ditebak, setidaknya ia tahu apa saja yang terjadi sebelum cerita itu menjelaskan akhir kisah mereka. Tidak hanya satu konflik yang akan terjadi dalam novel itu, bisa saja ada dua atau tiga konflik yang akan dijelaskan didalamnya. Menakjubkan.