"Hoam,"
Suara seseorang yang tengah menguap karena harus bangun awal akibat tidur yang terlalu larut malam. Itulah, karena terlalu serius membaca novel hingga tak melihat waktu, berakhirlah saat ini tubuh Zara yang diletakkan diatas mejanya, dengan novel yang ia gunakan sebagai bantalan. Tidak bisa mengatur waktunya sendiri, malah membuat Zara lesu dipagi hari.
Nasib dari novel itupun juga tidak jelas, yang seharusnya novel itu akan dia lanjutkan membacanya dan mengerjakan tugas Bahasa Indonesia, kini berubah menjadi bantalan kepalanya. Apa novel itu seperti bantal? Zara sudah tertidur pulas diatas novel romansanya. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan novelnya.
Ini masih pukul setengah tujuh pagi, kelasnya juga terlihat sepi. Zara sudah tidak heran beberapa bulan bersekolah disini melihat rutinitas teman-teman satu kelasnya yang selalu berangkat sekolah dengan sisa waktu sedikit sebelum jam masuk dimulai. Dan waktu yang masih tersisa tiga puluh menit itu Zara gunakan untuk memejamkan matanya sebentar. Harapannya, paling tidak lima belas menit ia bisa menghilangkan rasa kantuknya.
"Astaga, anak ini tumben sekali tidur sebelum jam masuk," itu adalah Annette yang terkejut melihat penampakan baru dari Zara.
Sebelumnya Annette tak pernah melihat Zara yang seperti ini, karena dia memang selalu tiba lima menit sebelum jam sekolah dimulai. Tumben saja hari ini dia datang dijam tujuh kurang dua puluh menit, dan langsung diberikan pemandangan seperti ini. Gadis itu sempat terhenti tepat disebelah Zara, dia pikir ada sesuatu yang salah dengan sahabatnya yang tertidur itu, tapi yang Annette dapatkan hanyalah mata panda Zara. Annette sudah tahu jawabannya, Zara pasti begadang lagi.
Meskipun Zara pernah menjahilinya, Annette ini masih baik hati untuk membiarkan Zara tertidur. Kasihan juga jika Zara akan mengantuk saat jam pelajaran berlangsung. Tapi berbeda dengan sahabat mereka lainnya. Iya, si Cleo. Gadis itu masuk dengan suara yang menggelegar hingga membuat teman sekelelasya yang lain segera menatap Cleo.
"Zara..!! Aku punya banyak rekomendasi drama untukmu!!!" kata Cleo sembari lari menuju Zara yang baru saja terbangun akibat suara keras Cleo.
Kepala Zara terasa sakit sekali ketika membuka kedua bola matanya, retinanya secara langsung menangkap cahaya yang masuk. Cleo benar-benar keterlaluan. "Pelankan suaramu, Cleo!" ucap Zara sedikit kesal.
Yang dimarahi oleh Zara pun hanya menampilkan jejeran giginya yang ia satukan. Dia duduk sembari mengucapkan maaf karena mengganggu tidur Zara. "Aku tidak tahu, Zara. Maaf,"
Zara sendiri memilih untuk mengabaikannya, ia memutar tubuh menghadap Cleo guna menanyakan alasan Cleo memanggil dirinya tadi. Seperti permintaan Zara semalam, dia mengirim pesan pada Cleo untuk diberikan rekomendasi drama romansa yang bagus. Sudah terlanjur bangun, rasanya tidak puas jika tidak kesal dengan Cleo karena dibangunkan hanya karena sebuah daftar drama, tapi tenaganya tidak cukup untuk sekedar menatap tajam sahabatnya. Tentang drama itu, bisa dibicarakan nanti ketika istirahat atau ketika pulang sekolah, ini masih terlalu pagi untuk membicarakan hal seperti itu. Zara juga tidak memaksa untuk memberikannya hari ini juga.
Secara otomatis tangannya bergerak pada dahinya yang sudah berkerut, Zara tidak ingin menanggapi Cleo terlalu jauh, dia segera menerima selembar kertas bertuliskan semua drama romansa. "Terimakasih,"
"Sama-sama," balas Cleo dengan antusiasnya.
-
-
-
Begitu jam istirahat pertama dimulai, seperti biasanya Annette akan mengajak dua sahabatnya untuk pergi ke kantin, sayangnya hanya Zara yang menolak ajakan Annette, dia bilang ingin menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia yang sudah ia bawa hari ini. Mumpung niatan untuk mengerjakan tugas masih menggebu didalam diri Zara.
Sudah siap akan kertas dan pulpen, Zara tidak bisa memfokuskan dirinya karena suara bising yang dibuat oleh teman sekelasnya. Itu salah satu dari sekian banyak hal yang Zara tidak suka, dia tidak bisa fokus membaca jika suasana ramai atau bahkan banyak yang membuatnya terganggu. Dengan segera dia membawa pulpen dan kertas menuju tempat yang jauh dari kebisingan. Gadis itu sempat melihat jam diponselnya, memperkirakan waktu agar tidak terlambat memasuki kelas nanti.
"Aku rasa, ini tempat yang bagus," ucapnya setelah melihat ada tempat untuk duduk didekat pohon yang rindang.
Kembali membuka halaman terakhir yang dibaca, Zara juga mulai membawa dirinya kedalam novel itu lagi. Ditemani suara angin yang meniup rambut serta ranting pohon diatasnya, menjadikan musik alami yang semakin membuat damai. Sangat tenang, dan tak ada satu orangpun yang mengganggunya. Mungkin tempat ini akan Zara jadikan tempat kesukaannya ketika ingin merasakan kedamaian. Mungkin.
Saat sedang sibuk terlarut dalam bacaan hingga membuat alisnya naik dan turun ketika mendapati kalimat yang memainkan perasaannya, mendadak sebuah ranting pohon menjatuhinya dan membuat ia terkejut. Beruntung hanya ranting, dia justru takut jika batang pohon yang berukuran besar yang akan menjatuhinya.
"Kau nampak lebih cantik ketika sedang fokus,"
Ah, suara itu nampak tak asing bagi rungu Zara. Seorang laki-laki bertubuh tinggi baru saja duduk tepat disebelah Zara. Dia menyerahkan kotak kecil yang berisikan cokelat. Para gadis menyukai cokelat, bukan?
"Membaca akan jauh lebih menyenangkan jika bersamaan dengan memakan makanan ringan. Tapi, karena aku hanya memiliki sekotak cokelat, jadikanlah cokelat itu teman membacamu juga," ucap Sadam lagi.
Tanpa ragu Zara menerima pemberian Sadam itu, "Terimakasih,"
Belum sampai disitu, ketika Zara akan kembali membaca novelnya, atensinya kembali teralihkan ketika suara Sadam kembali mengudara memasuki indera pendengarannya. Laki-laki itu mengambil selembar kertas yang Zara tindih menggunakan ponselnya. Itu lembar kertas yang Cleo berikan tadi—Zara sengaja membawanya.
"Bukankah ini judul drama?" tanya laki-laki itu.
Sontak saja dia menutup novelnya, sepertinya topik tentang drama itu lebih mengasyikkan baginya saat ini. "Kau pernah melihat semua drama ini? Bagaimana ketika kau melihatnya? Apakah menyenangkan?" terdengar suara Zara yang tidak sabaran.
Sadam menggeleng dengan salah satu sudut bibir yang tertarik, dia masih menatap lembar kertas itu. Sebenarnya, Sadam hanya mengetahui beberapa judul drama yang tertulis. "Tidak," dia menjeda ucapannya sebentar, melihat wajah Zara dengan senyuman tampannya. "Sepupuku menyukai drama seperti ini. Bahkan, dia bisa tidak tidur semalaman hanya untuk menyelesaikan satu drama dengan semua episodenya. Lucu sekali dia," lanjutnya yang tersenyum ketika menceritakan tentang sepupunya.
"Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan," jawab Sadam. Zara sendiri langsung terdiam, dan membuat Sadam kembali berbicara. "Tenang, dia hanya sepupuku," tangannya terulur untuk mengambil salah satu daun kering yang terjatuh dikepala Zara.
"Aku sering memperhatikan bagaimana reaksi dia ketika menonton drama. Terkadang membuatku kesal, karena dia sering berteriak tidak jelas ketika salah satu adegan yang- entahlah, aku tidak mengetahui adegan apa itu. Terkadang juga dia menangis, sampai membuat semua orang di rumahnya panik. Dia bilang, menonton drama hanya menjadi kesenangannya saja," kata Sadam.
"Kau tidak pernah ikut menonton?" tanya Zara.
Tangan kiri Sadam bergerak menuju saku celananya, dia mengambil kunci motor miliknya. Laki-laki itu memperlihatkan gantungan yang ia gantung pada kunci motornya. Itu adalah miniatur bola basket. "Seluruh kesenanganku ada padanya," menunjuk bola basket berukuran kecil itu. "Tapi, mungkin sebentar lagi akan berubah pada seseorang," sambungnya.
"Siapa?"
Sadam kembali memasuki kunci motornya ke dalam saku, ia mengajak Zara untuk kembali ke kelas karena jam istirahat sebentar lagi akan usai. Dan pertanyaan Zara juga tidak segera ia jawab, memilih menarik pergelangan tangan Zara meninggalkan tempat mereka barusan.
Tapi..
"Kenapa dia tak melihat ke atas ketika aku menjatuhkan ranting padanya?" kata Bara yang sedang terduduk diatas pohon.