Bagian 1
Siang hari yang cerah di musim panas tahun 1870 di sebuah perkebunan milik seorang pria bernama Billy Lawrence yang terletak pada sebuah kota bernama Nadem yang merupakan bagian dari Negara Aretamus, membuat Daniella Miller semakin giat bekerja agar bisa cepat menikmati waktu istirahatnya.
Gadis berusia 23 tahun itu adalah petani baru di perkebunan yang ditanami umbi jenis kentang tersebut. Baru sekitar 5 hari dia bekerja di sini, dan dirinya langsung disukai oleh pekerja-pekerja lain di perkebunan ini. Rata-rata dari mereka adalah orang-orang yang jauh lebih tua darinya, dan sebagian besar adalah pria.
Daniella hampir menyelesaikan pekerjaannya saat ini, setelah itu dia akan menikmati waktu beristirahatnya dengan memakan makan siangnya sembari melemaskan otot-ototnya yang sudah bekerja dengan sangat keras sejak pagi.
Bagi sang wanita muda, walaupun dirinya berpeluh-peluh, tidak ada sedikitpun rasa lelah yang melanda, karena begitu dia menikmati indahnya pemandangan di perkebunan yang berada sangat dekat dari sebuah peternakan sapi yang juga dimiliki oleh Billy Lawrence tersebut, lelah seakan tidak pernah diketahui olehnya bagaimana rasanya.
"Daniella, kau tidak akan terus-terusan berada di sana sampai waktu bekerja kita habis, kan?!" tanya seorang pria paruh baya bernama Antoine kepada Daniella dengan cara berteriak mengingat dia sedang berada di sebuah rumah kecil di pinggir perkebunan ini yang menjadi tempat bagi para petani untuk beristirahat, sementara Daniella menjadi satu-satunya orang yang masih berada di tengah-tengah kebun.
"Baik, Paman! Aku segera datang!" sahut Daniella, dan beberapa saat setelahnya, seperti yang telah dia katakan, dirinya berlari menghampiri rumah kecil itu.
Sang gadis mencuci tangannya begitu dia sampai di rumah tersebut, perutnya sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, jadi tentunya cuci tangan adalah langkah paling tepat sebagai awal untuk menyantap makan siangnya.
Sambil menghampiri para petani lain yang sedang berkumpul di satu titik di bagian luar rumah tersebut untuk menikmati makan siang mereka masing-masing, pandangan Daniella mengarah ke peternakan yang jaraknya jauh dari tempat gadis itu berdiri sekarang.
Kedua bola mata coklat gelapnya yang indah menatap fokus ke seorang pria betubuh tinggi dan tegap yang berada di wilayah peternakan sapi itu. Si pria terlihat kecil bagi Daniella saat ini karena jarak mereka yang jauh, namun hal itu tidak menjadi alasan baginya untuk berhenti menatap sang pria, justru Daniella semakin menatapnya lebih fokus lagi, sampai-sampai langkahnya terhenti hanya agar dirinya bisa menatap pria yang sedang mengikat kudanya di pagar yang membatasi kebun dan peternakan sapi itu secara lebih saksama.
Kening Daniella juga mulai mengerut, mendukung pandangan penasarannya akan si pria yang memakai topi koboi itu.
Setelah mengikat kudanya dengan baik dan memastikan kalau hewan peliharaannya tersebut tidak akan bisa lari, pria yang diperhatikan oleh Daniella itu menoleh ke Daniella dan membalas tatapan sang gadis, membuat Daniella terkejut sebab dirinya tidak menyangka kalau si pria akan menyadari tatapannya dan balas menatapnya.
Tetapi syukurlah si pria tidak peduli dengan gadis tersebut, dia memutuskan untuk memalingkan pandangannya dan langsung menjauhi kudanya hanya berselang 2 detik usai dirinya menatap Daniella, pria itu pergi menghampiri sebuah rumah kecil yang berada di pinggir peternakan sapi tersebut. Bentuk rumah di peternakan sama dengan bentuk rumah di kebun, dan memiliki fungsi yang sama pula.
Tubuh tinggi si pria terlihat semakin kecil bagi pandangan Daniella karena jaraknya dari pria itu yang semakin menjauh, membuat gadis berkulit putih kecoklatan tersebut akhirnya berhenti melihat ke sang pria dan melanjutkan langkahnya untuk menghampiri dan bergabung dengan para petani lainnya.
Daniella dan pria tadi memang hanya saling bertatapan dalam waktu 2 detik saja, namun hal itu mampu meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi sang gadis. Jantungnya masih berdegup dengan cukup kencang setelah ia melihat wajah si pria tadi.
'Andrew Lawrence, tidak kusangka dia ... jauh lebih tampan jika dilihat secara langsung,' ucap Daniella di dalam hatinya, tampaknya dia mengagumi ketampanan sang pria, wajahnya bahkan sedikit memerah sekarang, sebelum akhirnya warna kemerahan itu menghilang sebab sang gadis digoda oleh sekumpulan orangtua yang menjadi temannya bertani itu.
"Ketampanan Tuan Muda memang sangat menyihir, ya?" celetuk salah satu petani perempuan bernama Karen yang juga berusia jauh dari Daniella. Daniella sambil mengambil jatah makan siangnya hanya bisa terkekeh kecil mendengar celetukan Karen.
"Kau yakin Daniella benar-benar melihat wajah Tuan Muda? Sepertinya dia hanya melihat wajah Tuan Muda sekitar satu detik saja, itupun dari jarak yang sangat jauh," kata petani perempuan lainnya, Brenda, kepada Karen.
"Tentu saja. Kau melihat wajah Tuan Muda, kan, Daniella?" tanya Karen kepada Daniella.
"Ya ... aku melihatnya," jawab Daniella.
"Kau terlihat aneh, kenapa tiba-tiba kau bersikap tidak seperti biasanya?" kali ini giliran Albert yang bertanya kepada Daniella, tapi Karen malah tidak memberikan kesempatan bagi gadis itu untuk bersuara.
"Tentu saja karena dia masih tersihir dengan ketampanan Tuan Muda, dan itu adalah suatu hal yang wajar, bukan? Sudah lima hari dia bekerja di sini, tapi ini adalah kali pertama dia melihat wajah Tuan Muda, dia pasti sudah sangat penasaran dengan wajahnya karena kita sangat sering memuji ketampanan Tuan Muda, dan ketika dia mengetahui kalau kita tidak berbohong mengenai seberapa mengagumkannya Tuan Muda, tentu saja dia jadi tidak bisa berkata-kata. Andai saja Tuan Muda tidak sakit beberapa hari kebelakang, Daniella pasti tidak akan sampai seperti ini di kali pertamanya melihat wajah Tuan Muda, benar, kan, Daniella?" ucap Karen.
"Ahahaha, ya, benar bibi Karen sekali, Tuan Muda itu ... sungguh menawan," sahut Daniella sambil sekali lagi melihat ke arah peternakan dengan sebuah senyuman.
'Akhirnya aku melihat wajahmu secara langsung, Andrew Lawrence, sang ahli waris dari Lawrence Group sekaligus putra dari Billy Lawrence. Misiku adalah untuk mendekatimu, lalu membunuhmu, bahkan aku disarankan untuk berada dalam sebuah ikatan pernikahan tersembunyi denganmu, melihatmu dengan sikap dingin itu, aku jadi ragu kalau misiku kali ini akan berhasil, kau sepertinya bukan tipe pria yang mudah untuk di dekati seperti dua suamiku, tapi aku tetap akan maju. Ini akan menjadi perjalanan yang menarik, misi untuk membunuh pria yang telah membunuh istrinya, ya? Aku bahkan tidak tahu apakah posisiku pada saat ini adalah seorang penjahat seperti biasanya atau bukan, tapi membunuh Andrew si Pangeran Kota, seseorang yang di duga kuat sebagai pembunuh Dorothea Brown istrinya sendiri, mungkin akan menjadi salah satu momen yang paling membekas di hidupku,' kata Daniella di dalam hatinya.