Dia seakan membawaku terbang, jauh dari kenangan masa lalu yang menghentikan pandangan masa depanku. Merenggut masa depan dengan meninggalkan luka, namun tak sampai. Dan semua tak sempat terjadi padaku. Aku berpikir bahwa aku adalah salah satu wanita yang paling beruntung di dunia ini.
Satu-satunya wanita yang hampir saja terhina, terbuang, terpendam pada kejadian yang dapat menyudutkan diri pada sisi buruk. Bahkan bisa lebih buruk dari ini. Akulah wanita yang paling beruntung saat ini.
Aku melihat pria yang berjalan di depanku menyusuri ruangan parkir. Aku tersenyum memperhatikan kemeja biru-biru tua itu. Aku mengikuti langkahnya sampai ke depan pintu sebuah kamar.
"Ini rumahku, bulan depan aku akan pindah dari sini," ungkapnya.
"Ah, kenapa?" tanyaku.